Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(626)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Di pagi hari sebelum matahari naik sejengkal, para murid perguruan Kaliangkrik telah berkumpul. Raden Mas Danang Sutawijaya pun telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Namun mereka sempat berkumpul di pendapa padepokan.
Raden Mas Danang Sutawijaya sebelum berpamitan menyampaikan beberapa pesan. Diantaranya adalah bahwa perguruan Kaliangkrik harus tetap hidup. Tetap juga diadakan latihan olah kanuragan, namun bukan untuk mencari musuh, tetapi untuk kesehatan dan bela diri. Namun bela diri tidak harus dengan kekerasan, harus diutamakan jalan perdamaian dan persahabatan.
Apa lagi ilmu olah kanuragan bukan untuk merampok dan membegal.
Raden Mas Danang Sutawijaya juga menyarankan perguruan Kaliangkrik lebih mengutamakan pertanian sayur mayur karena tanahnya subur dan pemeliharaan hewan.
Raden Mas Danang Sutawijaya juga melihat di sekitar Kaliangkrik banyak tumbuh rumpun-rumpun bambu berbagai jenis. Itu sangat baik jika dikembangkan kerajinan anyaman bambu.
“Hasil kerajinan bambu bisa dijual ke Mataram….! Di sana belum banyak yang mengembangkan kerajinan bambu…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Wuooo….., itu menarik sekali…..! Aku sangat berminat dan suatu saat aku akan berjualan kerajinan bambu ke Mataram……!” Sela salah seorang dari Mereka.
“Aku juga berminat…..! Di sini bambu tidak perlu membeli, tinggal tebang seberapa pun dikehendaki…..!” Sahut yang lain.
“Jika jumlahnya banyak, bisa dijual ke Prambanan juga. Di sana pasarnya sudah ramai…..!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Kalian bisa berangkat bersama dan pulang bersama sehingga aman di perjalanan…..! Ilmu olah kanuragan kalian bisa untuk menjaga diri jika ada gangguan di perjalanan…..!” Imbuh Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka mengangguk-angguk, sepakat dengan yang disampaikan oleh tamunya itu.
Setelah menikmati suguhan minum dan sarapan pagi berupa nasi hangat dengan lauk urap bayam dan kacang panjang, akhirnya Raden Mas Danang Sutawijaya minta diri.
“Apakah kami boleh ikut bersama sampai di Kedu, Raden……!” Tawaran dari salah seorang yang sejak dari kali Praga bersamanya.
“Terimakasih….., tunjukkan saja ancar- ancarnya. Kalian benahi dulu padepokan ini dan suatu saat berkunjung-lah ke Mataram…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Baiklah Raden, semoga perjalanan Raden lancar sampai kembali di Mataram…..!” Jawab orang itu.
“Semoga pula padepokan ini berkembang dalam kedamaian dan sejahtera warganya…..!” Balas Raden Mas Danang Sutawijaya.
Matahari telah lewat sepenggah ketika Raden Mas Danang Sutawijaya meninggalkan padepokan Kaliangkrik. Mereka, para penghuni padepokan itu memberikan penghormatan yang pantas bagi seseorang putra Sultan. Ia telah meloncat ke punggung kuda dengan ringannya. Kuda berderap dengan lambat. Sesekali Raden Mas Danang Sutawijaya menoleh ke belakang. Para penghuni padepokan pun masih berjejer di halaman sampai Raden Mas Danang Sutawijaya hilang dari pandangan setelah berkelok di tikungan.
Para penghuni padepokan masih berbincang berkelompok-kelompok di halaman maupun di pendapa. Mereka masih memperbincangkan putra Mataram, Raden Mas Danang Sutawijaya yang telah mengubah kehidupan mereka di padepokan itu. Mereka yang sebelumnya diliputi oleh perseteruan dengan beberapa perguruan, kini sudah merasa tenang. Mereka pun akan merubah cara kehidupan mereka di padepokan itu. Tidak lagi hanya tentang olah kanuragan, tetapi juga olah tani, olah kriya, olah dagang dan memelihara binatang peliharaan.
Yang paling banyak diperbincangkan kemudian adalah rencana mereka untuk berkunjung ke Mataram. Tidak hanya sekedar berkunjung, tetapi juga sambil membawa barang dagangan. Bahkan akan berkunjung sampai ke Prambanan yang menurut ceritanya candinya masih kokoh berdiri, walau sebagian telah roboh akibat peristiwa pralaya.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.