Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(565)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Kini lobang-lobang itu telah ditanami pohon beringin walau masih pendek. Alun-alun pun sudah rata, tidak ada lagi tonggak-tonggak kayu.
Raden Mas Danang Sutawijaya mencoba berdiri di tengah-tengah alun- alun. Tanah lapang itu sungguh luas, lebih luas dari alun-alun yang berada di Panjang maupun yang berada di Jipang. Dari tengah-tengah alun-alun di ufuk timur sudah mulai terlihat semburat merah. Di saat seperti itu, para pekerja sudah mulai bangun.
“Alun-alun ini harus segera dimanfaatkan. Setiap pagi seperti ini akan baik jika seluruh pekerja berkumpul di tempat ini. Mereka semua yang masih mampu harus mengikuti latihan olah kanuragan. Mataram harus memiliki pengawal yang kuat, tak kalah dengan kadipaten-kadipaten yang ada sekitar kawasan Mataram……!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Pria-wanita, tua muda yang sehat semua harus diberi bekal olah kanuragan…..!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya selanjutnya.
“Nanti aku harus bertemu dengan para pimpinan kelompok. Mereka sesungguhnya sudah memiliki bekal olah kanuragan. Merekalah nantinya yang harus membimbing setiap pagi…..!” Rencana dari Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian berlari-lari kecil mengelilingi alun-alun. Ia ingin mengendurkan otot- ototnya setelah beberapa waktu di perjalanan di atas panggung kuda.
“Alun-alun ini akan mampu menampung seluruh penghuni kawasan ini…..!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya.
Bangunan bangsal-bangsal di sekitar alun-alun pun sudah mulai dibangun. Bangunan yang hampir semuanya terbuat dari kayu. Kayu bangunan sangat melimpah hasil dari penebangan yang sebelumnya berupa hutan belantara itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian berlari-lari kecil kembali ke tempat tinggalnya sebelum para pekerja memulai bekerja.
Setelah Raden Mas Danang Sutawijaya membersihkan diri, ia memerlukan menghadap Ki Juru Martani. Ki Juru Martani sebagai uwa dari Raden Mas Danang Sutawijaya adalah orang yang paling dituakan.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian menceritakan rencananya untuk setiap pagi hari mengumpulkan seluruh penghuni kawasan itu di alun-alun. Rencana untuk memberikan bekal olah kanuragan pun dikatakan pula.
“Gagasan yang baik…..! Nanti kami yang tua-tua ini akan ikut memberi pengarahan…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Nanti setelah matahari sepenggalah, para pimpinan kelompok akan kita kumpulkan di salah satu bangsal di tapi alun-alun yang telah jadi, Uwa…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Bagus…..! Nanti Ki Ageng Giring akan aku ajak pula…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Menjelang siang hari, para pimpinan kelompok telah berkumpul di bangsal di tepi alun-alun. Bangsal yang cukup memadai untuk berkumpul.
Ki Juru Martani, Ki Ageng Mataram, Ki Ageng Giring dan Ki Demang Karanglo hadir pula dalam pertemuan itu. Ada sekitar tiga puluhan pimpinan kelompok yang hadir dalam pertemuan itu. Raden Mas Danang Sutawijaya senang karena dalam kesempatan itu juga bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai gagasan untuk membangun Mataram menjadi sebuah negeri.
Ki Juru Martani yang pertama-tama memberikan sesorah. Ki Juru Martani diantaranya memberikan contoh kotaraja Pancawati dalam kisah Ramayana. Sebuah negeri yang dibangun dari sebuah hutan belantara juga. Keadaannya hampir mirip dengan yang sedang dibangun di Mataram ini.
“Jika Pancawati bisa menjadi sebuah negeri yang besar, Mataram pun akan bisa kita bangun bersama-sama…..!” Berkata Ki Juru Martani memberi semangat.
“Bahkan Pancawati negeri yang baru tumbuh itu kemudian mampu mengalahkan Alengkadiraja sebuah negeri yang besar dan kuat. Itu semua karena semangat gotong royong yang kuat dari seluruh kawula Pancawati yang didukung oleh pasukan Guwa Kiskenda…..! Apakah kalian mau dan mampu mewujudkan Mataram ini menjadi sebuah negeri yang kuat…..?” Bertanya Ki Juru Martani dengan lantang.
“Yaaa….. kami mau……!” Jawaban mereka serentak.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)