Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#718

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(718)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Di hari-hari selanjutnya, Raden Rangga tampak senang tinggal di Mataram. Ada beberapa abdi yang melayani. Segala kebutuhan dipenuhi, segala keperluan dilayani. Tetapi kebiasaan bermain di sungai tidak bisa ia tinggalkan. Lebih separuh hari ia bermain di sungai setiap harinya. Walau di keraton ikan tidak kekurangan, karena ada beberapa belumbang untuk memelihara ikan. Dan itu cukup untuk keperluan sendiri. Namun setiap saat Raden Rangga pulang dengan membawa ikan berbagai jenis. Dan itu harus dimasak, kalau tidak, Raden Rangga akan kecewa. Tak jarang pula Raden Rangga membawa pulang biawak dan kadang membawa sidat yang cukup besar.
Namun yang paling membuat gempar orang keraton adalah ketika Raden Rangga membawa pulang ula sawa – ular piton yang cukup besar.
“Sebaiknya kau kembalikan di sungai lagi, Ngger…..!” Berkata Ki Juru Martani saat itu.
“Ini akan aku pelihara untuk teman Rangga, Eyang…..!” Dalih Raden Rangga.
“Tetapi banyak yang takut…..!” Dalih Ki Juru Martani pula.
“Biarlah nanti aku buatkan kandang…..!” Raden Rangga berdalih.
Ki Juru Martani tidak bisa mencegah anak itu untuk memelihara ular. Namun demikian harus ada abdi yang mengawasi.

Pagi hari itu Raden Rangga tidak pergi ke sungai, karena akan diajak oleh Panembahan Senopati untuk berlatih naik kuda ke Lipura. Raden Rangga rela untuk tidak pergi ke sungai karena berlatih naik kuda tentu menyenangkan juga. Ia sudah berangan-angan bisa menunggang kuda. Dan pagi ini akan diajak untuk berlatih. Tentu saja Raden Rangga sangat senang.
Di Lipura memang ada padang rumput yang cukup luas, cukup leluasa untuk berlatih naik kuda. Bahkan untuk berpacu pun cukup leluasa pula.
Di sana ada dua orang pekatik yang mengurusi kuda-kuda milik keraton. Kuda-kuda keturunan dari kuda yang semula milik Adipati Pati, Adipati Wasis Jayakusuma – putra dari Ki Penjawi. Adipati Wasis Jayakusuma yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Adipati Pragola Pati di Pati. Pragola yang semula nama sapi milik Panembahan Senopati. Sapi Pragola pun telah menjadi pejantan yang unggul di Pati. Sehingga sapi-sapi unggul banyak terdapat di Pati.
Demikian pula, kuda-kuda yang unggul banyak terdapat di Mataram saat itu berkat kuda dari Pati. Saling tukar yang saling diuntungkan.
Di Lipura ada beberapa kuda unggul yang dipelihara. Ada beberapa yang sudah jinak. Yang sudah jinak itu yang nanti untuk berlatih Raden Rangga.
Pekatik yang juga pelatih kuda dan pelatih penunggang muda itu telah dipercaya untuk melatih Raden Rangga.
Raden Rangga tidak berkeberatan dilatih oleh pekatik itu.
“Marilah Raden…..! Kuda ini sudah jinak…..!” Pinta pekatik itu.
“Baik paman…..!” Sahut Raden Rangga.
“Untuk dua tiga putaran, Raden di belakang. Putaran berikutnya Raden boleh di depan pegang kendali…..!” Pinta pekatik yang juga pelatih itu.
“Silahkan Raden naik dulu, aku pegang kendali…..!” Berkata pekatik.
Pekatik itu terkejut ketika seketika Raden Rangga meloncat dengan ringannya dan hinggap di punggung kuda dengan mulus. Kudanya pun tidak melonjak karena terkejut. Bagaimana mungkin anak semuda itu seperti seorang dewasa yang telah menguasai ilmu meringankan tubuh. Sedangkan sang pelatih itu sendiri tidak bisa seperti yang dilakukan oleh Raden Rangga tersebut. Namun ia tidak mengatakan sesuatu. Dan ia sendiri kemudian naik ke punggung kuda dengan sewajarnya.
“Raden boleh memperhatikan cara saya mengendalikan kuda. Nanti sambil berjalan saya beri tahu…..!” Berkata pekatik itu.
Kemudian pekatik itu melanjutkan.
“Dalam keadaan seperti ini, kuda tetap berdiri dan diam. Agar berjalan, tumit kanan saya ini saya pukulkan ke tubuh kuda. Jika pukulan kita pelan, maka kuda pun akan melangkah pelan. Dan jika kita pukul keras, maka kuda pun akan melangkah cepat…..!”
“Baik Paman….., Rangga mengerti……!” Jawab Raden Rangga.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *