Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(500)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mereka semakin kagum kepada Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Untung Raden bertindak cepat……!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Kebetulan tidak jauh dari tempat aku berada, Paman…..! Saya tahu bahwa Paman pun memiliki benda penangkal bisa ular dan bisa lainnya……!” Sahut Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Yaaa…. untuk berjaga-jaga agar tidak ada yang celaka…..!” Jawab Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring dan Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian berbincang tentang berbagai hal.
Namun yang menjadi tekad bersama adalah agar jalan ini segera tembus ke kawasan Kotagede. Jika sudah tembus, nanti bisa dilewati gerobak atau kereta kuda yang mengangkut batu bata dan genteng. Lagi pula, nantinya seluruh tenaga bisa bersama-sama membangun kawasan Kotagede.
“Aku seharian ini akan membantu mereka di sini, Paman…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tentu mereka akan semakin bersemangat……!” Ki Ageng Giring menanggapi.
Mereka semakin bersemangat dan tidak khawatir terhadap ular apapun. Bahkan jika mereka bertemu dengan ular bandotan berkepala hitam yang memiliki bisa sangat tajam. Pembuatan jalan itu memang tidak jauh dari sungai Gajahwong sehingga memungkinkan banyak ular dan binatang melata lainnya.
Kini Raden Mas Danang Sutawijaya membantu menebang pohon besar yang berdiri di jalur pembuatan jalan.
Seperti yang terjadi ketika membantu menebang pohon di tempat rencana alun-alun, di sini ia juga meminjam kapak besar. Kapak besar yang baru saja diasah itu berkilat pertanda tajam.
Dengan kekuatan penuh yang dilambari ilmunya yang tinggi, kapak menghujam dalam di batang pohon yang besar itu. Seperti yang terjadi sebelumnya, mereka yang menyaksikan terkesima. Dan justru mereka berhenti bekerja hanya untuk melihat Raden Mas Danang Sutawijaya mengayunkan kapak.
Tiga kali ayunan, tatal besar telah terlepas dari batang pohon besar.
Setelah beberapa kali hantaman kapak dari Raden Mas Danang Sutawijaya, akhirnya pohon itu benar-benar tumbang.
Kali ini pohon besar itu hanya ditebang oleh Raden Mas Danang Sutawijaya seorang diri dan roboh ke luar dari jalur jalan.
Mereka yang menyaksikan tumbangnya pohon itu kemudian bertepuk tangan dan bersorak sorai karena kagum kepada Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Jaya Raden Sutawijaya……, jaya Raden Sutawijaya…, jaya Raden Sutawijaya….!”
Bersahut-sahutan yang mengundang beberapa orang berlarian mendekati.
“Ada apa….., ada apa……?” Bertanya beberapa orang yang berlarian mendekat itu.
“Heee……, lihatlah…..! Pohon besar ini hanya ditebang oleh Raden Mas Danang Sutawijaya seorang diri….! Sementara sebelumnya, pohon sebesar itu mesti ditebang oleh sepuluh orang atau lebih……!” Sahut kawannya yang menyaksikan.
“Wuooo……! Hebat sekali…..!” Berkata orang yang baru datang.
“Yaa….., itulah Raden Mas Danang Sutawijaya…..!” Sahut kawannya.
Mereka semakin banyak berkerumun ingin menyaksikan pangeram-eram yang sungguh mengagumkan.
Mereka melihat tatal kayu yang tidak sewajarnya, besar dan lebar.
“Ayo kita lanjutkan pekerjaan berikutnya…..!” Berkata pimpinan kelompok di tempat itu.
Mereka bertambah bersemangat karena putra pimpinan tertinggi ikut terjun langsung menebang pohon.
Dengan semangat yang berlipat, pekerjaan berjalan dengan lebih cepat.
Mereka ada yang menebang pohon, ada yang mengangkat pohon yang telah tumbang, ada yang membabat semak belukar, ada yang mendongkel pangkal batang yang telah roboh, ada yang meratakan tanah. Semua terlibat dalam gotongroyong saiyek saeka karya.
Kini Raden Mas Danang Sutawijaya membantu mendongkel pangkal batang yang telah roboh. Ia meminjam plancong besar yang tajam di dua sisi.
Sisi yang satu seperti dhandhang, sedangkan sisi yang satu runcing namun kuat.
Kini mereka tidak hanya sekedar menyaksikan Raden Mas Danang Sutawijaya tandang gawe – bekerja, tetapi semuanya bekerja sesuai kemampuannya.
……………
Bersambung………..
(@SUN-aryo)