Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(706)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Para prajurit Pajang itu sama sekali tidak siap menghadapi serangan anak panah. Hujan anak panah dari kiri dan kanan jembatan itu sangat merepotkan mereka. Hampir semuanya telah terluka oleh tajamnya anak panah. Hampir semua pula telah menjauh dari jembatan. Sedangkan para penyerbu yang tidak bersenjatakan anak panah telah berloncatan di tengah jalan yang jumlahnya lebih banyak dari pasukan Pajang. Para prajurit Pajang tidak bisa menyerang mereka karena masih dihadang oleh anak panah yang tanpa henti. Terlebih lagi mereka sudah terluka. Jika memaksakan diri sama saja dengan bunuh diri.
Senopati Wirajaya sangat marah atas kejadian tersebut. Ia menyerang sejadi-jadinya terhadap lawannya. Ia adalah seorang senopati terpercaya dari Pajang. Namun lawannya adalah Ki Dhandhang Wisesa yang setiap hari menggembleng diri di Mataram. Ia pun sering mendapat petunjuk langsung dari Ki Juru Martani. Walaupun pun bukan sebagai seorang murid. Bahkan Panembahan Senopati pun tak jarang membimbing Ki Dhandhang Wisesa.
Dua orang lurah prajurit juga kewalahan menghadapi dua orang guru padepokan.
Ki Sura Patil dengan pisau belati rangkap sangat sulit ditembus pertahanannya. Demikian pula Ki Singa Dangsa dengan senjata trisula sangat merepotkan lurah prajurit yang bersenjatakan pedang itu.
Senopati Wirajaya melihat kenyataan pahit itu. Sangat sulit baginya dan seluruh pasukan untuk tetap bertahan. Apalagi para pencegat telah mengepung mereka. Demikian pula Ki Tumenggung Mayang ikut menyaksikan pertempuran itu.
“Sudahlah, menyerah-lah Senopati Wirajaya kembalilah ke Pajang. Laporkan apa yang terjadi…..!” Berkata Ki Tumenggung Mayang.
“Gila….., sungguh gila…..! Licik benar orang Mataram…..!” Teriakan Senopati Wirajaya yang kemudian tahu bahwa para penyerang adalah dari Mataram.
“Begitulah pertempuran, kadang perlu licik pula. Aku yakin anakku Pabelan pun tewas dengan cara yang licik pula…..!” Sanggah Ki Tumenggung Mayang.
Bahkan Senopati Wirajaya terkejut ketika salah seorang lurah prajurit mengaduh tertahan karena tergores pisau belati dari Ki Sura Patil.
Senopati Wirajaya yang sedang tertegun dan menoleh ke arah lurah prajurit yang terluka sedikit lengah. Serbuan Ki Dhandhang Wisesa berhasil menggores lengannya. Ia pun kemudian meloncat mundur.
“Biarlah mereka kembali ke Pajang, Kakang Dhandhang Wisesa. Ternyata pasukan Pajang tak mampu bertahan dari serangan pasukan Mataram…..!” Sindir Ki Tumenggung Mayang.
Senopati Wirajaya melihat kenyataan. Ia tak ingin mati konyol dikeroyok oleh para pencegatnya.
“Munduur…..!” Teriak Senopati Wirajaya sambil meloncat mengajak dua orang lurah prajuritnya.
Ki Dhandhang Wisesa maupun Ki Sura Patil dan Ki Singa Dangsa membiarkan mereka pergi. Mereka setuju dengan saran dari Ki Tumenggung Mayang tadi. Lagi pula mereka telah mendapat pesan dari Panembahan Senopati untuk menghindari pembunuhan. Para pengawal dari Mataram pun membiarkan mereka mundur.
Senopati Wirajaya sangat marah mendapati kenyataan pahit yang sama sekali tidak diperhitungkan. Ia telah sampai di tempat para prajurit di seberang sungai yang sedikit jauh dari jembatan. Dan kenyataan pula bahwa hampir semua prajuritnya telah terluka.
Ki Tumenggung Mayang kemudian mendatangi mereka yang tadi ia tumpangi. Kusir kereta yang juga seorang lurah prajurit masih tergolek tak berdaya.
“Aku pulihkan tenagamu, tetapi jangan berbuat bodoh dengan menyerang kami……!” Berkata Ki Tumenggung Mayang yang kemudian mengurut punggung kusir kereta itu.
“Bawalah kembali kereta itu ke Pajang……!” Lanjut Ki Tumenggung Mayang.
Kenyataan pahit harus diderita oleh pasukan Pajang. Mereka gagal mengawal Ki dan Nyi Tumenggung Mayang. Mereka harus kembali ke Pajang dengan membawa kegagalan.
Mereka masih harus merawat luka-luka di tubuh mereka.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…