Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(399)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Pada awalnya hubungan dagang antara Jepara dan Portugis berjalan wajar. Namun para prajurit sandi dari Jepara akhirnya tahu bahwa para pedagang itu datang bersama para prajurit negeri Portugis. Semula mereka hanya berkemah di celuk sebuah pantai yang tersembunyi. Namun kemudian mereka membangun sebuah beteng pertahanan. Para prajurit yang datang ke beteng pertahanan itu pun semakin lama semakin banyak. Peralatan tempur mereka pun semakin komplit pula.
Kanjeng Ratu Kalinyamat yang kemudian mengetahui hal itu menjadi marah.
“Pasukan Portugis itu harus kita usir dari telatah Jepara…..! Jika mereka tetap bercokol di situ akan sangat berbahaya bagi negeri ini…..!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat kepada para punggawa dan para senopati Jepara.
Para punggawa dan para senopati telah bertekad untuk mengusir pasukan Portugis dari telatah Jepara. Mungkin sekali bangsa Portugis itu ingin menguasai tanah Jawa dimulai dari Jepara.
“Apakah kita perlu bantuan dari Pajang, Ibunda Ratu…..?” Bertanya Pangeran Harya Jepara, putra angkat dari Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Kita lihat kekuatan pasukan yang ada di beteng itu dibanding dengan pasukan Jepara….!” Jawab Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Tetapi mereka memiliki senjata ledak, sedangkan kita tidak memiliki…..!” Berkata salah seorang punggawa Kadipaten.
“Bagaimana jika mereka dibuat tidak kerasan tinggal di tempat itu….?” Usul salah seorang senopati.
“Bagaimana maksudmu…..?” Bertanya Pangeran Harya Jepara.
“Mereka pasti membutuhkan air kali maupun air sumur….! Bagaimana kalau kali yang tidak terlalu besar yang melewati beteng itu kita alihkan alirannya…..?” Usul senopati itu.
“Bagus…..! Itu adalah salah satu cara. Mungkin ada dukungan cara yang lain……!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Bagaimana jika pasokan makanan kita cegah…..!” Usul salah seorang senopati yang lain.
“Tetapi mereka berani membeli dengan harga yang lebih tinggi di pasar terdekat…..! Para bakul kitalah nanti yang merasa dirugikan…..!” Dalih salah seorang punggawa kadipaten.
Mereka menyadari bahwa pasukan Portugis adalah pasukan yang dilengkapi dengan peralatan perang yang sulit dilawan. Pasukan Portugis juga pasukan yang kuat dan berpengalaman. Mereka telah bercokol cukup kuat dan lama di Semenanjung Malaka. Para prajurit Jepara juga sudah banyak yang terlibat pertempuran dengan pasukan Portugis, baik di Semenanjung Malaka maupun di Sunda Kelapa. Saat itu para prajurit Jepara tergabung dengan pasukan Demak Bintara yang dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana – ayahanda Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sedangkan ketika ke Semenanjung Malaka dipimpin langsung oleh Sultan Dipati Unus.
Mereka merasakan tidak mudah untuk mengusir pasukan Portugis.
Namun mereka tak akan mundur. Harus ada cara untuk melawan pasukan Portugis dan mengusir dari telatah Jepara.
Mereka masih mencari cara yang paling mungkin dengan menghindari korban dari prajurit Jepara sendiri.
Sementara itu, Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring telah benar-benar meningggalkan pegunungan Sewu untuk kembali mengembara seperti pada masa muda mereka.
Mereka akan melewati sisi utara dari telatah Alas Mentaok. Dari pegunungan Sewu, mereka akan menuju ke Prambanan. Jalur jalan yang telah beberapa kali mereka lewati di waktu dahulu. Walau jalan itu berkelok-kelok dan naik turun, namun tidak sepi karena jalur jalan itulah yang paling mudah ditempuh.
Mereka berdua sempat beristirahat di bukit Patuk. Dari tempat itu pemandangan sungguh menakjubkan. Gunung Merapi terlihat jelas dengan lelehan laharnya. Asap putih condong memanjang ke arah timur tertiup angin. Kali Opak terlihat kecil berkelok-kelok dengan tepian kiri kanan yang lebih rimbun dari lainnya.
“Di seberang kali Opak itulah telatah Alas Mentaok….!” Gumam Ki Pemanahan.
“Ya benar….., hutan yang banyak ditumbuhi pohon mentaok….!” Sahut Ki Ageng Giring datar.
……………
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.