Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(615)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Ki Sura Patil tadi belum sempat menyaksikan apa yang diperbuat oleh Raden Mas Danang Sutawijaya ketika bertempur melawan Nyi Singa Dangsa maupun Ki Singa Dangsa. Ia dan kawan-kawannya memang datang pada saat-saat terakhir. Ketika itu Ki Singa Dangsa tiba-tiba menyerah. Dengan demikian ia tidak tahu setinggi apa ilmu dari anak muda yang mengaku bernama Jebeng itu. Nama Jebeng tidak dikenal dalam dunia orang-orang berilmu. Ia menduga hanya karena kelengahan Ki Singa Dangsa sehingga ia menyerah. Atau karena ilmu Singa Dangsa yang tidak berkembang sejak terakhir kali ia berkelahi dengannya. Ia sendiri merasa sudah jauh meningkat dibandingkan dengan saat itu.
Ia ingin menunjukkan kepada Singa Dangsa dan mereka seluruh orang yang menyaksikan di halaman pendapa Bukit Tidar itu. Bahwa ia dengan mudah akan mampu melumpuhkan anak muda yang mengalahkan Singa Dangsa.
Tak perlu ia menggunakan senjata andalan pisau belati rangkap sehingga disebut Sura Patil.
Raden Mas Danang Sutawijaya-lah yang melangkah mendekati Ki Sura Patil dengan tenang. Ia membebatkan kain ikat kepala di tangan kirinya.
“He he he he……, cari mati kau anak muda…..!” Tegur Ki Sura Patil yang telah bersiap untuk menyerang.
Ia ingin dalam gebrakan pertama, anak muda itu telah jatuh terkapar. Pasti semua orang akan tercengang termasuk Singa Dangsa akan bertekuk lutut pula. Dan untuk selanjutnya Bukit Tidar akan ia kuasai pula.
Ki Sura Patil langsung mengerahkan ilmunya dalam tingkat yang tinggi agar ia langsung bisa melumpuhkan anak muda itu. Dengan sangat cepat dan kuat ia mengayunkan tendangan ke arah lambung lawannya. Ia yakin dalam tendangan pertama anak muda yang mengaku bernama Jebeng itu akan terkapar dan muntah darah.
“Ouuuch aaah……!” Teriak Ki Sura Patil sambil meloncat mundur.
“Wuoooo…..!” Seru mereka yang menyaksikan kejadian tersebut.
Bukan anak muda yang jatuh terkapar dan muntah darah, namun ia sendiri yang menyeringai menahan sakit.
Tendangan kaki sekuat tenaga tadi ditangkis oleh Raden Mas Danang Sutawijaya dengan tangan kiri yang dibebat dengan kain ikat kepala. Kaki Ki Sura Patil bagai menghantam lempengan baja.
Raden Mas Danang Sutawijaya tidak segera menyerang balik ke arah Ki Sura Patil yang kesakitan. Dibiarkannya ia menyadari keadaannya.
Mereka yang menyaksikan semakin kagum kepada anak muda dari Mataram tersebut.
“Heeem….., apakah di balik kain itu ada lempengan baja……?” Batin Ki Sura Patil. “Jika demikian, aku harus menghindari bebat kain di tangan kiri anak muda itu….!”
Ki Sura Patil tiba-tiba telah menyerang kembali pada tingkatkan ilmunya yang tertinggi. Dengan sangat cepat ia mengayunkan tendangannya di sisi kanan lawannya. Namun yang diserang adalah Raden Danang Sutawijaya yang sugih ilmu. Ia hanya sedikit membungkuk sehingga ayunan kaki lawannya melayang di atas kepalanya. Ki Sura Patil mengira tendangannya akan ditangkis dengan tangan kanan. Jika terjadi benturan, ia yakin tangan kanan lawannya akan patah. Namun yang terjadi ia justru terseret oleh tenaganya sendiri sehingga hampir saja jatuh tertelungkup. Beruntung ia bisa kembali tegak berdiri.
Ia berpikir, lawannya tidak mau menangkis dengan tangan kanan yang tidak dibebat kain karena tidak ada pelindung. Ia yakin jika ia bisa menghantam yang tanpa pelindung pasti anak muda tak mampu bertahan.
Maka ia kembali menyerang lawannya dengan garangnya. Namun lawannya selalu menghindar. Dengan selalu menghindar, Ki Sura Patil yakin bahwa lawannya tak memiliki ilmu kebal yang memadai. Hanya karena bebat kain ikat kepala itu lawannya mau menangkis. Ia kemudian mengarahkan serangannya ke sisi kanan yang tanpa pelindung.
Dengan gencarnya serangan ia lancarkan. Dalam suatu kesempatan, Raden Mas Danang Sutawijaya sengaja menangkis dengan tangan kanannya.
Namun Ki Sura Patil kembali terkecoh. Bukannya tangan kanan lawannya yang patah, namun kakinya sendiri yang terasa nyeri.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
View Comments
ceritera yang bagus.
ada beberapa yang bersesuaian dengan api dibukit menoreh.
saya suka