Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(703)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Ki Sura Patil telah menyiapkan lebih dari lima belas orang yang siap dengan busur dan anak panah. Peralatan yang biasa untuk berburu di lereng gunung Merbabu. Namun mereka juga bersenjatakan pisau belati panjang. Sedangkan Ki Sura Patil bersenjatakan pisau belati rangkap andalannya.
Pasukan dari Bukit Tidar hampir semuanya bersenjatakan pedang.
Pasukan dari Mataram juga ada yang telah siap dengan senjata busur dan anak panah pula. Mereka kurang lebih juga ada lima belas orang.
“Nanti kita bertiga, Aku Ki Singa Dangsa dan Ki Sura Patil menghadang di sebelah utara jembatan. Pasukan kita selain pasukan panah harus bersiap di kiri kanan kita di balik pepohonan dan gerumbul perdu.
Sedangkan Nyi Singa Dangsa bersiap untuk mengamankan Nyi Tumenggung Mayang. Sedang Ki Tumenggung Mayang biarlah menyelamatkan dirinya sendiri. Dia juga memiliki bekal ilmu yang cukup. Biarlah sebagian dari mereka sempat menyeberangi jembatan. Demikian pula kereta yang ditumpangi oleh Ki dan Nyi Tumenggung Mayang sudah menyeberang. Ketika di atas jembatan itulah titik lemah mereka. Pada saat sebagian besar di atas jembatan, saat itulah hujan anak panah diarahkan ke pasukan lawan. Pasukan panah harus serentak membidik lawan. Jangan sampai lawan sempat menyadari adanya serangan dadakan…..!” Berkata Ki Dhandhang Wisesa
“Saya kira itu cara yang tepat untuk menyergap lawan…..!” Berkata Ki Sura Patil.
“Yang perlu dipikirkan adalah, jangan sampai beberapa orang membidik sasaran yang sama. Sedangkan prajurit yang lain luput dari sasaran…..!” Lanjut Ki Dhandhang Wisesa.
“Biar mengaturnya lebih mudah, nanti murid-murid dari Lembah Merapi Merbabu berada di sebelah timur jalan, sedangkan pasukan dari Mataram berada di sebelah barat jalan…..!” Usul Ki Sura Patil.
“Usul yang baik, nanti masing-masing kelompok diatur oleh pimpinan kelompok masing-masing. Sedangkan aba-aba awal aku yang akan memberi aba-aba…!” Jawaban dari Ki Dhandhang Wisesa.
Masih beberapa saat mereka berbincang untuk mematangkan penyergapan.
“Ingat…..! Keberadaan kita di sekitar jembatan jangan sampai diketahui oleh siapapun, termasuk orang-orang yang lewat……!” Imbuh Ki Dhandhang Wisesa sebelum istirahat.
Namun mereka kemudian diberi kesempatan untuk beristirahat, karena setelah lewat tengah malam pasukan gabungan itu harus sudah meninggalkan Lembah Merapi Merbabu. Ketika pagi masih petang, mereka harus sudah sampai di sekitar jembatan Tingkir.
Malam itu Nyi Tumenggung Mayang hampir tidak bisa tidur. Ia selalu memikirkan nasibnya yang akan dibuang ke Semarang, bahkan kabarnya ia akan dilepaskan di tengah hutan Alas Roban yang angker. Namun ia berharap agar sang kakak – Panembahan Senopati bisa menolong. Namun ia mendengar dari sang suami bahwa ia bersama sang suami akan dikawal oleh sepasukan prajurit yang kuat. Pasukan itu akan dipimpin oleh seorang senopati yang berilmu tinggi pula – Senopati Wirayuda.
Mereka berdua juga tidak dibolehkan mengajak abdi untuk menyertainya.
Pagi sebelum terang tanah, mereka sudah harus meninggalkan Laweyan. Alasannya adalah agar tidak menjadi perhatian ketika masih di kotaraja Pajang.
Kabar bahwa sebelum terang tanah Ki dan Nyi Tumenggung Mayang sudah akan berangkat menuju pembuangan telah didengar oleh prajurit sandi dari Mataram. Prajurit itu yang dahulu berasal dari Laweyan pula sehingga lebih mudah mencari keterangan.
Dua orang telik sandi dari Mataram itu segera bergegas mendahului menuju jembatan Tingkir yang telah disepakati.
Pagi masih gelap ketika pasukan Mataram yang dipimpin oleh Ki Dhandhang Wisesa telah sampai di sekitar jembatan Tingkir. Mereka masih berkumpul di tempat sepi tak jauh dari jembatan itu. Ki Dhandhang Wisesa kemudian mengatur mereka agar tidak tumpang tindih dalam penyergapan.
Ketika mereka sedang berbincang, datanglah dua orang telik sandi dari Mataram.
“Mereka akan berangkat dari Pajang ketika pagi masih gelap. Jadi sampai di Tingkir kira-kira matahari naik sejengkal atau sampai sepenggalah….!” Lapor dari telik sandi Mataram tersebut.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…