Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(581)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Kemudian Raden Mas Danang Sutawijaya menjawab; “Menurutku tidak juga. Aku baru saja lewat seorang diri ternyata aman-aman saja…..!”
“Tetapi kawan-kawanku pernah mencoba memasuki hutan itu namun balik lagi karena banyaknya buaya…..!” Dalih orang itu.
“Ooh yaa….., memang banyak buaya, aku dengan kuda ini bisa menghindar dari terkaman buaya……!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Alas Beringan kalau musim kering yang panjang jalan itu bisa dilewati dengan aman, ttp kalau musim basah seperti sekarang ini tentu sulit……!” Sahut yang lain.
“Di samping banyak buaya, rerumputan juga pepat…..!” Timpal yang lain.
“Jika saya akan ke Menoreh, apakah jalan ke arah barat itu sudah ramai…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya mengalihkan perbincangan.
“Sudah cukup ramai, kami sudah sering menyeberang kali Praga dengan getek bambu…..!” Jawab yang lain.
“Terimakasih, saya akan menyeberang kali Praga untuk mengetahui tanah di seberang kali itu…..!”
“Menyeberangkan kuda atau kerbau jasanya empat kali lipat dari satu orang manusia…..!” Berkata yang lain lagi.
“Ya wajar saja, menyeberangkan hewan tentu lebih sulit…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka masih berbincang tentang berbagai hal, namun Raden Mas Danang Sutawijaya belum mengatakan bahwa ia adalah putra dari Ki Ageng Mataram sendiri.
Namun ketika ia kemudian minta diri, ia sempat mengatakan dengan bahasa yang halus; “Mohon pamit, saya putra Ki Ageng Mataram akan melanjutkan perjalanan ke Menoreh…..!”
“Oooh Raden, jadi Raden adalah Raden Mas Danang Sutawijaya…..?” Bertanya salah seorang dari mereka.
Raden Mas Danang Sutawijaya hanya tersenyum, namun kemudian dengan ringannya meloncat ke punggung kuda.
Ia masih sempat menoleh dan tersenyum sambil berkata; “Marilah kita bangun telatah ini bersama-sama…..!”
Orang-orang itu terbengong-bengong sambil melihat orang muda yang gagah dan tampan yang ternyata adalah Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri.
“Aku tadi sudah curiga, jangan-jangan orang itu adalah Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri…..!” Seloroh salah seorang dari mereka.
“Ha ha ha……, bisa saja…..! Kau saja tadi bicara ngoko kepadanya, padahal dia bicara halus…..!” Timpal kawannya.
“Yaaah….., kita beruntung bisa bertemu dengan beliau, piyayi agung yang rendah hati…..!” Berkata orang pertama.
“Jika Mataram menjadi sebuah negeri, beliau pantas menjadi seorang raja atau apapun sebutannya untuk telatah ini…..!” Berkata yang lain.
“Dan daerah ini menjadi bagian dari telatah atau negeri Mataram itu…..!”
“Yaaa….., kita ini adalah kawula Mataram……!”
“Pantas saja beliau berani menyeberang Alas Beringan seorang diri…..!” Sahut yang lain.
“Tadi kita melihat ketika meloncat ke punggung kuda dengan ringannya……!”
“Yaaa….., seperti melayang dengan enteng…..!” Timpal yang lain.
Mereka masih memperbincangkan orang muda yang ternyata adalah putra Ki Ageng Mataram sendiri, Raden Mas Danang Sutawijaya.
Sementara itu, Raden Mas Danang Sutawijaya telah melanjutkan perjalanan. Ia sempat merenungkan kata-kata para petani tadi, bahwa Alas Beringan memang masih gawat. Terpikir olehnya bahwa hutan itu juga harus dibabat dan dibuat jalan yang lebar. Dari Kotagede ke arah Menoreh, jika menerobos Alas Beringan tentu jauh lebih dekat dari pada harus lewat Karangwaru dan kemudian lewat Berja.
“Setelah kawasan Kotagede pantas untuk ditinggali, perlebaran jalan yang menerobos Alas Beringan harus segera dimulai…..!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya yang penuh gagasan itu.
Beberapa kali Raden Mas Danang Sutawijaya berpapasan atau mendahului orang-orang yang lewat jalan itu. Setiap kali pula Raden Mas Danang Sutawijaya menyapa mereka dengan ramah dengan memperlambat laju kudanya.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)