Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(701)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Kemudian Panembahan Senopati melanjutkan pesan-pesannya.
“Kalian bisa menghadang di sebuah jembatan sebelum dusun Tingkir. Mereka pasti akan melewati jalan itu, karena itu jalan satu-satunya dari Pajang ke Semarang…..!”
“Yaaa….., kami tahu tempat itu….!” Berkata Dhandhang Wisesa yang berasal dari Sela.
“Kalian bisa singgah di Bukit Tidar, Ki Singa Dangsa pasti mau membatu. Dan juga bisa singgah di Lembah Merapi Merbabu, Ki Sura Patil pasti juga bersedia untuk membantu….! Kalian pasti lewat Tidar dan juga lewat lembah Merapi Merbabu…..!” Lanjut Panembahan Senopati.
“Baik Kanjeng Panembahan, kami pernah bertemu dengan Ki Singa Dangsa dan juga Ki Sura Patil ketika melayat beberapa hari setelah pemakaman Ki Gede Mataram. Mereka memang telah berjanji akan membantu Mataram jika diperlukan…..!” Berkata Dhandhang Wisesa.
“Kalian segera bersiap agar tidak terlambat. Pilih kuda-kuda tegar agar lancar dalam perjalanan…..!” Pesan Panembahan Senopati.
Dengan cepat Ki Dhandhang Wisesa beserta dua puluh orang yang akan menyertainya segera bersiap. Mereka membawa berbagai peralatan untuk bertempur serta senjata yang diperlukan. Tak ketinggalan busur dan anak panah.
“Dua orang telik sandi akan kami kirim ke Laweyan untuk mengamati rombongan yang akan membawa Adi Tumenggung Mayang. Mereka berdua akan mengabarkan kepada kalian…..!” Lanjut Panembahan Senopati.
“Baik Kanjeng Panembahan, kami paham…..!” Jawab Dhandhang Wisesa.
Matahari sedikit lewat sepenggalah, mereka, dua puluh satu orang telah meninggalkan Mataram. Yang dituju pertama kali adalah Bukit Tidar. Mereka berharap sebelum petang telah sampai di lembah Merapi Merbabu.
Perjalanan Ki Dhandhang Wisesa dan rombongan mendapat perhatian di jalan-jalan yang dilewati. Jarang ada rombongan orang bersenjata dan berkuda sebanyak itu. Namun mereka membiarkan rombongan itu lewat.
Ki Singa Dangsa terkejut ketika siang itu menerima kedatangan banyak orang yang bersenjata. Ia mengira rombongan itu akan menggerebek Bukit Tidar. Namun Ki Singa Dangsa kemudian tertawa lebar setelah tahu yang datang adalah Ki Dhandhang Wisesa dan pasukannya dari Mataram.
“He he he he……, akan berburu ke mana Deeen…..?” Bertanya Ki Singa Dangsa setelah saling berkabar keselamatan.
Ki Dhandhang Wisesa kemudian dengan sungguh-sungguh menceritakan permasalahan yang dihadapi oleh Kanjeng Panembahan Senopati.
“He he he he……, Sultan kok semena-mena, dumeh kuasa…..! Kami dari Tidar akan membantu Kanjeng Panembahan Senopati…..!” Berkata Ki Singa Dangsa.
“Kita akan segera berangkat dan mampir di Lembah Merapi Merbabu agar tidak terlambat. Besuk pagi kita harus sudah sampai di Tingkir…..!” Berkata Ki Dhandhang Wisesa.
“Baik….! Kami ada delapan orang termasuk Aku dan Nyi Singa Dangsa…..!” Berkata Ki Singa Dangsa.
Mereka segera berangkat menuju ke Lembah Merapi Merbabu.
Ki Sura Patil, seperti Ki Singa Dangsa sebelumnya juga terkejut menerima kedatangan banyak orang bersenjata. Ia dan para murid perguruan Lembah Merapi Merbabu telah bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Namun ia kemudian tertawa terbahak-bahak setelah tahu siapa mereka yang datang.
Setelah saling berkabar keselamatan, Ki Dhandhang Wisesa kemudian menceritakan seperti yang di ceritakan di Bukit Tidar.
“Kanjeng Panembahan Senopati harus kita bantu untuk menghadapi Sultan yang semena-mena itu…..!” Sahut Ki Singa Dangsa.
“Heeem…..! Kami dari Lembah Merapi Merbabu siap membantu kalian semua……!” Berkata Ki Sura Patil.
“Terimakasih Ki Sura Patil. Itulah yang diharapkan oleh Kanjeng Panembahan Senopati…..!” Berkata Ki Dhandhang Wisesa.
“Kalian bisa menginap di sini. Dusun Tingkir sudah tidak terlalu jauh dari tempat ini…..!” Tawaran dari Ki Sura Patil.
“Tidak menginap, tetapi beristirahat di tempat ini. Sebelum matahari terbit, kita harus sudah sampai di Tingkir…..!” Lanjut Ki Dhandhang Wisesa.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.