Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(723)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Rangga yang naik kuda di antara pepohonan itu menjawab teguran dari Ki Juru Martani.
“Kudanya bagus dan jinak, Eyang…..!”
“Yaaa….., tetapi itu kuda milik tamu kita ini…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Raden Rangga kemudian meloncat dengan ringannya dan berdiri tegap beberapa depa dari kuda itu.
Ki Wuragil dan Ki Wilamarta terkejut dan kagum kepada anak itu. Meloncat seperti itu hanya bisa dilakukan oleh seorang dewasa dan memiliki bekal ilmu yang cukup. Tetapi hampir tidak mungkin dilakukan oleh anak semuda itu. Namun ternyata itu dilakukan oleh anak muda yang dipanggil Rangga oleh Ki Juru Martani. Mereka berdua belum tahu anak siapa anak itu. Namun Ki Wuragil merasa tidak senang kepada anak yang tidak memiliki suba sita – unggah ungguh itu.
“Anak siapakah anak itu, Kakang Juru…..?” Bertanya Ki Wuragil dengan muka masam.
“Dia anak sulung dari Angger Panembahan Senopati….!” Berkata Ki Juru Martani.
“Ooo…..!” Hanya itu tanggapan dari Ki Wuragil.
Ki Wuragil kemudian memanggil kudanya dengan bertepuk tangan tiga kali. Dan kuda pun mendekati sang pemilik.
“Mohon pamit Kakang Juru….!” Berkata Ki Wuragil yang kemudian meloncat ke atas punggung kuda dengan ringannya pula. Ki Wuragil sama sekali tidak menoleh kepada Raden Rangga. Terlihat sekali bahwa Ki Wuragil tidak suka kepada anak yang telah naik kuda miliknya tadi.
Raden Rangga yang tertarik dengan Ki Wuragil ketika memanggil kudanya dengan bertepuk tangan tiga kali dan kemudian kudanya mendekat. Raden Rangga sendiri tidak merasa bahwa Ki Wuragil tidak senang kepada dirinya.
“Wuiih hebat sekali kudanya…..!” Seru Raden Rangga.
Namun Ki Wuragil menoleh pun tidak.
Ki Wilamarta pun mohon pamit kepada Ki Juru Martani pula dan kemudian naik kuda dengan sewajarnya.
Keduanya telah meninggalkan Kotagede untuk menuju ke Lipura.
Ki Juru Martani kemudian menasehati Raden Rangga yang telah naik kuda milik orang lain tanpa meminta izin.
“Naik kuda milik orang lain tanpa izin itu tidak sopan Ngger…..!”
“Kan tidak dirugikan apa-apa, Eyang…..!” Raden Rangga berdalih.
“Benar tidak ada yang dirugikan, tetapi itu tidak sepantasnya. Bagaimana jika bajumu yang sedang kau lepas dan kemudian di pakai orang lain…..?” Ki Juru Martani membandingkan.
Raden Rangga hanya mengangguk- angguk tidak menjawab. Namun ia mengerti maksud dari Ki Juru Martani.
“Ayo sekarang kita lanjutkan belajarnya, juga tentang unggah ungguh yang perlu kau ketahui…..!” Ajak Ki Juru Martani.
Raden Rangga tidak membantah dan kemudian mengikuti Ki Juru Martani.
Ki Wuragil dan Ki Wilamarta memacu kudanya dengan kecepatan sedang. Ancar-ancar yang diberikan oleh Ki Juru Martani cukup jelas. Mereka yang pernah menjadi pengembara pada masa mudanya tidak mengalami kesulitan.
“Kita perlu beristirahat di perempatan Padokan untuk makan siang. Aku ingin mencoba gulenya…..!” Ajak Ki Wuragil.
“Baiklah…..! Aku ingin satenya…..!” Jawab Ki Wilamarta.
Kedua utusan dari Pajang itu kemudian beristirahat di warung Mbok Giyah di pojok perempatan Padokan. Warung agak sepi karena sudah sedikit lewat waktu makan siang.
“Sate satu dan gule satu, Mbok…..!” Pesan Ki Wuragil.
“Minumnya apa Den….? Sepertinya Raden berdua belum pernah mampir…..?” Bertanya Mbok Giyah.
“Apa saja boleh…..!” Jawab Ki Wuragil.
“Wedang jahe sere gula aren ya Den….!” Tawaran Mbok Giyah.
“Boleh…..!” Ki Wilamarta yang menjawab.
Beberapa saat kemudian pesanan telah di sajikan.
“Kisanak berdua dari jauh ya Den…..!” Bertanya Mbok Giyah.
“Benar Mbok….., ini mau ke Lipura…..!” Ki Wuragil yang menjawab.
“Oooh….., Lipura…..? Itu tempat Gusti Panembahan bermain kuda…..!” Jawab Mbok Giyah yang tahu karena Panembahan Senopati dan Raden Rangga sering mampir di warung itu.
“Yaa benar Mbok…..!” Sahut Ki Wuragil.
“Gusti Panembahan Senopati dan Raden Rangga sering mampir di warung ini juga kok…..!” Berkata Mbok Giyah.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…