Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(641)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Mangkatnya Ki Ageng Mataram dengan cepat menyebar ke sekitar telatah Mataram. Ada yang memang dikabarkan, namun ada pula yang karena getok tular.
Ketika matahari baru mengintip dari balik cakrawala, orang-orang di berbagai pasar telah hiruk pikul oleh berita mangkatnya Ki Ageng Mataram. Dari pasar itu dengan cepat menyebar.
“Akan datang melayat tidak Kang…..?” Bertanya salah seorang dari mereka di pasar Prambanan.
“Aku kenal dengan beberapa penghuni kawasan itu. Mereka sering belanja di tempatku. Walau aku belum kenal dengan Ki Ageng Mataram, tetapi aku ingin melayat…..!” Berkata seorang dari mereka.
“Jika demikian kita berangkat bareng, dagangan gulaku juga sering diborong orang-orang dari Mataram….!” Berkata orang yang tadi bertanya.
“Baiklah nanti kita berangkat bareng…..!” Berkata kawannya.
Perbincangan seperti dua orang tadi ternyata juga menyebar hampir di seluruh pasar. Sehingga banyak diantara mereka yang berencana berangkat untuk melayat ke Kotagede.
“Kita masih ingat, bagaimana Raden Mas Danang Sutawijaya melumpuhkan bandar judi di samping pasar dahulu…..!” Berkata yang lain yang muncul ingatannya walau sudah beberapa waktu.
“Yaaa….., dan kemudian terbang melayang di atas kali Opak…..!” Sahut yang lain. Walau sesungguhnya Raden Mas Danang Sutawijaya bukanlah melayang, tetapi hanya berloncatan di bebatuan di kali Opak.
Di pasar-pasar yang lain juga terjadi perbincangan serupa dengan yang ada di pasar Prambanan. Banyak diantara mereka yang berminat datang melayat ke Mataram. Di samping karena ingin memberi penghormatan terakhir kepada Ki Ageng Mataram, banyak diantara mereka yang ingin mengetahui keadaan kawasan Kotagede yang konon ceritanya berkembang dengan pesat. Bahkan yang mereka dengar, alun-alun-nya lebih luas dan lebih baik dari yang berada di Pajang.
“Katanya, pendapa-nya juga tak kalah dengan pendapa keraton….!” Berkata yang lain.
“Katanya juga ada sepasang sendang yang indah dan airnya mengalir jernih…..!” Berkata yang lain.
“Aku nanti juga akan berangkat ke Mataram…..!” Berkata yang lain.
Sementara itu, kabar mangkatnya Ki Ageng Mataram sampai juga ke Sangkalputung. Putra Ki Demang Sangkalputung yang telah kenal dengan Raden Mas Danang Sutawijaya pernah berjanji akan berkunjung ke Mataram. Dalam keadaan seperti ini kiranya pas untuk berkunjung.
“Yaa….., kita akan berangkat bersama guru……!” Berkata saudara seperguruan orang bercambuk.
“Yaa….., ternyata guru juga sudah bersahabat dengan Ki Juru Martani dan juga dengan Ki Ageng Giring…..!” Berkata putra Ki Demang Sangkalputung.
Dalam pada itu, kabar mangkatnya Ki Ageng Mataram telah sampai pula ke keraton Pajang. Prajurit sandi yang berada di sekitar Kotagede dengan cepat mengabarkan mangkatnya Ki Ageng Mataram itu ke keraton Pajang.
“Ha ha ha ha……, ternyata ramalan ulama itu hanya omong kosong. Katanya Pemanahan akan menjadi ratu tanah Jawa. Ternyata sudah mampus dulu…..!” Berkata seorang senopati Pajang yang tidak senang dengan perkembangan Mataram.
“Ha ha ha ha……, namanya juga ramalan, bisa terbukti dan tidak terbukti…..!” Sahut yang lain yang juga tidak senang dengan keberadaan Mataram.
“Katanya, Pemanahan juga menerima wahyu keraton, eeee…… ternyata ngayawara…..!” Sahut yang lain.
“Ha ha ha ha……, bukan wahyu…..! Tetapi Wahyuni…..!” Ledek yang lain.
“Mentaok tidak akan bisa berkembang, Kotagede itu di pelosok hutan belantara……!” Sahut yang lain.
“Aku sangat tidak suka kepada Ngabehi Loring Pasar yang sombong itu…..!” Sahut yang lain.
“Katanya tidak akan menginjak keraton Pajang sebelum Mentaok menjadi sebuah negeri…..!” Berkata yang lain lagi.
“Yaaa….., dia pasti malu sendiri dengan ucapnya…..!” Sahut kawannya.
Mangkatnya Ki Ageng Mataram ditanggapi oleh para senopati Pajang dengan sinis. Kebanyakan dari mereka memang tidak senang dengan keberadaan Mataram.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.