Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(711) seri 709 dobel.
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Adipati Purabaya (maaf kemarin tertulis Kediri) adalah Kanjeng Adipati Timur yang kemudian bergelar Kanjeng Adipati Rangga Jumena. Ia yang jauh dari Mataram telah menerima laporan yang terjadi tentang Raden Pabelan dan kemudian tentang Ki Tumenggung Mayang yang dibebaskan oleh para pengawal dari Mataram. Mereka yang memberi laporan adalah orang-orang yang tidak senang dengan keberadaan Mataram. Dengan demikian, Kanjeng Adipati Rangga Jumena pun ikut tersulut tidak senang kepada Mataram. Terlebih, ia merasa lebih tua dan lebih terhormat dari pada Jebeng Danang Sutawijaya anak Pemanahan. Pangeran Timur adalah salah satu putra dari Kanjeng Sultan Trenggana. Namun demikian, Kanjeng Adipati Rangga Jumena masih menunggu sikap dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang. Namun jika diperlukan, pasukan Purubaya siap untuk menyerbu Mataram kapan pun.
Kadipaten Purubaya yang dikemudian hari menjadi Kadipaten Madiun.
Sementara itu, dalam perjalanan waktu, kekuasaan di Kadipaten Pati telah beralih dari Kanjeng Adipati Penjawi ke putranya laki-laki, Wasis Jayakusuma. Ki Penjawi yang seangkatan dengan Ki Pemanahan pun lanjut usia. Sedangkan kakak perempuan dari Adipati Wasis Jayakusuma yang bernama Waskitajawi dipersunting oleh Panembahan Senopati. Setelah Mataram menjadi sebuah negeri, Waskitajawi ditetapkan sebagai permaisuri keraton Mataram.
Sampai saat itu, Kadipaten Pati dengan Mataram berhubungan dengan baik. Kadipaten Pati adalah hadiah dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya. Demikian juga Mentaok yang kemudian menjadi Mataram adalah juga hadiah dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya karena bisa menaklukkan Jipang dan menewaskan Harya Penangsang saat itu.
Alkisah, suatu saat Adipati Wasis Jayakusuma berkunjung ke Mataram sebagai saudara ipar. Adipati Wasis Jayakusuma tertarik dengan seekor sapi milik Panembahan Senopati yang besar dan kuat. Sang Adipati belum pernah melihat sapi sebesar itu dan terlihat kuat dan kencang. Sapi jantan itu sangat cocok jika dijadikan pejantan bagi sapi-sapi betina di Pati. Di kandang itu juga ada beberapa sapi yang besar dan terlihat kokoh kuat. Namun sapi yang dikagumi oleh Adipati Wasis Jayakusuma itu yang paling bagus. Keturunannya nanti pasti juga akan ada yang seperti sapi itu, sapi-sapi yang unggul.
Dalam pada itu, Panembahan Senopati juga tertarik dengan kuda yang dinaiki oleh Adipati Wasis Jayakusuma. Kuda yang berada di Mataram belum ada yang setinggi kuda milik Adipati Wasis Jayakusuma tersebut.
“Kangmas Panembahan, bagaimana jika sapi itu aku pinjam sebagai penjantan untuk sapi-sapi di Pati….? Jika sudah cukup akan aku kembalikan lagi…..!” Berkata Adipati Wasis Jayakusuma.
“Ha ha ha ha….., itu sapi kesayanganku dan aku beri nama Pragola ha ha ha….!” Jawab Panembahan Senopati.
“He he he….., nama yang bagus, lebih bagus dari nama orang…..!” Berkata Adipati Wasis Jayakusuma.
“Begini saja…..! Sapi itu aku tukar dengan kuda yang kau miliki naiki itu ditambah kuda milikku yang bisa kau pilih yang mana pun….!” Jawab Panembahan Senopati.
Akhirnya terjadi kesepakatan, Kanjeng Adipati Wasis Jayakusuma membawa pulang sapi yang tinggi besar dan kuat yang diberi nama Pragola masih diberi kuda milik Panembahan Senopati yang bisa dipilih. Sedangkan kuda milik Adipati Wasis Jayakusuma yang teji tinggi besar itu ditinggal di Mataram. Keduanya merasa senang. Bagi Panembahan Senopati, sapi Pragola telah menjadi pejantan bagi sapi-sapi betina di Mataram. Dan sudah ada pedet anak sapi yang akan menjadi seperti sapi Pragola. Demikian pula bagi Adipati Wasis Jayakusuma, kuda miliknya pun sudah menjadi pejantan bagi kuda-kuda betina di Pati. Dan sudah ada belo anak kuda miliknya yang akan seperti kuda yang ia tinggal di Mataram itu.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.