Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(530)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mereka, para prajurit utusan itu sudah terbiasa bangun pagi.
Sebelum matahari semburat merah, mereka telah ke pakiwan dan berbersih diri.
Nyi Prawangsa dan para pembantunya telah menyiapkan minuman jahe sere yang hangat. Mereka pun telah menyiapkan untuk sarapan pagi dengan lauk pecel dan telur dadar.
Adik Nyi Prawangsa memang telah mengatakan bahwa akan pamitan setelah matahari naik sepenggalah. Mereka berharap, sebelum tengah hari sudah sampai di Mataram.
Salah seorang utusan dari Banyumas yang paling tua yang kemudian mewakili untuk minta diri.
“Bukan basa-basi jika kami mengucapkan terimakasih atas penerimaan keluarga Ki Prawangsa kepada kami. Kami bisa tidur nyenyak dan telah sarapan kesukaan kami, paling tidak kesukaan saya, pecel kembang turi….! Dan kami mohon pamit untuk segera melanjutkan perjalanan. Seperti kami rencanakan, kami akan singgah di Mataram……!”
“Pamitan-nya kurang panjang…..! Nanti keburu disajikan makan siang……!” Seloroh kawannya sesama dari Banyumas sambil bergurau.
Mereka pun tertawa mendengar gurauan kawannya itu.
“Eeee….., jangan khawatir, itu sudah disiapkan bekal untuk makan siang di jalan kok……!” Berkata Nyi Prawangsa sambil bergurau pula.
“Wuooo…..! Kami tidak nyindir lho Nyi…..! Tetapi terimakasih, kami tidak akan menolak dan tak usah mampir warung…..!” Sahut utusan dari Banyumas yang tadi berseloroh.
Walau mereka baru bertemu tadi malam, namun mereka sudah terlihat akrab.
“Hati-hati di jalan, semoga semua selamat sampai di kadipaten masing-masing…..!” Berkata Ki Prawangsa.
Mereka para utusan dari Banyumas, Bagelen dan Menoreh segera meninggalkan rumah Ki Prawangsa.
Jalan dari Sangkalputung sampai Prambanan sudah semakin ramai. Laju kuda-kuda tidak begitu kencang.
Sampai di depan pasar Prambanan mereka memerlukan membeli degan kelapa muda duabelas butir utuh.
Kemudian mereka beristirahat di seberang kali Opak sambil memberi kesempatan kuda-kuda mereka minum dan makan rerumputan hijau.
Mereka pun membuka bekal yang dibekali oleh Nyi Prawangsa.
“Wuooo….! Lauknya lele bakar besar-besar…..!” Seloroh utusan yang dari Banyumas yang memang senang berkelakar.
“Tetapi hati-hati, patil-nya jangan ketelan……!” Sahut kawannya.
Mereka menikmati bekal dari Nyi Prawangsa di bawah pohon mahoni di tepi kali Opak.
Degan kelapa muda yang telah diparas oleh penjualnya itu tinggal mencukil ujungnya dan siap diminum.
Mereka beristirahat sambil berbincang tentang banyak hal. Mereka kembali menceritakan keadaan wilayah masing-masing yang sebelumnya belum sempat mereka ceritakan.
“Di Bagelen sedang musim durian, silahkan ke tempat kami, nanti kami suguh durian sepuas kalian…..!” Berkata salah seorang utusan dari Bagelen.
“Boleh…..! Kami mau…! Setelah dari Mataram kami yang dari Banyumas akan pesta durian di Bagelen…..!” Sahut utusan dari Banyumas yang senang bercanda itu.
“Di Menoreh sedang panen kacang, nanti mampir di Menoreh dan akan kami beri oleh-oleh kacang dari Menoreh……!” Adik Ki Prawangsa tidak mau ketinggalan.
“Ha ha ha ha …….! Kita ini utusan raja tetapi sambil kulakan……!” Seloroh utusan dari Banyumas.
Karena mereka senasib seperjuangan sehingga menjadi akrab.
Kemudian mereka berganti memperbincangkan tentang rencana penyerbuan pasukan Pajang ke bang wetan dengan sungguh-sungguh.
“Bisa jadi akan terjadi pertempuran yang dahsyat, karena pasukan yang disertakan oleh Pajang sangat besar……!” Berkata utusan dari Bagelen.
“Namun pihak yang diserbu sebagai ‘tuan rumah’ tentu lebih mudah mengerahkan pasukan yang lebih banyak dan ongkos yang lebih sedikit….!” Sahut kawannya.
“Jika pasukan Madura langsung bergabung dengan pasukan Surabaya, Gresik dan Lamongan tentu merupakan kekuatan yang besar……!” Sahut salah satu utusan dari Menoreh.
“Dan jika terjadi benturan kekuatan, korban yang banyak tak akan terelakkan……!” Sahut salah seorang dari mereka.
……………..
Bersambung…………
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…