Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(717)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Agar tidak kemalaman di jalan, Panembahan Senopati segera mengajak Raden Rangga untuk melanjutkan perjalanan.
“Nanti kita akan manuruni tebing di depan itu. Tebing yang cukup curam…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Heee…., aku suka…..!” Seru Raden Rangga.
Panembahan Senopati mengira anak itu akan ciut nyali karena menuruni tebing yang curam. Ternyata tidak untuk Raden Rangga.
Panembahan Senopati sudah merasa bahwa anak ini berbeda dengan anak-anak sebayanya. Bagaimana tadi ia melihat anak itu naik dan turun tebing ketika mengembalikan anak monyet, meloncat dengan ringannya.
Panembahan Senopati kemudian meloncat dengan ringannya ke atas punggung kuda dan kuda pun tidak melonjak ketika Panembahan Senopati mendarat di punggung kuda.
Namun Panembahan Senopati terkejut ketika Raden Rangga pun menirukan dengan meloncat pula di atas punggung kuda dengan entengnya pula. Sesuatu yang belum mungkin bisa dilakukan oleh anak sebaya itu. Apalagi anak itu belum pernah berlatih. Namun dibiarkannya oleh Panembahan Senopati seakan tidak ada yang aneh. Sedangkan Raden Rangga pun juga merasa tidak ada yang aneh. Ia telah terbiasa naik turun tebing, bahkan terjun ke sungai yang dalam dari atas tebing yang curam.
Panembahan Senopati-lah yang harus berhati-hati mengendalikan kuda di turunan tebing yang curam itu. Jalanan pun licin dan tidak rata. Namun demikian, Panembahan Senopati tidak mengalami kesulitan karena sudah sering melewati jalan itu.
“Waaah….., kudanya sungguh hebat. Suatu saat aku pingin nunggang sendiri…..!” Celetuk Raden Rangga.
“Boleh….., suatu saat aku ajari…..!” Berkata Panembahan Senopati.
Akhirnya mereka sampai juga di jalan yang datar di dusun Piyungan.
“Jika kita belok ke kanan akan sampai di candi Baka dan kemudian candi Prambanan…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Candi…..? Simbok pernah bercerita tentang candi Prambanan dan candi Baka itu. Rangga pingin melihat candi…..!” Berkata Raden Rangga.
“Yaaa….., pada suatu saat nanti akan aku ajak ke candi Baka maupun candi Prambanan…..!” Sahut Panembahan Senopati.
“Yaaa….., Rangga senang…..!” Seru Raden Rangga.
“Sekarang kita lanjutkan perjalanan, hari sudah sore, namun Mataram sudah tidak jauh lagi…..!” Lanjut Panembahan Senopati.
Di Piyungan ada beberapa warung yang buka. Namun Panembahan Senopati tidak ingin beristirahat. Jalanan pun sudah semakin ramai, tidak seperti puluhan tahun yang lalu sebelum Alas Mentaok dibabat. Dusun yang sudah ramai penghuni yang akan dilewati adalah dusun Payak dan kemudian setelah melewati jembatan kali Opak akan sampai Wiyara dan kemudian sampai di Mataram.
Raden Rangga terkagum-kagum melihat tanah lapang yang luas dan tertata rapi.
“Ini namanya alun-alun, halaman keraton yang luas…..!” Berkata Panembahan Senopati.
Lebih terkagum lagi ketika melihat gapura yang megah dan indah. Serta kemudian terkagum melihat bangunan keraton. Namun Panembahan Senopati heran karena yang ditanyakan oleh Raden Rangga justru jauh dari kemegahan bangunan-bangunan itu.
“Di manakah sungai yang dekat dengan tempat ini…..?” Pertanyaan Raden Rangga.
Raden Rangga memang tidak bisa lepas dari sungai. Ketika di Praci, hampir sebagian besar waktunya dihabiskan di sungai. Ia bermain, mandi, mencari ikan bahkan bermain dengan ular dan biawak pun ia lakukan di sungai pula.
“Besuk biar diantar ke sungai oleh seorang abdi……!” Jawab Panembahan Senopati.
“Tetapi Rangga ingin sekarang, Rangga harus mandi….!” Desak Raden Rangga.
Panembahan Senopati tersenyum, ia mencoba memahami keinginan Raden Rangga tersebut. Mungkin memang sudah menjadi kebiasaan untuk mandi dan berbersih diri di sungai. Panembahan Senopati tidak ingin mengecewakan anak itu agar kerasan tinggal di keraton.
“Baiklah…..! Biar sekarang ada yang mengantar ke sungai…..!” Berkata Panembahan Senopati.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…