Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(561)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya tahu bahwa Ki Ageng Mataram atau Ki Pemanahan itu merendahkan diri. Ia tahu sifat dari saudara seperguruannya itu. Sesungguhnya ia bangga, hutan Alas Mentaok yang semula hutan belantara yang berbahaya, kini telah menjadi sebuah negeri.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya teringat wecan– ramalan yang pernah dikatakan oleh Kanjeng Sunan Mrapen bahwa darah Ki Pemanahan akan menurunkan ratu tanah Jawa – raja-raja Jawa. Apakah ramalan itu ada pada anak ini? Batin Kanjeng Sultan Hadiwijaya sambil melirik ke Danang Sutawijaya.
“Yang terjadi biarlah terjadi. Yang utama bagiku, Pajang sekarang telah menjadi penguasa tanah Jawa ini…..!” Batin Kanjeng Sultan Hadiwijaya pula.
Beberapa saat mereka bertiga berbincang.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya telah berpesan kepada orang di dapur untuk menyiapkan jamuan bagi tamu dari jauh yang tak asing lagi bagi para penghuni istana.
“Temuilah dahulu Raden Benawa adikmu, sekarang telah menjadi seorang remaja…..!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Baik Ramanda Sultan, Danang memang ingin bertemu dengan Adimas Benawa…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Kakang Pemanahan nanti bisa beristirahat sejenak dan berbersih diri di bangsal yang biasa untuk Kakang singgah…..!” Lanjut Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Setelah menikmati jamuan makan bersama, Ki Pemanahan beristirahat dan membersihkan diri di bangsal yang telah disediakan. Sedangkan Raden Mas Danang Sutawijaya bergegas menuju ksatrian tempat tinggal Raden Benawa. Ia dahulu sering berkunjung ke ksatrian tempat tinggal Raden Benawa. Saat itu Raden Benawa masih menjelang remaja. Namun Raden Benawa senang setiap kali dikunjungi oleh kakaknya itu. Walau sesungguhnya, Raden Mas Danang Sutawijaya adalah kakak angkatnya. Raden Mas Danang Sutawijaya pun senang kepada adiknya itu. Tak jarang Raden Benawa diajak berkeliling keluar dari istana dengan berkuda. Keduanya tak ubahnya seperti saudara sekandung.
Bahkan suatu saat Raden Benawa diajak berburu ke hutan terdekat dari istana. Betapa senangnya Raden Benawa ketika pulang membawa seekor macan loreng. Lebih kagum lagi bagaimana kakaknya itu, ketika itu menaklukkan macan loreng hanya dengan tangan kosong. Ketika itu, Raden Benawa menyaksikan perkelahian antara Raden Mas Danang Sutawijaya melawan macan loreng. Ketika itu Raden Benawa melihat kakaknya menghantam rusuk macan loreng itu yang membuat binatang buas itu terkapar. Dan kini, kulit macan loreng itu utuh terpajang di ksatrian tempat tinggal Raden Benawa. Saat melihat kulit macan tutul itu, Raden Benawa selalu teringat kepada kakak angkatnya itu. Bahkan terbersit oleh Raden Benawa agar suatu saat bisa memiliki ilmu seperti halnya Raden Mas Danang Sutawijaya. Namun sayangnya, Raden Mas Danang Sutawijaya telah meninggalkan istana pergi untuk babat Alas Mentaok dan sampai kini tak bertemu lagi.
Betapa gembiranya Raden Mas Benawa ketika tiba-tiba Raden Mas Danang Sutawijaya sudah berada di beranda ksatrian.
“Oooh Kangmas…..! Betapa rindunya Benawa untuk bertemu dengan Kangmas Ngabehi Loring Pasar…..!” Sapa Raden Mas Benawa sambil merangkul kakak angkatnya itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya memang akrab dipanggil dengan sebutan Raden Mas Ngabehi Loring Pasar karena ksatrian tempat tinggalnya berada di sebelah utara pasar.
“Oooh Dimas……! Kau telah berkembang menjadi seorang remaja yang gagah dan tampan…..!” Puji Raden Mas Danang Sutawijaya dengan jujur.
“Mengapa Kangmas tidak pernah pulang ke Pajang…..? Benawa merasa sepi tanpa keberadaan Kangmas Danang……!” Berkata Raden Mas Benawa jujur pula.
“Mentaok adalah hutan belantara yang yang harus kami buka. Bukan pekerjaan ringan untuk membabat hutan itu……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Apakah di hutan Alas Mentaok juga banyak harimau lorengnya, Kangmas…..?” Bertanya Raden Mas Benawa yang teringat ketika berburu macan loreng.
…………….
Bersambung…………
(@SUN-aryo).