Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(648)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Kedua orang prajurit sandi dari Pajang itu juga menunggu apa yang akan dikatakan Ki Juru Martani. Bahkan pelayatan pun hening, semua ingin mendengar kata-kata Ki Juru Martani.
Dengan suara berat namun mantab yang dilambari dengan ilmunya, Ki Juru Martani melanjutkan kata-katanya.
“Saudara sekalian di sini menjadi saksi, dan dengan jasad Ki Ageng Mataram menjadi saksi bisu. Bahwa dalam kesempatan ini, kami menetapkan Raden Mas Danang Sutawijaya sebagai pimpinan Mataram menggantikan Ki Ageng Mataram….!” Ki Juru Martani berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan.
“Pimpinan Mataram yang baru bergelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama…..!” Lanjut Ku Juru Martani.
Kemudian terdengar lagi bergeremang orang-orang di pelayatan itu. Mereka mencoba mengulang nama yang disebutkan oleh Ki Juru Martani tersebut.
“Senopati Ing Ngalaga….., apa tadi Kang…..?” Bisik salah seorang dari mereka.
“Apa ya…..? Aku juga kurang jelas…..!” Jawab yang ditanya.
Namun perbincangan seperti itu hampir merata di seluruh pelayatan. Banyak dari mereka yang kesulitan mengeja nama gelar lanjutan yang disampaikan oleh Ki Juru Martani tersebut.
“Aku ulangi nama gelar dari Raden Mas Danang Sutawijaya tersebut yakni; Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama…..!” Ki Juru Martani mengulang dengan dieja pelan dan jelas.
“Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama……!” Hampir semua pelayatan mengulang dan mengeja nama gelar dari Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Apa makna dari gelar itu, Kang…..?” Pertanyaan dari salah seorang prajurit sandi dari Pajang.
Namun pertanyaan itu juga merata di hampir seluruh pelayatan.
“Mungkin, panembahan itu artinya orang yang disembah, pimpinan yang dihormati. Senopati kita tahu, artinya pimpinan perang. Ing ngalaga mungkin maksudnya di medan perang. Sedangkan sayidin kalau tidak keliru artinya pemimpin juga. Dan panatagama mungkin juga artinya penata keagamaan…..! Tetapi ini hanya perkiraan saya saja…..!” Jawab prajurit sandi yang ditanya.
“Mungkin juga benar perkiraan itu. Raden Mas Danang Sutawijaya disamping sebagai pimpinan wilayah juga sebagai seorang senopati perang di medan laga juga sebagai pimpinan tertinggi di bidang keagamaan….!” Berkata prajurit sandi yang satunya.
“Kita masih tenang karena Raden Mas Danang Sutawijaya tidak bergelar Sultan seperti Kanjeng Sultan Pajang. Mungkin masih ada rasa hormat kepada Kanjeng Sultan dan tidak ingin menjadi saingan dari ayah angkatnya itu….!” Lanjut prajurit sandi itu.
Para pelayat yang lain juga saling terka makna dari gelar yang disandang oleh Raden Mas Danang Sutawijaya tersebut.
Selagi mereka berbincang, Ki Juru Martani telah menyerahkan kembali tata upacara pelayatan kepada Ki Dhandhang Wisesa.
Keranda jasad Ki Ageng Mataram pun telah dipanggul menuju pemakaman baru yang jaraknya tak jauh dari pendapa Kotagede.
Iring-iringan para pelayat pun mengular di belakang keranda jasad Ki Ageng Mataram.
Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada Ki Ageng Mataram tersebut. Demikian juga dua orang prajurit sandi dari Pajang yang tetap berbaur dengan para pelayat.
Tanah yang cukup lapang itu pun segera dipenuhi oleh para pelayat. Dan tata upacara pemakaman berlangsung dengan khidmat dan penuh hormat.
Setelah selesai upacara pemakaman jasad Ki Ageng Mataram, para pelayat tidak langsung kembali ke rumah masing-masing, tetapi justru berkeliling di kawasan Kotagede tersebut.
Mereka mengagumi hampir semua bangunan yang masih baru tersebut.
Gapura pintu gerbang pendapa yang terbuat dari batu bata itu mereka kagumi karena memang indah dan agung. Demikian pula sepasang sendang yang tak jauh dari gapura pendapa yang jalannya sedikit menurun dan berliku.
Dua sendang yang berdampingan yang airnya mengalir jernih langsung dari mata air.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.