Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(681)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Gusti Putri Sekar Kedaton tersenyum, kemudian katanya; “Aah biarlah….! Mereka memang suka bercanda….!” Dengan berbisik agar yang di luar tidak mendengar.
Namun setelah Lasa mengerjakan bersih-bersih taman, abdi keputren setengah baya kemudian mengetuk pintu pelan.
“Gusti Putri…..! Hamba bawakan untuk makan siang…..!” Berkata abdi keputren itu.
“Ooh baik Bibi….!” Sahut dari dalam.
“Apakah Lasa Tahu….?” Bertanya Gusti Putri Sekar Kedaton setelah membuka pintu.
“Tidak Gusti….., aman….!” Jawab abdi keputren.
“Syukurlah….., jaga agar Lasa tidak tahu….!” Pesan Gusti Putri.
“Baik Gusti…..!” Jawab abdi keputren.
“Nanti malam dibelikan sate saja yang satu biasa, yang satu pedas dan banyak mericanya…..!” Pesan Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Baik Gusti…..! Itu lebih mudah dan aman dari pada memasak sendiri…..!” Berkata abdi keputren.
“Pergilah dan berhati-hatilah…..!” Pesan Gusti Putri Sekar Kedaton.
Lasa seperti biasa mengerjakan pekerjaan di taman, baik bersih-bersih atau menata taman di keputren. Bahkan ia pun mengurusi buah-buahan yang ada di keputren itu.
Seperti biasa pula abdi keputren setengah baya yang menyiapkan minum dan makanan bagi Lasa.
Lasa sempat melihat ketika abdi keputren setengah baya tadi mengulurkan makanan dua piring. Tidak biasanya Gusti Putri Sekar Kedaton diantar makanan cukup banyak untuk ukuran seorang wanita dan seorang diri. Namun demikian Lasa tidak memikirkan terlalu jauh.
Petang itu Nyi Tumenggung Mayang semakin gelisah. Sejak kemarin putranya belum pulang dan tanpa kabar. Seingat Nyi Tumenggung Mayang, Raden Pabelan tidak membawa bekal yang cukup dan pula tidak membawa ganti pakaian.
“Apakah Pabelan benar-benar pergi ke keputren seperti yang pernah ia katakan? Atau pergi ke mana….?” Batin Nyi Tumenggung Mayang.
Lain halnya Ki Tumenggung Mayang yang sama sekali tidak memikirkan Raden Pabelan. Sudah menjadi kebiasaan Raden Pabelan jika pergi sampai berhari-hari. Dan setiap kali pula ia pulang dengan selamat. Hanya saja, setiap kali pula ada orang tua gadis atau utusannya yang minta pertanggungjawaban dari Raden Pabelan karena begitu saja mengabaikan putrinya yang telah begitu dekat dengan Raden Pabelan. Bahkan telah menginap pula di rumah gadis dan gadis yang lain. Namun setiap saat Raden Pabelan meyakinkan ayahnya bahwa ia telah meninggali uang yang cukup sebagai imbalan tidur di rumah gadis itu.
Setiap kali pula orang tua gadis atau gadisnya itu sendiri yang marah atas perbuatan Raden Pabelan. Namun mereka tidak berani menuntut lebih karena kedudukan ayah Raden Pabelan yang seorang Tumenggung.
“Kakang Tumenggung….., apakah tidak mencari tahu keberadaan Pabelan…..?” Bertanya Nyi Tumenggung Mayang.
“Dia sudah cukup dewasa untuk mengurus dirinya sendiri. Lagi pula sudah berapa kali Pabelan berbuat seperti itu…..? Jika sudah saatnya, ia pasti pulang…..!” Dalih Ki Tumenggung Mayang.
Nyi Tumenggung Mayang tidak membantah, namun kegelisahannya tidak reda.
Petang menjelang malam itu, abdi keputren setengah baya benar-benar telah mengantar sate sesuai pesanan Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Ini sate kupat, Gusti…..! Yang besar ini pedas cabai dan merica…..!” Berkata abdi keputren setengah baya sambil mengulurkan dua buah bungkusan.
“Terimakasih Bibi….! Tidak ada yang tahu kan…..?” Bertanya Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Aman Gusti…..! Hanya tukang sate yang menanyakan kok tumben minta sate pedas dan banyak mericanya. Dan kemudian hamba jawab untuk adikku yang sedang berkunjung…..!” Jawab abdi keputren setengah baya.
“Kau memang pinter. Ya sudah pergilah dan berhati-hatilah…..!” Pesan Gusti Putri Sekar Kedaton.
Abdi keputren setengah baya mundur. Namun bagaimana-pun ia tidak habis mengerti, bagaimana mungkin Gusti Putri Sekar Kedaton begitu mudah menerima seorang lelaki yang baru dikenalnya untuk menginap. Bahkan malam ini malam yang kedua.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…
View Comments
Srlamat malam Bp. Sunaryo.
Serial RAMAYANA sulit/tidak bisa dibuka. apakah sedang error?
Terimakasih.