Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#708

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(708)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Yang lain masih menyahut; “Untuk kali ini Kanjeng Sultan harus berani tegas kepada Jebeng Sutawijaya si anak durhaka…..!”
“Yaaa….., nanti Senopati Wirajaya harus bisa memberikan laporan yang meyakinkan bahwa Mataram benar-benar telah berontak. Mataram yang kecil itu harus ditumpas…..!” Sahut yang lain.
Senopati Wirajaya sendiri sangat geram atas kegagalan mengawal Ki Tumenggung Mayang. Atas kejadian tadi, bisa jadi Kanjeng Sultan akan marah kepadanya karena tidak mampu mengemban tugas. Namun bisa juga akan marah kepada Mataram yang telah berani menentang Sultan. Itu artinya Mataram telah berontak kepada Pajang.
“Heeem……, bagaimana aku bisa melaporkan agar kemarahan tidak hanya ditujukan kepada-ku saja…..!” Batin Senopati Wirajaya.
Senopati Wirajaya sendiri masih heran, bagaimana Mataram dengan cepat tahu bahwa hari ini kami akan lewat jalan ini. Dan dengan cepat pula telah menghadang pasukan Pajang dengan rapi. “Mengapa telik sandi Pajang tidak mengendus pergerakan pengawal dari Mataram…..?”
“Siapakah dalang semua itu…..? Jika Dhandhang Wisesa aku kira tidak mampu merencanakan seperti itu…..?” Batin Senopati Wirajaya. “Tetapi sebuah kenyataan yang tidak bisa kami sangkal, kami telah gagal total……!” Lamunan Senopati Wirajaya. “Sepertinya Tumenggung Mayang telah mengetahui rencana itu. Ia terlihat tenang dalam perjalanan dan tidak mengeluh sama sekali. Demikian pula Nyi Tumenggung Mayang yang hanya diam sepanjang perjalanan…..!” Batin Senopati Wirajaya.

Sementara itu, para pengawal dari Mataram memerlukan istirahat sebelum sampai di Lembah Merapi Merbabu. Mereka beristirahat di tepi sebuah sungai dengan membiarkan kuda-kuda mereka beristirahat serta minum dan makan rumput di tepi sungai itu. Mereka tidak khawatir akan dikejar oleh oleh pasukan Pajang. Pajang tidak mungkin mengirim pasukan baru untuk mengejar mereka. Bahkan mungkin sekali pasukan yang terluka itu belum sampai di Pajang saat itu.
Pasukan pengawal dari Mataram yang sedang beristirahat itu heran, karena ada dua pohon jati yang cukup besar berjajar di tepi sungai itu. “Ini pasti pohon jati yang sudah cukup tua. Dan pasti ada yang sengaja menanam, entah siapa…..!” Batin Ki Tumenggung Mayang. “Pohon jati yang cukup langka karena besar dan lurus. Jika keraton Pajang tahu, pohon ini pasti segera ditebang dan diangkut ke Pajang…..!” Batin Ki Tumenggung Mayang. “Tempat ini juga asri dan sejuk dan dingin, aku tertarik suatu saat tinggal di tempat seperti ini…..!” Lamunan Ki Tumenggung Mayang.
(Dalam legenda yang lain, Ki Tumenggung Mayang di masa tuanya bertempat tinggal dan menjadi cikal bakal di tempat itu dan tempat itu kemudian dinamakan Dusun Jatijajar).

Dalam pada itu, pasukan Pajang yang dipimpin oleh Senopati Wirajaya telah sampai di keraton Pajang. Kanjeng Sultan yang mendapat laporan heran. Begitu cepat pasukan itu kembali.
“Hampir semuanya terluka, Kanjeng Sultan…..!” Berkata prajurit jaga yang memberikan laporan.
“Hampir semua terluka…..?” Bertanya Kanjeng Sultan ingin meyakinkan.
“Benar Kanjeng….., hampir semua terluka. Bahkan ada yang sepertinya parah…..!” Imbuh prajurit jaga itu.
“Heee….., baik. Aku yang akan ke sana…..!” Berkata Kanjeng Sultan Hadiwijaya yang segera menemui para prajurit yang masih di halaman pendapa keraton.
“Hee….., apa yang telah terjadi…..?” Bertanya Kanjeng Sultan yang heran karena hampir semua prajurit dibebat karena luka.
Senopati Wirajaya yang kemudian menghaturkan sembah bakti terlebih dahulu. Baru kemudian Senopati Wirajaya memberikan laporan dengan didahului permohonan maaf yang tulus.
“Wirajaya bersedia menerima hukuman yang paling berat sekalipun, Kanjeng Sultan. Kami telah gagal mengawal Ki Tumenggung Mayang. Kami telah dihadang secara licik oleh pengawal dari Mataram……!” Berkata Senopati Wirajaya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *