Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
461
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian melanjutkan.
“Pembangunan pemukiman akan kita tata mengelilingi bangunan induk dan alun-alun nantinya. Dengan demikian kawasan ini akan cepat menjadi kota gede – kota besar……!”
Mereka pun, orang-orang yang mengelilingi panggung itu senang karena sudah terbayang sebuah kawasan seperti sebuah kota. Mereka kagum dengan pemikiran Raden Mas Danang Sutawijaya yang masih muda itu.
“Nantinya, kawasan ini juga akan kita buat beteng yang mengelilinginya. Dengan demikian kita yang tinggal di dalamnya akan lebih aman dari gangguan binatang buas……!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka yang mendengar sesorah dari Raden Mas Danang Sutawijaya semakin kagum kepada anak muda itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya masih melanjutkan sesorahnya.
“Penduduk yang berada di dalam kawasan itu, nantinya harus mampu mempertahankan diri jika ada kelompok yang ingin mengganggu. Oleh karena itu, kita semua harus berlatih olah kanuragan. Ya semuanya harus menjadi seperti seorang prajurit. Di sini sudah ada beberapa prajurit yang sesungguhnya. Mereka-lah nanti yang akan melatih kalian semua, ya semua tua muda, lelaki perempuan yang masih sehat jasmani dan rohani….!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka terkejut dengan gagasan dari Raden Mas Danang Sutawijaya tersebut. Namun demikian mereka juga bangga bahwa nantinya mereka semua akan memiliki ilmu olah kanuragan pula.
Masih beberapa saat Raden Mas Danang Sutawijaya menyampaikan gagasan-gagasannya. Gagasan-gagasan besar untuk membangun Alas Mentaok ini menjadi sebuah negeri. Negeri yang kuat walau penghuninya masih sangat terbatas.
Ki Prengga mengajak seluruh yang hadir untuk bertepuk tangan meriah ketika Raden Mas Danang Sutawijaya mengakhiri sesorahnya.
Mereka pun bertepuk tangan meriah dan panjang. Terbayang masa depan yang cerah walau bermukim di jantung hutan Alas Mentaok yang besar ini.
Ki Prengga kemudian mempersilahkan Ki Pemanahan untuk naik panggung.
Semua orang terdiam ketika Ki Pemanahan melangkahkan kaki naik ke atas panggung. Mereka memang menunggu saat penetapan kawasan itu dengan sebuah nama. Nama yang telah mereka dengar sebelumnya.
Namun ketika semuanya terdiam, terdengar sayup-sayup derap beberapa ekor kuda.
Ki Pemanahan yakin bahwa yang datang adalah rombongan dari kepatihan, Ki Juru Martani dan kerabatnya. Ki Pemanahan ingin menunggu kehadiran mereka.
“Kalian semua boleh beristirahat sejenak dan berbincang di antara kalian. Akan kita tunggu priyagung yang kita hormati…..!” Berkata Ki Pemanahan.
Mereka banyak yang belum tahu siapa priyagung – orang terhormat yang dimaksud oleh Ki Pemanahan tersebut. Namun demikian, sebagian kecil telah mendengarnya. Dan yang sebagian kecil tersebut telah berbisik di kiri kanan mereka. Dengan demikian dengan cepat mereka tahu bahwa yang akan hadir adalah Ki Juru Martani pepatih keraton Pajang. Orang kedua setelah sang raja, Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Ki Juru akan hadir….., Ki Juru akan hadir…..!” Bisik mereka.
“Ya…., Ki Patih Juru Martani…..!” Sahut yang lain.
Ki Pemanahan, Raden Mas Danang Sutawijaya, Ki Demang Karanglo, Ki Ageng Giring dan beberapa orang lainnya berlari-lari kecil menyongsong kehadiran Ki Juru Martani dan rombongannya. Beberapa kuda dan kereta kuda beserta penunggangnya.
“Marilah Kakang…..! Kehadiran kakang pada saat yang tepat…..!” Sambut Ki Pemanahan.
“Heee……, ada apa ini…..! Begini banyak orang berkumpul…..?” Sahut Ki Juru Martani yang heran melihat banyak orang telah berkumpul.
“Marilah, Kakang langsung naik ke atas panggung, biarlah yang lain ikut bergabung dengan mereka…..!” Pinta Ki Pemanahan.
“Kita sambut dengan meriah kehadiran Gusti Patih Ki Juru Martani yang bergelar Ki Patih Mandaraka….!” Ajak Ki Prengga dari atas panggung.
Mereka pun kemudian bertepuk tangan meriah menyambut petinggi negeri Kasultanan Panjang.
……………
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.