Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(602)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Hari belum terlalu malam, namun para tamu Ki Demang perlu untuk beristirahat. Setelah beberapa saat mereka berbincang, Ki Demang telah mempersilahkan mereka untuk beristirahat.
“Besuk setelah sarapan pagi kita berangkat menuju ke Bukit Tidar. Ki Jagabaya juga aku minta bersama kita……!” Berkata Ki Demang Mungkid.
“Dengan senang hati Ki Demang. Lagi pula aku sudah lama tidak berkunjung ke Bukit Tidar…..!” Berkata Ki Jagabaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya dan tiga orang dari perguruan Kaliangkrik yang bersamanya bisa tidur dengan nyenyak. Banjar yang disediakan cukup layak untuk beristirahat bagi siapapun. Terlebih bagi mereka para pengembara. Mereka diterima oleh keluarga kademangan bagai di penginapan yang mahal. Wajar saja jika para penari teledek keliling senang singgah dan menginap di banjar kademangan.
Ketika ayam jantan telah berkokok untuk kedua kalinya, mereka telah terbangun. Mereka sudah terbiasa bangun pagi. Mereka bergantian telah ber-bersih diri.
Ki Demang pun telah minum jahe sere gula aren di teras pendapa sambil menghisap udud linting kulit jagung.
“Ki Demang telah lebih dahulu bangun……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya yang sudah berpakaian rapi.
“He he he….., sudah terbiasa Raden….! Apakah Raden suka ses mbako linting klobot …..?” Bertanya Ki Demang Mungkid.
Ses yang dimaksud adalah bahasa halus untuk udud (rokok), mbako linting klobot maksudnya adalah tembakau lintingan yang dilinting dengan kulit jagung.
“Maaf Ki….., saya tidak terbiasa. Tetapi tetap menghargai orang yang ses……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya agar Ki Demang menikmati kesenangannya tersebut.
“Jika demikian biar dibuatkan wedang jahe gula aren yang membuat tubuh menjadi hangat…..!” Berkata Ki Demang yang kemudian memanggil pembantunya untuk membuatkan minuman.
“Siapkan pula untuk tamu kita yang lain…..!” Lanjut Ki Demang.
“Apakah kami boleh mengetahui lebih banyak tentang Mataram, Raden……?” Bertanya Ki Demang Mungkid setelah Raden Mas Danang Sutawijaya duduk di kursi yang telah tersedia.
“Tentu saja dengan senang hati, Ki Demang…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya yang ingin menjalin kemitraan dengan wilayah di sekitar telatah Mataram dengan senang hati menceritakan tentang Mataram yang sedang membangun.
Diceritakan bagaimana mereka boyongan dari Pengging, terutama dari Sela serta sebagian dari Laweyan. Mereka harus membabat hutan yang Alas Mentaok yang angker. Dan juga harus membuat jalan baru untuk sampai di tempat yang sekarang disebut Kotagede itu.
“Kami mendapat bantuan dari Ki Demang Karanglo dan juga Ki Ageng Giring…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Oooh…., Ki Demang Karanglo tentu saja aku kenal. Suatu saat aku ingin bertemu dengan beliau. Sedangkan Ki Ageng Giring aku telah mendengar kebesaran namanya, tetapi belum pernah bertemu…..!” Berkata Ki Demang Mungkid.
“Silahkan berkunjung ke Mataram, Ki. Tentu kami akan sangat senang…..!” Tawaran Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tetapi nama Ki Ageng Mataram dan Ki Mandaraka terlalu besar untuk menerima kami, Raden…..!” Berkata Ki Demang Mungkid merendah.
“Kami sekarang adalah para pengungsi dan bukan para penghuni istana. Tentu kami sangat senang menerima kunjungan Ki Demang…..!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah Raden, suatu saat kamu akan berkunjung ke Mataram, bisa bertemu sahabatku Ki Demang Karanglo……!” Berkata Ki Demang Mungkid.
Beberapa saat kemudian, tiga orang dari perguruan Kaliangkrik yang bersama Raden Mas Danang Sutawijaya telah ikut bergabung di teras pendapa itu.
Sambil minum wedang jahe sere gula aren mereka berbincang tentang banyak hal. Seakan melanjutkan perbincangan tadi malam yang terputus karena harus beristirahat.
Orang tertua dari perguruan kaliangkrik itu kemudian bercerita bagaimana mereka diserbu oleh gerombolan dari Bukit Tidar.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…