Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(700)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Nyi Tumenggung Mayang segera masuk ke dalam bangsal untuk membaca surat dari sang kakak, Panembahan Senopati di Mataram.
Sedangkan Ki Tumenggung Mayang masih menunggu di luar bersama Denaya. Beberapa saat kemudian Gangsar pun datang. Denaya dan Gangsar kemudian menceritakan perjalanannya yang lancar tanpa halangan. Diceritakan pula bahwa alun-alun Mataram cukup luas, bahkan lebih luas dari alun-alun Pajang. Di malam hari, alun-alun Mataram cukup ramai dengan aneka jajanan. Mereka berdua sempat jajan di alun-alun itu.
Beberapa saat kemudian Nyi Tumenggung Mayang keluar dengan wajah ceria.
“Kangmas Sutawijaya bersedia, Kangmas…..! Denaya dan kau Gangsar silahkan pulang dulu, hari telah larut malam. Besuk pagi kalian datang lagi…….!” Berkata Nyi Tumenggung Mayang.
“Baik Gusti Nyai Tumenggung…..!” Jawab Denaya dan Gangsar hampir bersamaan.
Nyi Tumenggung Mayang kemudian menyerahkan surat balasan dari Panembahan Senopati kepada sang suami.
Ki Tumenggung Mayang berkerut dahinya. Namun kemudian tersenyum, walau senyum itu terasa masam karena rasa duka masih terasa.
“Jika demikian, kita sedikit tenang, walau jika usaha itu gagal akibatnya akan semakin pahit bagi kita dan juga bagi Kangmas Panembahan Senopati….!” Berkata Ki Tumenggung Mayang setelah selesai membaca surat.
“Paling tidak Kangmas Sutawijaya ada perhatian terhadap kita…..!” Jawab Nyi Tumenggung Mayang.
“Yaa…., semoga berhasil rencananya. Dan kita harus segera bersiap, apa yang bisa kita bawa harus kita bawa untuk bekal kehidupan kelak…..!” Berkata Ki Tumenggung Mayang.
“Semoga Sultan tidak menyita barang-barang kita…..!” Jawab Nyi Tumenggung Mayang.
Ki Tumenggung Mayang dan Nyi Tumenggung Mayang segera mengumpulkan barang-barang berharga yang bisa dibawa. Mas intan berlian, senjata pusaka, uang dan barang-barang berharga mereka kumpulan untuk dibawa dalam menjalani pengusiran. Masih ada waktu sehari semalam sebelum hari Rabu Kliwon.
Di pagi hari berikutnya, Panembahan Senopati telah mengumpulkan orang-orang penting di Mataram. Bersama Ki Juru Martani, Panembahan Senopati telah merancang rencana untuk menyelamatkan Ki dan Nyi Tumenggung Mayang. Besuk pagi sudah hari Rabu Kliwon. Diperkirakan besuk pagi Ki Tumenggung Mayang dan Nyi Tumenggung Mayang sudah dibawa ke telatah Semarang. Oleh karena itu Panembahan Senopati tidak ingin terlambat.
Panembahan Senopati telah menceritakan permasalahan yang dihadapi oleh Ki Tumenggung Mayang dan Nyi Tumenggung serta sebabnya. Mereka menganggap bahwa Kanjeng Sultan Hadiwijaya bertindak semena-mena terhadap Ki dan Nyi Tumenggung Mayang hanya karena Raden Pabelan berhubungan dengan Putri Sekar Kedaton. Bahkan Raden Pabelan sampai tewas dibunuh.
“Dimas Tumenggung Mayang sudah kehilangan anak yang tewas dibunuh masih dicopot pangkatnya dan masih diusir dari Pajang. Mereka harus kita selamatkan…..!” Berkata Panembahan Senopati setelah bercerita banyak.
“Kakang Dhandhang Wisesa yang kami percaya untuk memimpin penyelamatan itu beserta dua puluh orang yang menyertainya…..!” Berkata Panembahan Senopati kemudian.
“Kami siap menjalankan perintah Kanjeng Panembahan…..!” Jawab Dhandhang Wisesa.
“Ini tugas yang tidak ringan, karena pengusiran itu pasti akan dikawal oleh sepasukan prajurit pilihan…..!” Lanjut Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati percaya bahwa Dhandhang Wisesa telah memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas yang berat itu. Dan tidak sia-sia jika seluruh warga Mataram di Kotagede telah mengadakan latihan olah kanuragan setiap hari. Mereka tak ubahnya seperti para prajurit sebuah negeri. Lagi pula, mereka yang berasal dari Sela dan Pengging dan Laweyan telah memiliki bekal olah kanuragan sebelumnya. Bahkan mereka tak kalah dengan para lurah prajurit yang sesungguhnya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.