Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(663)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Sementara itu, mangkatnya Ki Ageng Mataram masih menjadi perbincangan di Pajang. Sebagian besar dari mereka meyakini bahwa ramalan seorang ulama yakni Kanjeng Sunan Mrapen kali ini meleset. Beberapa kali diramalkan bahwa Pemanahan akan mewarisi wahyu keraton sebagai penguasa tanah Jawa. Namun Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram telah meninggal. Ia meninggal bukan karena bertempur dalam peperangan, tetapi karena sakit yang tidak diketahui jenis penyakitnya.
“Bisa jadi Pemanahan itu kena teluh dari lawannya atau justru oleh orang dekat yang tidak suka kepadanya…..!” Tuduhan salah seorang dari senopati Pajang yang tidak suka dengan keberadaan Mataram.
“Heee….., apa mungkin teluh atau santet itu dari Kanjeng Sultan sendiri…..?” Bisik salah seorang dari mereka.
“Ssst…..! Jangan menuduh sembarangan…..! Kanjeng Sultan bisa murka.
” Yaa…., namanya juga dugaan. Tetapi orang yang mengirim teluh itu pasti seorang yang berilmu sangat tinggi. Kita tahu bahwa Pemanahan itu juga seorang yang berilmu itu…..!” Dalih orang itu seakan Ki Pemanahan memang terkena teluh atau guna-guna.
“Yaa…., kita tahu bahwa ia adalah saudara seperguruan dari Kanjeng Sultan sendiri. Tetapi kita juga tahu bahwa guru dari Kanjeng Sultan itu banyak. Bahkan bisa dikatakan ilmu Kanjeng Sultan tidak bisa dijajaki oleh orang berilmu tinggi sekalipun…..!” Lanjut senopati itu.
“Yaaa……, kita tahu kesakitan Kanjeng Sultan sudah menonjol sejak masih muda bernama Jaka Tingkir…..!” Sahut kawannya.
“Cerita yang telah menjadi dongeng, Jaka Tingkir menaklukkan raja buaya, menaklukkan Dadung Awuk, menaklukkan Kebondanu. Bahkan utusan Harya Penangsang tak mampu melukai Kanjeng Sultan walau dalam keadaan tidur. Utusan Harya Penangsang itu yang kemudian dibuat tak berdaya…..!” Berkata senopati itu mengulang kisah yang telah beberapa kali mereka dengar. Namun yang bercerita dan yang mendengar tidak bosan-bosan karena ada kebanggaan terhadap raja mereka.
“Kanjeng Sultan jika tega tentu mudah meringkus Danang yang adalah muridnya sendiri….!” Sahut yang lain.
“Yaa…., murid dan putra angkat yang tak tahu diri…..!” Berkata yang lain lagi.
“Aaah…..! Seandainya aku dipercaya, akupun akan dengan mudah meringkus Jebeng yang sombong itu…..!” Sesumbar senopati yang lain.
“Bahkan pasukanku tanpa melibatkan bregada prajurit yang lain akan mampu melibas seluruh Mataram…..!” Sesumbar senopati yang lain lagi.
“Ha ha ha ha….., tentu saja bisa. Mataram tidak mempunyai pasukan. Yang ada adalah para tukang kayu dan tukang batu…..!” Seloroh yang lain lagi.
“Heee…., tetapi ingat. Mereka juga dilatih olah kanuragan setiap hari….!” Sahut senopati telik sandi yang selalu menerima laporan dari anak buahnya.
“Ha ha ha ha ha…… ha ha ha……!” Hampir berbarengan mereka mentertawakan perkataan senopati telik sandi itu.
“Mereka bisa apa…..? Sudah terlanjur pikun baru pada latihan olah kanuragan. Telaaat…..!” Sahut salah seorang senopati.
“Pasukan kita yang pilihan juga berlatih setiap hari. Mereka sudah memiliki bekal sebelum menjadi seorang prajurit…..!” Dalih yang lain lagi.
“Mereka, Mataram hanya mengandalkan Juru Martani yang telah pikun. Jika Juru Martani sudah dilumpuhkan, Mataram tidak ada apa-apanya…..!” Sahut senopati yang selalu merendahkan Mataram.
Sementara itu, Kanjeng Sultan Hadiwijaya selalu dicegah oleh para pendampingnya jika ada niat ingin melayat ke Mataram.
“Semestinya putranda Raden Mas Danang yang menghadap Kanjeng Sultan. Bukan Kanjeng Sultan yang ke Mataram sekalipun itu untuk melayat….!” Berkata sesepuh keraton yang juga kurang senang dengan keberadaan Mataram.
Kanjeng Sultan tidak menjawab.
Kanjeng Sultan yang sejak semula telah bimbang itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke Mataram.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.