Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(481)
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Penebangan sekian banyak pohon dan besar-besar ini tentu memerlukan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Namun Raden Mas Danang Sutawijaya berharap agar nantinya pembuatan jalan dari Papringan sampai di Kotagede cepat selesai sehingga mereka bisa bersama-sama menebang pohon di sekitar pohon beringin tua itu.
Meskipun demikian, pagi ini penebangan pohon akan segera dimulai. Harapannya alun-alun yang luas segera terwujud. Dan kayu-kayunya juga bisa dimanfaatkan untuk membangun tempat tinggal.
Matahari belum naik sejengkal, namun mereka yang akan menebang pohon sudah bersiap. Segala perlengkapan telah disiapkan pula. Gergaji dan gorok, kapak dan wadung, dandang dan plancong, dadung dan tali tampar, tangga bambu dua kaki maupun tunggal telah disiapkan.
Mereka tinggal menunggu perintah dari Raden Mas Danang Sutawijaya. Meskipun demikian, patok-patok batas memang sudah ditanam.
Ki Juru Martani dan Ki Demang Karanglo pun telah berada di tempat itu pula.
“Satu pohon cukup sepuluh orang. Semua yang ada berkelompok sepuluh-sepuluh orang. Setelah roboh satu pohon segera dipotong-potong dan dibawa ke luar patok. Jika sudah selesai berpindah ke pohon lainnya. Sebaiknya jarak antara satu pohon dengan pohon yang lain sedikit berjauhan. Maksudnya agar robohnya pohon tidak sampai ke kelompok lainnya. Apakah kalian sudah siap…..?” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Siaaap……!” Jawab mereka serentak.
“Baiklah……, jika demikian, kalian berpencar sepuluh-sepuluh orang. Nanti akan aku beri aba-aba……! Kita tebang dari sisi luar yang ada patok pembuatannya…….!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka pun segera berpencar dengan jarak yang tidak terlalu dekat namun juga tidak terlalu jauh. Ada sekitar dua puluh lima kelompok yang terbentuk. Seandainya sehari mereka bisa menebang dua atau tiga batang pohon besar, maka alun-alun akan segera terlihat wujudnya.
Setelah semua kelompok menempatkan diri masing-masing, Raden Mas Danang Sutawijaya segera memberi aba-aba. Ia berseru dengan dilambari ilmunya yang tinggi.
“Tebang pohon dimulai……!” Seru Raden Mas Danang Sutawijaya yang gemanya melingkar-lingkar di hutan itu.
Namun sesuatu yang mengejutkan dan di luar nalar terjadilah.
Hampir berbarengan mereka yang kebagian mengayunkan kapak pertama kali terpental.
“Auoochg…… auoochg….. auoochg…… auoochg…….!” Keluh tertahan banyak orang hampir berbarengan.
Raden Mas Danang Sutawijaya terkejut melihat kejadian itu. Sedangkan Ki Juru Martani dan Ki Demang Karanglo lebih tenang karena kejadian kemarin hampir sama dengan kali ini. Hanya saja kali ini sekitar dua puluh lima orang.
“Bagaimana ini, Uwa…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya kepada Ki Juru Martani dan Ki Demang Karanglo.
“Kita tolong dahulu mereka yang berjatuhan itu……!” Berkata Ki Juru Martani.
Mereka kemudian menolong rekan-rekannya yang terjatuh.
Ki Juru Martani dan Ki Demang Karanglo kemudian mendatangi satu persatu mereka yang terpental itu.
Dengan ilmunya yang tinggi, mereka segera bisa memulihkan kesadaran mereka yang terpental itu.
Ki Juru Martani, Ki Demang Karanglo, Raden Mas Danang Sutawijaya dan kemudian datang Ki Ageng Mataram yang kemudian membicarakan kejadian yang baru saja terjadi.
“Ini kejadian yang tidak biasa yang harus bisa kita atasi tanpa membawa korban…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Jika hanya satu pohon tentu lebih mudah mengatasinya. Tetapi ini hampir semua pohon yang berada di hutan ini…..!” Berkata Ki Ageng Mataram.
“Di kademangan Karanglo juga ada satu pohon yang sampai sekarang masih kami biarkan tetap berdiri…..!” Berkata Ki Demang Karanglo.
“Dan di sini hampir semua pohon…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian menyela.
“Uwa…., Bapa dan Paman…..! Sekarang juga Danang akan ke laut Kidul. Dari sana mungkin ada yang bisa membantu mengatasi masalah ini…..!”
……………
Bersambung…………
(@SUN)