Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(610)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Dalam keadaan seperti itu, bisa saja Raden Mas Danang Sutawijaya memukul lawan dari belakang. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Raden Mas Danang Sutawijaya. Ia justru tetap tetap tegak berdiri menunggu Nyi Singa Dangsa berbalik menghadapinya.
Nyi Singa Dangsa kembali menggeram bagai singa betina karena marah dan malu. Geraman yang membuat bergidik bulu roma bagi mereka yang tak bernyali. Namun bagi Raden Mas Danang Sutawijaya tak berpengaruh apa pun. Ia telah bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan dilakukan oleh lawannya itu.
Nyi Singa Dangsa tak ingin dipermalukan oleh lawannya yang jauh lebih muda itu.
Kini Nyi Singa Dangsa benar-benar telah mengerahkan ilmunya. Ia tak ingin berbasa-basi terhadap lawannya itu.
Ia kembali menyerang dengan tangan mengembang seakan tak ingin memberi kesempatan lawannya itu lolos dari sergapan. Dengan kecepatan yang amat tinggi Nyi Singa Dangsa menubruk Raden Mas Danang Sutawijaya. Namun yang ditubruk telah menyadari bahwa lawannya telah melambari dengan ilmunya yang tinggi. Ia meningkatkan ilmunya pula, bahkan dilambari pula dengan ilmu kebalnya.
Nyi Singa Dangsa dalam serangan pertama itu sengaja dengan gerakan pancingan. Namun gerakan yang kedua adalah gerakan serangan yang sesungguhnya. Tetapi Raden Mas Danang Sutawijaya adalah seorang anak muda yang telah kaya akan pengalaman. Ia tidak terkecoh oleh serangan lawan. Ia sempat memiringkan tubuhnya sehingga serangan lawan hanya menerpa angin. Tetapi Nyi Singa Dangsa melanjutkan serangan yang berikutnya. Lawannya pun masih mampu menghindar. Nyi Singa Dangsa tak ingin gagal, ia terus memburu dan memburu lawannya. Raden Mas Danang Sutawijaya masih saja selalu berkelit menghindari lawannya dengan berloncatan kian ke mari. Bahkan kadang dengan meloncat tinggi. Sampai sejauh itu Raden Mas Danang Sutawijaya belum melakukan serangan balasan. Namun Nyi Singa Dangsa mengira bahwa lawannya itu tak mampu mendekati karena takut dengan kuku-kuku baja yang tajam dan beracun. Ia terus memburu ke mana pun lawannya menghindar. Ia hanya memerlukan segores kecil di tubuh lawannya.
Demikian pula Ki Singa Dangsa pun mengira bahwa Raden Mas Danang Sutawijaya kini tak mendapat kesempatan untuk menyerang balik. Dan hampir semua yang menyaksikan pun mengira demikian karena kini Nyi Singa Dangsa telah menyerahkan ilmunya. Bahkan orang dari perguruan Kaliangkrik menyesalkan, mengapa tadi Raden Mas Danang Sutawijaya telah mengabaikan kesempatan untuk melumpuhkan lawan.
“Huuuch…..! Membosankan…..! Apakah pembunuh Harya Penangsang itu hanya mampu berloncatan seperti itu….?” Gerutu Ki Singa Dangsa dari pinggir arena.
Namun sesaat kemudian semua orang di halaman pendapa Bukit Tidar tersebut merinding bulu kuduknya.
Terdengar Nyi Singa Dangsa tertawa bagai iblis betina yang baru keluar dari kuburan tua.
“Hi hi hi hi hi hi hi hi…….! Mampus kau, mampusss…..! Hi hi hi hi hi hi……! Segores kuku bajuku akan mengantar kau ke neraka…..! Hi hi hi hi hi hi……!”
Karena Nyi Singa Dangsa telah merasa mampu menggoreskan kuku banjanya ke lengan lawannya.
Mereka yang menyaksikan pun mengira sebentar lagi orang dari Mataram itu akan terkapar dan menggelepar. Terlebih para penghuni Bukit Tidar sudah sering menyaksikan lawan Nyi Singa Dangsa mengalami nasib seperti itu.
Namun sekejap kemudian semua orang terkejut bukan buatan. Yang jatuh terkapar bukan Raden Mas Danang Sutawijaya, tetapi Nyi Singa Dangsa yang mendapat serangan sapuan kaki dari lawannya ketika masih tertawa berkepanjangan. Sedangkan Raden Mas Danang Sutawijaya masih tetap berdiri kokoh.
“Huuuch……! Licik kau orang Mataram……!” Teriak Nyi Singa Dangsa sambil tertatih berdiri.
Namun ia kembali sempoyongan karena serasa patah tulang kakinya. Bahkan Ia kemudian jatuh terduduk karena menahan sakit yang teramat sangat.
“Kau pun akan mampus……!” Umpat Nyi Singa Dangsa.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(884)Mataram. Murid orang bercambuk itu terus memburu senopati Pati yang pongah itu. Sedangkan…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(883)Mataram. Senopati Darudeksa yang telah setengah baya itu berkata dengan lantang; "Akan aku…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(882)Mataram. Sementara itu, perjalanan pasukan Pati masih diikuti oleh pasukan Mataram pimpinan Raden…
Perbedaan Sistem Operasi Beda Chromebook dengan Laptop - Salah satu perbedaan paling mencolok antara Chromebook…
Penurunan Harga iPhone 15 dan iPhone 13 di Indonesia Pada bulan November 2024, pasar gadget…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(881)Mataram. Sesaat kemudian terdengar senopati yang berlari-lari kecil itu kemudian berhenti di depan…