Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(499)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Beberapa orang justru sengaja melihat cara Raden Mas Danang Sutawijaya mencangkul. Di samping hujaman cangkul yang dalam, sedalam bilah cangkul yang besar dan lebar, sehingga tanahnya banyak, juga kerjanya cepat. Hasil urukan dari Raden Mas Danang Sutawijaya seorang diri mungkin lebih banyak dari yang dikerjakan okeh lima orang.
“Aku tidak habis mengerti mengapa Raden Mas Danang Sutawijaya bisa melakukan pekerjaan seperti itu…..!” Bisik salah seorang pekerja pembuatan jalan itu.
“Di samping tenaganya yang sangat kuat, tentu juga karena ilmunya yang tinggi…..!” Sahut kawannya.
Mereka betul-betul kagum dengan apa yang dikerjakan oleh Raden Mas Danang Sutawijaya itu.
“Ternyata ilmu yang tinggi bukan hanya untuk berkelahi dan berperang, tetapi untuk pekerjaan yang lain pula……!” Sahabat kawannya yang lain.
Mereka yang menyaksikan cara kerja Raden Mas Danang Sutawijaya saling berbisik, kagum.
“Sudahlah Raden……! Raden beristirahat, biar kami yang melanjutkan……!” Berkata pimpinan kelompok.
“Baru mau mulai berkeringat, Paman. Marilah kita lanjutkan…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka sekarang kembali bekerja, tidak hanya berbisik dan mengagumi Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka semakin bersemangat karena patra dari Ki Ageng Mataram ikut terjun langsung bersama mereka. Bahkan anak muda itu adalah putra mahkota kerajaan Pajang. Mereka bangga memiliki pimpinan seperti itu.
Ketika mereka sedang giat bekerja, tiba-tiba terdekat desah tertahan tak jauh dari Raden Mas Danang Sutawijaya yang sedang mencangkul.
“Uoooch……!” Desah salah seorang dari mereka yang sedang membabat rumput-rumput liar.
“Ada apa Kang……?” Bertanya orang terdekat dari orang itu.
“Ular….., aku digigit ular ijo……!” Jawab orang yang mendesah tadi.
“Tolong…..! Kawan kita digigit ular…..!” Teriak kawannya yang terdekat tadi.
Tiba-tiba Raden Mas Danang Sutawijaya yang mendengar teriakan itu meloncat dan berlari menuju orang yang digigit ular.
“Oooh Raden……!” Sapa orang yang digigit ular itu.
“Di kaki itukah yang digigit…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya yang melihat orang itu memegangi kakinya.
“Benar Raden…..! Ular hijau yang menggigit…..! Ular itu langsung menyelinap di semak belukar…..!” Berkata orang yang digigit ular.
Beberapa orang pun berlarian mendekat ingin membantu orang yang digigit ular itu.
Tetapi mereka melihat Raden Mas Danang Sutawijaya mengeluarkan semacam batu akik dari kampilnya.
Batu sebesar telur burung puyuh. Batu kehitaman yang sama sekali tidak ada keindahannya.
Batu itu kemudian ditempelkan di luka gigitan orang itu.
Eloknya, batu itu tidak terjatuh walau tertempel miring. Sewajarnya batu itu semestinya jatuh. Namun batu tetap menempel di luka gigitan itu. Mereka yang menyaksikan menunggu apa yang terjadi dengan batu itu.
Namun beberapa saat kemudian, batu itu benar-benar jatuh. Batu kemudian diambil kembali oleh Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Sudah……! Cucilah luka itu dengan air bersih. Dan kau bisa istirahat beberapa saat. Jika kau sudah merasa segar kembali bisa ikut melanjutkan pekerjaan……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Terimakasih Raden…..! Sepertinya racun ular sudah tidak terasa lagi…..!” Berkata orang yang digigit ular tadi.
Dalam pada itu, Ki Ageng Giring berlari-lari kecil setelah mendengar ada orang yang digigit ular.
“Oooh Raden…..! Di manakah orang yang di gigit ular……?” Bertanya Ki Ageng Giring.
“Sudah sembuh……! Sekarang sedang membersihkan diri……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Ooh syukurlah……! Raden pasti memiliki penangkalnya……!” Berkata Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring sesungguhnya juga memiliki batu penangkal bisa ular. Tetapi ia bersyukur karena Raden Mas Danang Sutawijaya telah bertindak terlebih dahulu. Jika yang tergigit ular itu terlambat ditangani atau keliru penanganan tentu akan berbahaya.
………………..
Bersambung…………
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.