Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(516)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mereka, para utusan dari Bagelen itu terus melanjutkan perjalanan. Namun ada keinginan yang kuat untuk singgah di Kotagede ketika pulang dari Pajang nantinya. Mereka ingin tahu seberapa maju perkembangan pemukiman dari pusat telatah Mataram tersebut.
Sementara itu, gerobak-gerobak pengangkut batu bata dan genteng telah sampai di alun-alun Kotagede. Mereka, para bajingan dan para pembantunya itu kagum melihat alun-alun yang begitu luas dan di tengah-tengahnya ada pohon beringin tua yang rimbun. Gerobak-gerobak itu berderet di tepian alun-alun. Batu bata dan genteng itu memang akan ditumpuk di tepian alun-alun di sisi selatan.
Para bajingan dan para pembantunya kembali terkejut ketika banyak orang mendatangi gerobak-gerobak mereka.
“Ayoo kita turunkan…..!” Berkata salah seorang dari mereka yang baru datang.
Mereka kemudian beramai-ramai menurunkan muatan itu.
Para bajingan dan para pembantunya yang semestinya menurunkan muatan tanpa bantuan yang membeli, kini mereka yang seakan justru membantu menurunkan muatan.
Jika hanya berdua untuk setiap gerobak menurunkan muatan itu tentu akan memerlukan waktu yang lama. Namun kini, hanya beberapa saat saja semua muatan dari tiga belas gerobak telah tertata rapi di tepi alun-alun. Hampir seratusan orang telah membantu menurunkan seluruh muatan gerobak-gerobak itu.
“Ooh terimakasih…..! Ini semua adalah tugas kami. Tetapi hampir-hampir kami tidak bekerja sama sekali…..!” Berkata penjual batu-bata dan genteng itu.
“Sudah selayaknya kita saling membantu……..!” Jawab salah seorang dari mereka yang membantu.
Penjual batu bata dan genteng serta yang membantu sejak dari Berja sungguh beruntung karena telah mendapat bantuan yang sangat berarti. Ketika mendapat bantuan di jembatan kali Winanga mereka sudah sangat terbantu dan kini mendapat bantuan lagi di tempat tujuan.
Mereka, para pengangkut batu bata dan genteng itu kembali terkejut. Mereka diminta untuk ke salah satu bangunan yang masih setengah jadi. Di sana telah disediakan sajian makan siang walau telah sore.
“Silahkan dirahapi sajian yang sederhana ini. Dan di sana tempat untuk mencuci tangan…..!” Berkata salah seorang wanita setengah baya.
“Ooh ya terimakasih Mbok….!” Jawab penjual batu bata dan genteng itu.
Mereka sungguh beruntung yang berurutan. Setelah dibantu tenaga yang sangat berarti, mereka masih mendapat suguhan yang sangat baik menurut ukuran mereka. Walau tadi dikatakan sebagai sajian yang sederhana.
Kini mereka melihat banyak ranting kering di luar alun-alun. Ranting-ranting yang sangat banyak itu tentu tidak mungkin akan dimanfaatkan di tempat itu. Ranting-ranting itu nantinya pasti hanya akan dibakar. Terbersit di benak penjual batu bata dan genteng itu untuk dimanfaatkan.
“Maaf Kisanak, apakah ranting-ranting kering itu boleh kami minta untuk pembakaran batu bata dan genteng di tempat kami…..?”
“Oooh tentu saja boleh seberapa pun kalian kehendaki. Justru kami yang kesulitan untuk menyingkirkannya…..!” Jawab salah seorang pimpinan dari kelompok yang sedang membangun pemukiman Kotagede tersebut.
“Terimakasih, kami memang membutuhkan banyak kayu bakar untuk membakar batu bata maupun genteng……!” Berkata penjual batu bata dan genteng.
Tanpa membuang waktu, mereka segera menaikkan ranting-ranting kering itu ke atas gerobak. Namun mereka kembali tertegun ketika banyak orang kembali berdatangan. Dan orang banyak itu segera ikut menaikkan ranting-ranting itu ke atas gerobak.
Hanya beberapa saat gerobak-gerobak itu telah penuh dengan ranting-ranting kering. Tentu saja dahan dan kayu besar tidak disertakan, karena kayu dan dahan itu bisa digunakan untuk bahan bangunan.
Tiba-tiba Raden Mas Danang Sutawijaya sudah berada di tempat itu sebelum gerobak-gerobak itu meninggalkan alun-alun.
“Tolong Paman, sesegera mungkin kami disetor batu-bata dan genteng lagi, lebih banyak lebih baik…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
………….
Bersambung…………
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.