Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(715)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Betapa senangnya Raden Rangga karena akan numpak kuda yang tinggi besar dan bagus. Tak terpikirkan oleh Raden Rangga bahwa ia akan meninggalkan Emak dan Embah yang dipanggilnya Simbok. Yang terbayang hanya senang naik kuda yang selama ini hanya diangankannya.
Namun Raden Rangga tiba-tiba bertanya, “Apakah di sana juga ada sungai…..?”
“Oooh…., pasti ada….!” Jawab Panembahan Senopati yang tidak segera mengerti pertanyaan dari Raden Rangga tersebut.
Tarsih-lah yang kemudian berbisik; “Anak itu senang sekali bermain di sungai…..!”
“Begitukah…..?” Berkata Panembahan Senopati.
Namun akhirnya Panembahan Senopati dan Raden Rangga benar-benar meninggalkan dusun Praci. Kuda yang tinggi besar itu tentu kuat membawa beban dua orang.
Raden Rangga sangat senang bisa naik kuda. Ia berangan-angan suatu saat bisa naik kuda sendiri.
Matahari belum jauh condong ke barat. Sebelum petang diperkirakan sudah sampai di Mataram.
Walaupun kuda itu kuda yang besar tegar dan kuat, namun perlu beristirahat pula. Kuda pun perlu makan dan minum pula. Jalan yang berbukit-bukit tentu menguras tenaga kuda itu.
“Kita beristirahat dahulu…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Aku belum lelah…..!” Dalih Raden Rangga.
“Yaaa…., aku tahu. Tetapi kuda-nya yang tentu lelah. Kuda ini membawa beban dua orang dan jalannya naik turun…..!” Panembahan Senopati mencoba memberi pengertian.
Anak yang masih menjelang remaja itu pun memahami kata-kata Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati pernah singgah di sebuah warung yang sajiannya lain dengan warung-warung yang lain.
“Kita singgah di warung, kau pun perlu minum dan makan pula…..!” Lanjut Panembahan Senopati. Ia memang pernah singgah di warung itu bersama Ki Ageng Giring ketika pulang dari Kembang Lampir. Bahkan sudah beberapa kali.
Raden Rangga senang karena sesungguhnya ia pun merasa haus dan lapar juga.
Setelah sampai di warung, kuda pun diterima oleh penjaga warung. Warung yang memang melayani untuk kuda pula.
“Wuiiiih….., kudanya tinggi dan besar sekali, Deeen…..! Sepertinya belum pernah nampak kuda ini, Den…..!” Berkata pelayan warung.
“Yaa…., itu kuda kelangenan-ku …..!” Jawab Panembahan Senopati.
“Tumben tidak bersama Ki Ageng Giring, Deeen….!” Berkata pelayan warung lagi.
“Yaa…., aku tidak sedang ke Kembang Lampir, tetapi menjemput putraku ini…..!” Dalih Panembahan Senopati.
Matahari telah jauh condong ke barat.
Bukan saatnya makan siang sehingga warung itu tampak sepi.
“Sepertinya biasanya Mbok…..!” Pesan Panembahan Senopati.
Mbok Bakul pun paham maksud dari tamunya itu. Ia tahu bahwa tamunya itu sahabat dari Ki Ageng Giring yang sering singgah di warung itu. Namun belum tahu bahwa dia adalah seorang penguasa Mataram. Namun Mbok Bakul tahu bahwa tamunya itu selalu membayar lebih dari yang seharusnya.
“Jika kau nanti tidak suka sajiannya, bisa pesan yang lain…..!” Berkata Panembahan Senopati kepada Raden Rangga.
Telah disajikan minuman andalan warung itu, wedang jahe sere madu.
“Aku suka…..!” Seru Raden Rangga setelah menyerutup wedang itu.
Panembahan Senopati tersenyum karena anak itu senang.
Beberapa saat kemudian telah disajikan makanan yang juga menjadi andalan di warung itu.
“Coba….., kau suka atau tidak dengan sajian ini…..!” Bertanya Panembahan Senopati.
“Wuooo….., apa ini…..?” Seru Raden Rangga yang belum pernah makanan yang tadi dibungkus daun pisang.
“Ini namanya pepes tala, kau tau tala itu apa…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
“Belum tahu….!” Jawab Raden Rangga.
“Tawa itu bakal tawon – bakal lebah….!” Berkata Panembahan Senopati.
Pepes tala adalah pepes yang bahan utamanya tala – bakal lebah dengan parutan kelapa muda yang kemudian dikukus.
“Wuooo….., aku suka…..!” Seru Raden Rangga setelah mencicipi.
Panembahan Senopati tersenyum.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.