Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
467
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Ki Suteja telah berlari kecil ke gerbang pertapaan. Benar dugaannya bahwa yang datang adalah Raden Mas Danang Sutawijaya beserta dua orang yang mengiringi.
Ki Suteja telah sempat berkenalan dengan dua orang yang menyertai Raden Mas Danang Sutawijaya tersebut. Mereka adalah Dhandhang dan Karep yang berasal dari Laweyan yang datang belakangan.
“Marilah Raden, silahkan masuk….!” Sambut Ki Purwareja yang masih di teras pertapaan.
Mereka kemudian saling berkabar keselamatan sesuai adat yang berlaku.
“Kami sudah menduga bahwa Raden akan segera berkunjung ke pertapaan ini. Namun tidak mengira bahwa adi Dhandhang dan adi Karep menyertai Raden Mas Danang Sutawijaya…..!” Berkata Ki Purwareja kemudian.
“Tentu saja kami senang dengan perjalanan ini, perjalanan yang tak pernah kami lakukan sebelumnya….!” Ki Karep yang menyahut.
Setelah beberapa saat mereka berbincang, Raden Mas Danang Sutawijaya serta Ki Dhandhang dan Ki Karep dipersilahkan untuk mengunjungi makam Kiai Tunggulwulung.
Makam Kiai dan Nyai Tunggulwulung berada di dalam pertapaan, tidak di malam umum.
Raden Mas Danang Sutawijaya serta Ki Dhandhang dan Ki Karep khusuk di samping pusara Kiai Tunggulwulung yang masih basah.
Raden Mas Danang Sutawijaya memang menaruh hormat yang tinggi kepada Kiai Tunggulwulung.
Setelah beberapa saat Raden Mas Danang Sutawijaya khusuk di pusara Kiai Tunggulwulung, kemudian ia bangkit dan keluar dari pondok.
Raden Mas Danang Sutawijaya melongok ke luar, yang terlihat adalah aliran sungai Progo yang lebar. Di latar belakangnya adalah pegunungan Menoreh yang menghijau.
Di tepian sungai Progo terlihat pohon kelapa berderet di sepanjang tepian itu.
“Apakah di seberang sungai itu telah berpenghuni, Paman…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Kami pernah menyeberang ketika kemarau panjang. Penghuninya masih amat jarang. Namun sepanjang perbukitan Menoreh itu justru sudah ada pimpinannya. Konon beliau disebut Ki Gede Menoreh….!” Jawab Ki Suteja.
“Di manakah pusat pemerintahan Menoreh itu, Paman…..?” Bertanya lagi Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Menurut yang kami dengar ada di ujung selatan dari pegunungan Menoreh….!” Jawab Ki Purwareja.
Sesungguhnya, Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri pernah mendengar tentang perbukitan Menoreh dan pimpinan wilayah itu, namun ia sendiri memang belum pernah sampai kesana.
Bahkan Raden Mas Danang Sutawijaya juga sudah mendengar bahwa di seberang bukit Menoreh adalah kadipaten Bagelen dan seterusnya ada Banyumas dan di sisi utara ada Tidar.
Terbersit dalam angannya untuk di suatu saat berkunjung ke wilayah-wilayah itu.
“Apakah ada penyeberangan untuk ke sisi barat itu, Paman…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya lagi.
“Kalau di musim kemarau ada beberapa tempat penyeberangan dengan getek bambu. Jika di musim penghujan hanya di tempat yang sungainya lebar saja. Setahuku, di sisi selatan ada penyeberangan dan ada jalan setapak yang tembus Alas Mentaok, namun kami belum pernah sampai di Alas Mentaok itu…..!” Berkata Ki Suteja yang memang pernah mencoba menjelajah tempat itu bersama beberapa kawannya.
“Sisi selatan ada jalan setapak…..? Suatu saat akan aku jelajahi…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Yang kami dengar pula, di sisi jauh ke selatan lagi, hampir sampai di laut Selatan telah ada pemerintahan pula. Telatah itu adalah telatah Mangir, sedangkan penguasanya adalah Ki Ageng Mangir…..!” Berkata Ki Suteja lagi.
“Yaaa…., tentang Ki Ageng Mangir aku sudah pernah mendengar. Telatah Mangir yang konon tidak tersentuh oleh kerajaan manapun sebelumnya. Sejak Majapahit, Demak dan saat ini Pajang tidak menyentuh telatah Mangir…..!” Raden Mas Danang Sutawijaya yang berkata.
“Mengapa demikian, Raden….?” Ki Purwareja yang bertanya.
“Mungkin sekali karena medan untuk sampai ke Mangir yang terlalu berat. Namun demikian, saat sekarang Mangir adalah bagian dari telatah Mentaok, bagian dari Mataram. Suatu saat kami harus sampai ke telatah Mangir……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya seakan berjanji kepada dirinya sendiri.
…………
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…