Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#693

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(693)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Mereka saling menduga, namun tidak ada yang berpendapat bahwa Raden Pabelan tewas karena bunuh diri.
“Aku melihat memar di rahangnya. Itu pasti akibat hantaman…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
“Dia itu orang yang berilmu tinggi….! Bisa jadi karena dikeroyok orang se kampung……!” Sahut yang lainnya.
“Pasti urusan masalah itu…. tuh…..!” Berkata yang lainnya.
“Ya…., kita tidak tahu. Tetapi mengapa Ki Tumenggung Mayang begitu lama. Rumahnya kan tidak jauh….!” Sahut yang lainnya.
Namun yang di tunggu akhirnya tiba juga. Terlihat Ki Tumenggung Mayang berlari-lari kecil yang diikuti oleh Ki Jagabaya dan seorang lainnya.
“Heee…., minggir…. minggir….! Ki Tumenggung datang…., minggir…..!” Seru beberapa orang.
“Oooh……, Pabelan….., Pabelan…..!” Teriak Ki Tumenggung Mayang setelah sampai di samping jasad yang pakaiannya masih basah kuyup itu.
Ki Tumenggung Mayang sama sekali tidak menyangka bahwa tawaran tantangan untuk mendekati Gusti Putri Sekar Kedaton dahulu berakhir secara mengenaskan. Yang membujur kaku di hadapannya benar-benar anaknya yang ia banggakan namun yang juga selalu membuat repot. Ki Tumenggung Mayang tidak tahu, apakah ini ada hubungannya dengan tawaran tantangannya dahulu untuk mendekati Gusti Putri Sekar Kedaton.
Sekuat perasaan, Ki Tumenggung menahan untuk tidak menangis di hadapan orang banyak. Bahkan kemudian ia berkata lirih dengan suara parau.
“Ki Bekel….., tolong jasad Pabelan diusung ke katemenggungan…..!” Pinta Ki Tumenggung Mayang.
Tidak perlu di ulang, para perangkat dan warga Laweyan segera membawa ke rumah Ki Tumenggung Mayang.

Meninggalnya Raden Pabelan dengan cara yang tidak wajar sungguh membuat gempar Kademangan Laweyan bahkan kemudian tersebar ke seluruh kotaraja Pajang. Dan dengan cepat pula menyebar ke luar kotaraja Pajang.
Lewat pasar-pasar kabar meninggalnya Raden Pabelan dengan cepat menyebar. Namun demikian, belum banyak yang tahu mengapa Raden Pabelan sampai tewas.
Tak terkecuali di dalam keraton, semua orang telah mendengar kabar tewasnya Raden Pabelan. Demikian pula Gusti Putri Sekar Kedaton mendengar pula bahwa Raden Pabelan telah meninggal.
Gusti Putri Sekar Kedaton tak mampu menahan tangis, namun ia tidak berani ke luar dari kamar. Jika banyak yang tahu bahwa ia menangisi kematian Raden Pabelan, tentu akan menjadi pertanyaan banyak orang.
Bibi setengah baya abdi keputren tak habis mengerti. Ia tahu bahwa malam itu Raden Pabelan masih berada di dalam kamar Gusti Putri Sekar Kedaton, tetapi mengapa di pagi hari telah diketemukan meninggal di tepi sungai. Demikian pula Lasa yang tahu bahwa kemarin sore lelaki yang ia yakini sebagai Raden Pabelan masih berada di dalam kamar Gusti Putri Sekar Kedaton. Dan kini lelaki itu telah ramai diperbincangkan karena meninggal dengan cara yang tidak wajar. Ia pagi itu datang bekerja sebagai juru taman lebih pagi dari biasanya. Ia ingin meyakinkan, di sekitar taman ada apa.
Namun Lasa tidak menemukan tanda-tanda apapun tentang lelaki itu. Bahkan kamar Gusti Putri Sekar Kedaton terlihat sepi. Namun ia teringat pesan dari Senopati Njeron Beteng bahwa ia malam tadi tidak boleh keluar dari rumah apalagi datang ke keputren.
“Heeem….., apakah ada hubungannya dengan kematian lelaki itu…..?” Batin Lasa.
Ia kemudian datang ke gardu penjagaan. Para prajurit jaga pasti juga sudah mendengar khabar itu.
“Sudah mendengar khabar itu……?” Bertanya Lasa. Kedua prajurit jaga adalah dua orang yang kemarin dipesan hal yang sama oleh Senopati Prabandaru.
“Yaaa….., tentu saja sudah……! Akhir yang mengenaskan bagi lelaki yang gagah dan tampan itu…..!” Berkata salah seorang prajurit jaga.
Mereka pun kemudian berbincang dan saling menduga tentang sebab kematian dari Raden Pabelan. Namun mereka yakin bahwa ada hubungannya dengan Senopati Njeron Beteng.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *