Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(664)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Sementara Kanjeng Sultan Hadiwijaya sendiri lebih memikirkan para adipati di bang wetan yang belum sepenuhnya setia kepada Pajang, terutama kadipaten di ujung timur pulau ini, Kadipaten Blambangan. Sejak zaman Majapahit, Blambangan memang tidak sepenuhnya tunduk. Namun untuk menyerbu ke bang wetan tentu memerlukan pasukan yang besar dan waktu yang lama. Dan tentu saja ongkos yang besar pula.
Kanjeng Sultan juga lebih memikirkan putranya sendiri yang telah mulai menginjak dewasa agar bisa meneruskan pemerintah di Pajang di kemudian hari, Pangeran Benawa.
Sementara itu, Panembahan Senapati sedang menerima kedatangan adipati Kedu beserta para pengiringnya.
“Terimakasih atas kedatangannya, Paman Adipati….!” Berkata Panembahan Senapati setelah saling berkabar keselamatan.
“Kamilah yang mohon maaf karena terlambat tiba…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
“Tidak ada yang terlambat Paman, bahkan kehadiran Paman tergolong cepat…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Tadi rombongan Kanjeng Adipati lewat Tanah Perdikan Menoreh atau lewat Tidar…..?” Bertanya Ki Juru Martani yang ikut menemuinya.
“Kami lewat Tidar yang tidak harus menyeberangi kali Praga yang luas dan deras…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
Mereka kemudian berbincang tentang banyak hal, terutama tentang hubungan kemitraan antara dua wilayah, Kedu dengan Mataram. Bagi Panembahan Senapati dan Kanjeng Adipati Kedu ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan yang pernah berlangsung ketika Panembahan Senapati ketika berkunjung ke Kedu.
“Terimakasih Raden….., eeeh Kanjeng Panembahan Senapati….! Semenjak kehadiran Kanjeng Panembahan di Tidar dan Kaliangkrik, wilayah Kedu menjadi aman…..!” Berkata Kanjeng Adipati Kedu yang telah mendengar bagaimana Raden Mas Danang Sutawijaya saat itu menaklukkan Bukit Tidar dan orang-orang Kaliangkrik dan Lembah Merapi Merbabu seorang diri.
“Hanya suatu kebetulan saja Kanjeng Adipati…..! Semoga mereka benar-benar telah merubah cara hidup mereka…..!” Berkata Panembahan Senapati.
“Yaaa….., kebetulan mereka juga hadir di sini. Mereka dari Bukit Tidar, dari Kaliangkrik dan juga dari Lembah Merapi dan Merbabu…..!” Berkata Ki Juru Martani yang kemarin ikut menemui mereka.
“Dan tidak terjadi keributan…..?” Bertanya Kanjeng Adipati Kedu.
“Tidak…..! Mereka terlihat akrab. Mereka kemudian berkeliling di kawasan ini tanpa menimbulkan keributan…..!” Lanjut Ki Juru Martani, kemudian katanya; “Bahkan ada beberapa yang ingin ikut bertempat tinggal di sekitar kawasan ini…..!”
“Warga Kedu jika ingin bertempat tinggal di sekitar kawasan ini juga dipersilahkan, Paman…..!” Berkata Panembahan Senapati.
“Baiklah…..! Besuk akan kami tawarkan kepada warga kami…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
“Dengan demikian akan terjalin kekeluargaan yang sesungguhnya…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Gadis-gadis Kedu juga cantik-cantik, bisa dipinang oleh para piyayi Mataram……!” Gurau Kanjeng Adipati Kedu
“Atau sebaliknya, Kanjeng Adipati dan para pengikut yang sekarang hadir bisa meminang putri Mataram…..!” Seloroh Ki Juru Martani.
Mereka pun tertawa dengan gurauan mereka.
“Kami juga ingin berkunjung ke pusara Ki Ageng Mataram…..!” Berkata Kanjeng Adipati Kedu kemudian.
“Baiklah Paman….! Mari kami antar…..!” Berkata Panembahan Senapati.
Namun sebelum mereka berangkat, seorang penjaga gapura depan melaporkan bahwa ada serombongan tamu yang datang.
“Apakah kau tanyakan dari mana, Paman…..?” Bertanya Panembahan Senapati.
“Mereka dari Banyumas, bahkan Kanjeng Adipati Banyumas sendiri ada beserta mereka…..!” Jawab penjaga gapura depan.
“Paman Adipati tinggal sebentar, akan aku jemput sendiri kehadiran Kanjeng Adipati Banyumas…..!” Pinta Panembahan Senapati.
“Tentu dengan senang hati. Aku juga senang nanti bisa bertemu dengan Kanjeng Adipati Banyumas…..!” Jawab Kanjeng Adipati Kedu.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.