Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
429
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Hari itu para bupati yang setia kepada Pajang sudah berdatangan. Demikian pula para sentana telah menerima mereka untuk menginap di penginapan yang pantas. Hari besuk adalah hari yang telah ditetapkan sebagai hari pasewakan agung. Seluruh petinggi jajaran pemerintahan dan petinggi jajaran keprajuritan menghadap Sultan. Demikian pula para pemuka sentana kerajaan.
Siang itu Kanjeng Sultan menerima menghadapnya senopati telik sandi.
“Ada sesuatu yang perlu kau laporkan, senopati…..?” Bertanya Kanjeng Sultan setelah saling berkabar keselamatan sesuai adat istiadat keraton.
“Daulat, Kanjeng Sultan…..! Kami telah menerima laporan lengkap dari prajurit sandi yang berada di Jepara….!” Berkata senopati telik sandi tersebut.
“Ooo….., katakanlah…..!” Perintah Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Senopati itu kemudian menceritakan secara rinci dan jelas tentang kejadian di Jepara. Walau ia sendiri tidak menyaksikan langsung peristiwa di Jepara, namun ia bisa bercerita dengan rinci dan jelas karena telah menerima laporan dari prajurit sandi yang terlibat langsung.
Senopati itu bercerita dengan diselingi senyum kecil karena pertempuran yang aneh di Jepara itu.
Bahkan Kanjeng Sultan pun tersenyum, terlebih karena kecerdikan para senopati Jepara yang mampu mengusir pasukan Portugis yang kuat dari bumi Jepara.
“Heeeemm….., terimakasih laporanmu, senopati. Sungguh cerdik para senopati Jepara. Jadikanlah itu suatu pengalaman dan pelajaran bagi pasukan Pajang secara keseluruhan. Gelar perang bisa berbagai bentuk, bahkan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya…..!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Daulat Kanjeng…..!” Berkata senopati itu singkat.
Malam itu Raden Mas Danang Sutawijaya telah sampai di kasatrian Loring Pasar. Prajurit jaga menyambut gembira atas kepulangan putra angkat Kanjeng Sultan tersebut.
“Setiap hari ada yang menanyakan kepulangan Raden…..!” Berkata prajurit yang sedang berjaga.
“Yaaa….! Aku pulang pada saat yang tepat…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Besuk ada pisowanan agung, Raden….!” Lanjut prajurit itu.
“Yaaa….., aku tahu itu. Besuk adalah sehari menjelang bulan purnama…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Selamat beristirahat, Raden….! Hari telah larut malam….!” Berkata prajurit itu.
“Baiklah, terimakasih Paman….!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya sambil berlalu.
Hari yang ditemukan telah tiba. Pagelaran keraton Pajang yang cukup luas itu telah tertata rapi untuk menyambut para petinggi negeri.
Hampir bersamaan mereka datang.
Kini telah hadir pepatih kerajaan – Ki Juru Martani, Ki Pemanahan, Ki Penjawi adipati Pati, Pangeran Timur – adipati Demak, Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Pangeran Jepara, Raden Mas Danang Sutawijaya, Raden Harya Pangiri – menantu Sultan Hadiwijaya, Raden Benawa yang telah menginjak dewasa dan para bupati yang telah setia kepada Pajang serta para senopati serta para petinggi sentana kerajaan.
Beberapa saat kemudian Kanjeng Sultan Hadiwijaya hadir dan duduk di dampar kebesaran keraton.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya merasa puas karena yang hadir terbilang komplit.
Adat keraton dalam pasewakan agung antara lain adalah saling berkabar keselamatan sesuai unggah-ungguh keraton Pajang.
Para bupati kemudian melaporkan keadaan di kabupaten masing-masing.
Para senopati juga melaporkan keadaan pasukan yang dipimpinnya.
Para petinggi sentana kerajaan juga melaporkan keadaan para sentana di lingkupnya.
Ki Juru Martani sebagai pepatih negeri juga mendapat kehormatan dari mereka yang hadir.
Ki Pemanahan sebagai senopati agung negeri Pajang disapa secara khusus oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Demikian pula Raden Mas Danang Sutawijaya, Pangeran Timur, Kanjeng Ratu Kalinyamat, Raden Harya Pangiri dan Raden Mas Benawa putra Kanjeng Sultan.
…………..
Bersambung………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.