Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(713)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Dengan naik kuda teji dari Kanjeng Adipati Pati Wasis Jayakusuma, Panembahan Senopati menuju ke Praci. Dengan ringan kuda teji menaiki bukit Tritis. Jika kuda biasa pasti akan terengah-engah. Meskipun demikian, tetap saja Panembahan Senopati memerlukan beristirahat. Ia tidak mungkin memaksakan kuda itu untuk terus melaju.
Medan berbukit-bukit itu dilalui dengan lancar. Dahulu Panembahan Senopati pernah melewati jalan itu dengan berjalan kaki. Jadi ia tak akan tersesat karenanya.
Wanita muda itu terkejut ketika mendengar derap kaki kuda. Lebih terkejut lagi setelah tahu siapa yang datang.
“Ooo sinuhun berkenan datang kembali ke gubuk kami….!” Sapa wanita itu setelah Panembahan Senopati meloncat turun.
“Heeem……, kau masih saja tetap ayu, Tarsih….!” Balas Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati kemudian dipersilahkan masuk ke dalam rumah yang sederhana. Panembahan Senopati tidak canggung karena pernah berkunjung ke rumah itu ketika mengembara dahulu.
“Kok sepi…..?” Bertanya Panembahan Senopati sambil celingukan seakan mencari sesuatu. Setelah mereka saling berkabar keselamatan.
“Ooh…., simbok sedang ke ladang bersama anak itu…..!” Jawab Tarsih.
“Heeem….., jadi benar ada anak itu…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
“Yaa….., tentu saja ada. Kanjeng Gusti Putri yang menitipkan anak itu. Dan beliau mengatakan bahwa suatu saat Kanjeng Sinuhun akan datang mengambil anak itu…..!” Berkata Tarsih.
“Ooo….., jadi kau sudah tahu maksud kedatangan-ku…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
“Ya hanya kira-kira saja, Sinuhun. Karena Gusti Putri memang pernah berpesan demikian…..!” Jawab Tarsih.
“Yaa…., memang benar. Anak yang kau sebutkan tadi akan aku ajak ke Mataram bersama pemomongnya…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Oooh….., mohon maaf Sinuhun, simbok sudah sepuh tidak mungkin ditinggal sendiri di gubuk ini…..!” Dalih Tarsih.
Panembahan Senopati memahami hal tersebut. Dan ia pun tak ingin memaksakan diri.
“Ya sudah, rawatlah simbok. Tetapi suatu saat kau akan aku jemput ke keraton Mataram…..!” Berkata Panembahan.
“Apakah mereka pergi jauh…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
“Biasanya anak itu senang bermain di kali yang ada kedung-nya. Dan simbok mencari umbi tak jauh dari kedung itu……!” Jawab Tarsih.
Suasana sepi, dua orang pria wanita bertemu. Mereka yang pernah memadu kasih dahulu ketika Panembahan Senopati mampir ketika sedang dalam pengembaraan. Kali ini pun terulang kembali. Namun baru beberapa saat, terdengar suara anak berteriak-teriak sambil berlari.
“Emaak….., emaak…., ada kuda besar sekali…..!” Suara anak itu dari luar.
Anak itu memang sudah sampai di luar, dekat dengan kuda yang tinggi besar sedang ditambatkan.
“Oooh….., dia sudah pulang…..!” Berkata Tarsih sambil melepaskan pelukan dari pria yang pernah singgah itu.
“Yaaa….., ajaklah dia masuk…..!” Pinta Panembahan Senopati.
“Dia anak yang nakal sekali. Tidak mudah untuk diarahkan….!” Keluh Tarsih yang kemudian keluar untuk mengajak anak itu.
“Rangga….., masuklah…..!” Pinta Tarsih.
“Nanti Maaak…..! Lihat kuda yang besar sekali…..! Rangga senang sekali…..!” Jawab anak itu.
Anak itu tadi ketika sedang bermain di kedung memang mendengar derap kaki kuda yang mengarah ke rumah yang mereka tinggali. Maka anak yang disebut Rangga tadi segera bergegas pulang. Dan benar, ia melihat kuda yang tinggi besar ditambatkan di samping rumah. Rangga sangat mengagumi kuda tersebut. Ia memang pernah di ajak ke pasar desa. Di sana ia sering melihat kuda pula. Namun kuda-kuda di pasar itu jauh lebih kecil dari yang ia saksikan saat itu.
Rangga tidak segera masuk, maka Panembahan Senopati yang keluar dari rumah.
“Kau suka kuda itu…..?” Bertanya Panembahan Senopati ketika melihat anak itu di dekat kuda.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.