Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#719

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(719)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Kuda pun mulai berderap pelan mulai mengelilingi padang rumput.
“Lebih cepat lagi, Paman…..!” Raden Rangga yang tidak sabar.
“Ooh…., baiklah…..!” Jawab pekatik yang juga pelatih itu.
“Lihat tumitku, aku pukul kuda ini lebih kencang, namun juga jangan terlalu kencang…..!” Lanjut pekatik.
Ia kemudian memukul kuda itu dengan tumitnya lebih keras dari sebelumnya.
“Jika ingin berhenti, kendali kuda ini kita tarik begini…..!” Lanjut pekatik itu yang kemudian kuda pun berhenti.
“Sekarang kita jalan lagi. Tumit akan aku pukulkan ke tubuh kuda lagi lebih kencang. Nanti kuda akan langsung berderap lebih kencang…..!” Lanjut pekatik.
“Tadi bersama Bapa Panembahan, kudanya berlari kencang…..!” Berkata Raden Rangga.
“Kanjeng Panembahan memang sudah menguasai dalam mengendalikan kuda di segala medan…..!” Sahut pekatik itu.
“Rangga ingin bisa seperti Bapa Panembahan…..!” Berkata Raden Rangga.
“Jika Raden rajin berlatih tentu bisa…..!” Berkata pekatik itu untuk membesarkan hati Raden Rangga.
Setelah dua putaran, pekatik menyerahkan kendali kepada Raden Rangga. Namun ia tetap ikut di belakang Raden Rangga. Bagaimanapun ia khawatir kalau anak itu tidak bisa mengendalikan kuda.
“Silahkan Raden di depan dan aku di belakang…..!” Berkata pekatik.
“Baik Paman…..! Tetapi jika Paman ingin turun dan melihat silahkan…..!” Jawab Raden Rangga.
“Tiga empat putaran, jika lancar aku akan turun dan menyaksikan…..!” Jawab pekatik.
Raden Rangga telah duduk di depan pekatik di atas punggung kuda. Raden Rangga mencoba seperti yang diajarkan oleh pekatik. Tumit kaki kanan ia pukulkan pelan. Namun yang dirasa pelan oleh Raden Rangga itu ternyata lebih kuat dari pukulan pekatik sebelumnya. Akibatnya hampir saja kuda itu meloncat lari. Namun pekatik masih mampu ikut menarik kekang kuda sehingga kuda tetap terkendali.
“Pasti Raden cukup keras memukul tubuh kuda…..!” Tegur pekatik.
“Menurutku cukup pelan Paman…..!” Sanggah Raden Rangga.
“Kuda ini cukup perasa. Jika tidak dikatakan pelan, pukullah dengan lembut…..!” Saran dari pekatik.

Panembahan Senopati tersenyum menyaksikan Raden Rangga yang sedang berlatih itu. Ia sendiri sedang bermain-main dengan kuda kesayangannya di tengah padang rumput. Kuda itu mengangkat kedua kaki depannya seakan sedang menari. Kuda berjalan pelan dengan kedua kaki belakangnya. Gerakannya indah dipandang mata. Kuda berputar-putar di tengah arena. Kemudian kuda kembali berderap dengan keempat kakinya. Namun bukan derap yang biasa, tetapi dengan gerakan yang indah. Derap bagai orang berbaris.
Di area tengah padang rumput itu juga dipasang palang-palang bambu setinggi dada orang dewasa.
Setelah beberapa saat Panembahan Senopati bermain-main dengan kuda yang seakan menari, tiba-tiba kuda dipacu kencang. Sesaat kemudian kuda itu meloncati palang bambu dan kemudian palang bambu berikutnya. Ada sepuluhan palang bambu yang bisa diloncati oleh kuda itu dengan mulus. Beberapa kali Panembahan Senopati mengulangi-nya.
Namun Panembahan Senopati terpaksa berhenti ketika melihat Raden Rangga yang baru menginjak remaja dan baru pertama kali berlatih itu telah memacu kudanya cukup kencang. Dan is melihat pekatik pelatihnya telah turun dari kuda.
“Tahan Raden……! jangan kencang-kencang, tahan……!” Teriak pekatik dari pinggir padang rumput.
Namun Raden Rangga tetap melaju dengan kencang.
“Tenang Paman……, tenang……! Rangga senang…..!” Teriak Raden Rangga.
Panembahan Senopati tersenyum namun kagum juga kepada anak itu. Anak itu sungguh berbakat dalam mengendalikan kuda. Panembahan Senopati sendiri tidak secepat anak itu dalam penguasaan pengendalian kuda. Ia memang sejak kecil telah berlatih naik kuda di alun-alun belakang keraton Pajang saat itu. Namun ia tidak secepat Raden Rangga yang baru sekali berlatih langsung mampu memacu kudanya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

15 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

5 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago