Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(582)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Jalanan mulai menurun, pertanda sudah dekat menuju sungai. Namun Raden Mas Danang Sutawijaya belum tahu apakah sungai terdekat itu sungai Praga atau sungai yang yang lain.
Laju kuda diperlambat karena jalan menurun tajam.
Di hadapannya telah terlihat sungai yang terbentang lebar dengan air yang keruh.
“Itu pasti sungai Praga seperti yang diceritakan oleh Ki Ageng Giring…..!” Batin Raden Mas Danang Sutawijaya.
Lagi pula airnya sama keruhnya dengan Kali Praga yang pernah ia lihat di penyeberangan di bawah pertapaan Timoho tempat Ki Tunggul Wulung dahulu. Lebar sungainya juga tidak jauh berbeda dengan yang ia lihat di Timoho. Sungai yang lebar tentu airnya tidak sederas jika sungainya sempit.
Dari atas, Raden Mas Danang Sutawijaya melihat beberapa orang yang akan menyeberang. Bahkan ia juga melihat empat ekor kerbau. Ia belum tahu, kerbau-kerbau itu akan diseberangkan ke sisi barat atau sebaliknya baru saja diseberangkan dari arah barat.
Beberapa orang menoleh ke arah Raden Mas Danang Sutawijaya yang masih menunggang kuda.
“Apakah dia juga akan menyeberang…..?” Sayup-sayup Raden Mas Danang Sutawijaya mendengar salah seorang bertanya.
“Tentu tidak bisa bersama kerbau- kerbau ini. Jika kerbau-kerbau ini belum terbiasa dekat dengan kuda tentu akan mberot – berontak…..!” Berkata yang lain yang didengar pula oleh Raden Mas Danang Sutawijaya.
Menyadari hal itu, Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian menambatkan kudanya agak jauh dari tepian kali. Maksudnya adalah agar kerbau-kerbau itu tidak takut.
Ia kemudian berjalan kaki menuju ke perahu ketek yang masih tertambat.
“Permisi Kisanak….., boleh saya ikut menyeberang…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tentu saja boleh, tetapi jika dengan kuda harus menunggu jika kami telah kembali lagi. Kami harus menyeberangkan kerbau-kerbau ini terlebih dahulu…..!” Berkata salah seorang tukang satang.
“Baiklah, akan aku tunggu. Biarlah kudaku makan rumput dahulu…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya belum tahu bagaimana perahu getek itu akan menyeberangkan empat ekor kerbau secara bersamaan. Jika kerbau-kerbau itu dinaikkan di atas perahu getek tentu terlalu berat. Getek bisa tenggelam atau terbalik.
Para tukang satang itu telah menuntun kerbau-kerbau itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya memperhatikan, ternyata kerbau-kerbau itu tidak dinaikkan di atas perahu getek, tetapi diikat di sisi kiri dan kanan perahu getek. Dua ekor di sisi kanan dan dua ekor di sisi kiri.
Enam orang penumpang telah naik di atas perahu getek. Perahu yang di kiri dan kanan ada lesung kayu panjang, sedangkan di tengahnya ada bambu yang tata rapi dan kuat. Dengan demikian perahu itu akan mampu menahan berat dan tidak akan mudah terbalik.
Raden Mas Danang Sutawijaya sudah sering melihat perahu getek seperti itu. Juga ketika pasukan Pajang menyerbu ke Jipang di tepian kali Bengawan Sore. Namun baru kali ini ia menyaksikan cara menyeberangkan kerbau-kerbau.
Ada empat orang tukang satang yang telah bersiap. Terlihat satu orang di depan telah memegang satang – yakni galah bambu panjang yang cukup kuat. Galah itu di ujung bawah disumpal dengan sepotong kayu yang diikat kuat. Ujung kayu itu untuk tumpuan di dasar sungai.
Dua orang tukang satang yang lain berada di bagian belakang di kiri dan kanan perahu. Sedangkan yang seorang justru melepas baju dan terjun ke sungai. Sepertinya sungai tidak terlalu dalam. Orang yang terjun ke sungai itu airnya sebatas dada. Rupanya orang itu akan mendorong perahu getek itu dari belakang.
Perahu getek pun mulai melaju. Dua orang tukang satang yang di belakang mendorong perahu dengan satang galah bambu. Yang seorang lagi mendorong dari belakang. Sedangkan yang di depan mengarahkan arah laju perahu.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo