Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(709)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya terdiam sesaat, seakan tak percaya dengan yang dilaporkan oleh Tumenggung Wirajaya tersebut. Kemudian katanya; “Mataram……? Apa maksudmu……?”
“Benar Kanjeng Sultan, kami dicegat oleh segerombolan orang yang mengaku utusan Panembahan Senopati dari Mataram. Mereka dengan licik menghujani anak panah dari persembunyian. Mereka tidak berani adu dada. Hampir semua prajurit terluka, bahkan ada beberapa yang parah. Mereka tidak sempat mengadakan perlawanan. Jumlah mereka pun jauh lebih banyak dari pasukan Pajang……!” Lanjut Senopati Wirajaya.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya terdiam beberapa saat menahan amarah. Namun Kanjeng Sultan kemudian teringat bahwa Nyi Tumenggung Mayang adalah adik dari Jebeng Sutawijaya, putri dari Ki Pemanahan.
Senopati Wirajaya kemudian melanjutkan laporannya.
“Seorang wanita sepertinya seorang yang berilmu tinggi pula yang membebaskan Nyi Tumenggung Mayang. Kami belum tahu siapa wanita setengah baya tersebut….!”
“Heem….., Sutawijaya memang anak yang aneh dan tidak mudah untuk ditebak…..!” Batin Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Lawan lurah prajurit yang mendampingi hamba juga mendapat lawan yang berilmu tinggi pula…..!” Lanjut Senopati Wirajaya.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya tidak menjawab. Namun terlihat bahwa Kanjeng Sultan menahan marah.
Belum selesai Senopati Wirajaya memberikan laporan, tiba-tiba Kanjeng Sultan meninggalkan mereka.
Senopati Wirajaya tentu tidak berani memaksakannya. Ia tidak tahu apa tanggapan dan rencana Kanjeng Sultan untuk selanjutnya.
Namun demikian, Senopati Wirajaya sedikit lega, karena Kanjeng Sultan tidak memberi hukuman kepadanya dan juga kepada seluruh prajurit yang telah gagal menjalankan perintah. Harapan Senopati Wirajaya semoga hal ini bukan sekedar menunda hukuman yang akan mereka terima.
Sementara hari telah mulai gelap, rombongan dari Mataram telah tiba di Lembah Merapi Merbabu. Mereka dijamu dengan lebih dari cukup. Ki Sura Patil telah menyuruh anak buahnya mendahului untuk menyiapkan segala sesuatu bagi seluruh rombongan itu. Mereka memang akan menginap di tempat itu pula. Namun Ki Dhandhang Wisesa telah mengutus dua orang pengawal dari Mataram untuk mendahului dan mengabarkan tentang yang telah terjadi.
Nyi Tumenggung Mayang telah menjadi akrab dengan Nyi Singa Dangsa yang telah menyelamatkannya. Nyi Singa Dangsa sebelum ditaklukkan oleh Panembahan Senopati adalah seorang wanita yang garang dan kejam. Namun kini ia telah bisa membawakan diri sebagai seorang wanita sewajarnya. Nyi Singa Dangsa bercerita tentang kisah petualangan di dunia persilatan bersama sang suami, K Singa Dangsa. Diceritakan pula bahwa dahulu antara perguruan Lembah Merapi Merbabu ini dengan perguruan Bukit Tidar selalu berseteru. Bahkan hampir saja terjadi pertarungan hidup mati antara Ki Singa Dangsa melawan Ki Sura Patil. Beruntungnya, saat itu Panembahan Senopati sedang berkunjung ke Bukit Tidar. “Panembahan Senopati telah mendamaikan kami. Bahkan kami sekarang telah bersahabat, juga dengan Mataram…..!” Berkata Nyi Singa Dangsa.
“Yaaa….., sebaiknya kita saling bersahabat untuk kemajuan bersama…..!” Berkata Nyi Singa Dangsa.
“Ya benar Nyi….., kami juga pernah berkunjung ke Mataram. Mataram yang sekarang telah maju tak ubahnya sebuah negeri…..!” Lanjut Nyi Singa Dangsa.
“Ingin segera bertemu dengan Kangmas Panembahan Senopati. Beliau adalah kakak kandungku…..!” Berkata Nyi Singa Dangsa.
Mereka bercerita panjang lebar. Meskipun demikian, Nyi Singa Dangsa tidak bertanya tentang Raden Pabelan. Demikian pula Nyi Tumenggung Mayang juga tidak menceritakan tentang anaknya itu.
“Besuk kami akan ikut mengantar Nyai sampai Mataram….!” Berkata Nyi Singa Dangsa.
“Tentu kami sangat senang dan berterimakasih…..!” Jawab Nyi Tumenggung Mayang.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.