Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(688)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Sementara itu dari dalam terdengar Gusti Putri Sekar Kedaton mencegah Raden Pabelan untuk keluar.
“Jangan keluar Raden…! Berbahaya….l”
“Akan aku buktikan bahwa Pabelan layak menjadi menantu raja……!” Jawab Raden Pabelan.
“Aku tunggu di halaman samping keputren yang cukup luas…..!” Tantang Senopati Prabandaru, senopati njeron beteng.
“Akan aku buktikan Gusti Putri…..!” Berkata Raden Pabelan.
Tanpa menunggu jawaban dari Gusti Putri, Raden Pabelan segera meloncat menuju halaman samping keputren.
Senopati Prabandaru telah dalam kesiagaan tertinggi. Ilmu kebal dan ilmu yang lain telah ia siagakan. Ia tidak mau lengah untuk melayani Raden Pabelan yang belum ia ketahui ketinggian ilmunya. Namun yang ia dengar, Raden Pabelan memiliki ilmu yang tinggi.
Dalam pada itu, Senopati Telik Sandi juga sudah bersiaga di balik gerumbul perdu taman. Demikian juga dua orang lurah prajurit yang berilmu tinggi pula berada tak jauh dari keberadaan Senopati Prabandaru. Ketegangan menyelimuti mereka. Sepertinya akan terjadi perkelahian yang dahsyat antara dua orang yang berilmu tinggi.
Sejenak kemudian Raden Pabelan benar-benar datang ke tempat Senopati Prabandaru berada.
“Jangan bersembunyi Senopati…..! Akan aku buktikan bahwa Pabelan layak menjadi menantu Kanjeng Sultan Hadiwijaya…..!” Sesumbar Raden Pabelan.
Senopati Prabandaru adalah seorang senopati yang penuh pengalaman. Ia telah terlibat dalam berbagai pertempuran untuk membela Pajang. Dan ia adalah senopati kepercayaan dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Ia tidak ingin dipermalukan oleh anak muda yang jauh lebih muda darinya. Oleh karena itu, ia telah bersiaga sepenuhnya. Terlebih di malam yang remang itu, keteledoran sedikit saja akan berakibat yang sangat menentukan.
Tiba-tiba Raden Pabelan menyerang Senopati Prabandaru dengan hantaman. Namun Senopati Prabandaru yang kaya akan pengalaman itu sedikit berkelit sehingga hantaman Raden Pabelan melayang di depan wajahnya. Dalam kesempatan itu, Senopati Prabandaru telah mengerahkan ilmunya untuk menyerang balik lawannya.
“Auuuch…..!” Keluh tertahan Raden Pabelan.
“Buuuk….. buuuk…..!” Dua pukulan menyusul menghantam lambung dan ulu hati Raden Pabelan.
Raden Pabelan pun terkapar di halaman samping keputren.
Senopati Prabandaru sama sekali tidak mengira bahwa tiga pukulannya langsung membuat lawannya terkapar. Ia telah memperhitungkan bahwa Raden Pabelan pasti sudah melindungi diri dengan ilmu kebalnya. Sehingga pukulannya itu masih mampu ditahan oleh lawannya yang ia dengar berilmu tinggi. Senopati Prabandaru ingin menangkap Raden Pabelan dalam keadaan hidup untuk dihadapkan kepada Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Namun ditunggu beberapa saat, Raden Pabelan tidak segera bangun. Bahkan menggeliat pun tidak. Namun demikian, Senopati Prabandaru tetap bersiaga, jangan-jangan lawannya yang masih muda itu hanya berpura-pura dan kemudian mengadakan serangan balik yang tidak diduga.
“Sepertinya ia pingsan, Kangmas Senopati…..!” Berkata Senopati Telik Sandi yang telah mendekat.
“Kita tunggu beberapa saat, kita tidak boleh lengah…..!” Jawab Senopati Prabandaru.
Dua orang lurah prajurit yang berada tak jauh dari tempat itu bisa melihat apa yang baru saja terjadi. Menurut pengamatan mereka, tiga pukulan dari Senopati Prabandaru sungguh telak mengenai sasaran yang sangat rawan.
Pukulan pertama menghantam rahang yang membuat lawannya oleng. Pukulan kedua menghantam lambung yang membuat rasa sakit tak tertahankan. Dan pukulan yang ketiga menghantam ulu hati yang sangat berbahaya bagi siapa pun.
Setelah ditunggu beberapa saat, Raden Pabelan sama sekali tidak bergerak. Senopati Prabandaru dan Senopati Telik Sandi segera mendekati. Namun demikian tetap dengan kesiagaan tertinggi.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.