Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#390

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(390)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Namun demikian, Ki Ageng Giring merasa hidup ayem tentrem di alam pegunungan itu. Ia tidak pernah merasa kekurangan, bahkan merasa alam telah menyediakan segala keperluan untuk hidup dan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Setiap hari Ki Ageng selalu melihat pohon kelapa di samping rumahnya. Pohon kelapa yang hanya berbuah satu butir. Ia menunggu sampai buah kelapa yang masih cengkir itu menjadi degan.

Beberapa waktu yang lalu, Ki Ageng Giring menerima kunjungan seorang ulama. Seorang ulama yang berbudi luhur dan sangat berwibawa. Ulama tersebut juga mengajarkan tentang ilmu keagamaan kepada Ki Ageng Giring. Ki Ageng Giring menerimanya dengan suka cita.
Ketika sang ulama itu akan mohon diri untuk meninggalkan rumah Ki Ageng Giring, beliau sempat berpesan kepada Ki Ageng Giring.
“Ki Ageng, kelapa yang hanya berbuah sebutir itu adalah anugerah…..!” Berkata sang ulama.
“Apa maksud Kanjeng Sunan…..?” Bertanya Ki Ageng Giring yang memang belum mengerti maksudnya.
“Itu adalah anugerah dari atas, yang aku lihat dan tangkap, bahwa buah kelapa itu memang menjadi sarana berkah. Bahwa barang siapa meminum air degan kelapa itu sampai habis tuntas dalam sekali minum, ia akan menurunkan darah penguasa di tanah Jawa…..!” Berkata ulama itu.
Sang ulama pun segera meninggalkan rumah Ki Ageng Giring.

Ki Ageng Giring selalu memikirkan wecan – ramalan dari sang ulama. Bahwa barang siapa minum air degan kelapa itu sampai habis akan menurunkan darah penguasa tanah Jawa. Namun saat itu butir kelapa itu masih cengkir, belum menjadi degan.
Ki Ageng Giring masih sabar menunggu sampai saatnya cengkir itu menjadi degan.

Sementara itu, perjalanan Ki Pemanahan telah sampai di Kembanglampir. Tempat yang dahulu pernah digunakan untuk bertapa. Namun kali ini Ki Pemanahan tidak untuk bertapa. Ia hanya sekedar mengunjungi barangkali tempatnya tidak terawat ia ingin membersihkan. Namun tempat itu ternyata terawat dengan baik dan bersih. Sepertinya sering pula digunakan untuk tapa brata siapapun orangya.
“Selamat pagi, Ki Pemanahan….!” Sapa seseorang.
“Ooh Kakang Juru Kunci….., selamat pagi…..!” Balas Ki Pemanahan setelah tahu yang menyapa adalah juru kunci tempat itu.
Mereka pun kemudian saling berkabar keselamatan karena memang sudah saling mengenal.
Mereka pun kemudian berbincang tentang berbagai hal karena telah lama tidak bertemu. Namun Ki Juru Kunci itu telah mengetahui bahwa Ki Pemanahan menjadi punggawa di keraton Pajang. Ia pun telah mendengar tentang kemenangan pasukan Pajang atas Jipang. Perbincangan sepertinya tidak ada habisnya. Namun Ki Pemanahan kemudian bertanya tentang Ki Ageng Giring.
“Apakah Ki Ageng Giring sering berkunjung pula ke Kembanglampir ini…..?”
“Yaaa…., hampir setiap pekan pasti berkunjung ke Kembanglampir ini….?” Jawab Ki Juru Kunci.
“Apakah hari ini juga akan datang…..?” Bertanya Ki Pemanahan kemudian.
“Sepertinya tidak, karena baru kemarin beliau datang…..!” Jawab Ki Juru Kunci.
“Baiklah, jika demikian aku yang akan berkunjung ke rumah Kakang Giring….!” Lanjut Ki Pemanahan.
Setelah beberapa saat Ki Pemanahan berbincang dengan Ki Juru Kunci, ia kemudian mohon diri untuk mengunjungi saudara seperguruannya yang sedikit lebih tua umurnya.

Sementara itu, saat yang ditunggu oleh Ki Ageng Giring telah tiba. Cengkir kelapa yang hanya satu butir itu telah menjadi degan. Degan adalah kelapa muda yang pas untuk dinikmati air maupun daging buahnya. Buah yang tidak terlalu muda, namun juga belum menjadi kerambil untuk diperas santannya.
Dengan hati-hati buah kelapa muda yang hanya satu butir itu ia petik. Dan kemudian kelapa muda itu ia tenteng tidak dijatuhkan.
Ia selalu teringat akan wecan atau ramalan seorang ulama yang pernah berkunjung ke rumahnya.
Kelapa muda ia elus-elus seakan sebagai barang yang sangat berharga. Dan memang kelapa muda itu sangat berharga bagi Ki Ageng Giring.
…………
Bersambung……..
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

18 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago