Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(724)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Ki Wuragil segera menyahut; “Apakah Rangga anak nakal itu….?”
“Yaa…., anaknya memang tidak mau diam. Tetapi tidak pernah merugikan orang lain…..!” Bela Mbok Giyah untuk Raden Rangga.
“Anak yang tak tahu unggah ungguh….!” Gerutu Ki Wuragil.
“Namanya juga masih anak-anak, belum dewasa sepenuhnya…..!” Bela Mbok Giyah lagi.
Bahkan Mbok Giyah kemudian bercerita lagi.
“Kemarin Raden Rangga memanjat pohon kelapa yang tinggi itu dengan cepat sekali. Orang dewasa pun tak akan bisa seperti Raden Rangga. Karena kami kehabisan kelapa muda, ia memanjat sendiri dan memetik tiga butir. Ketika turun pun mengagumkan, dengan menenteng tiga butir degan ia meluncur cepat….!” Cerita Mbok Giyah.
Namun Ki Wuragil tidak suka dengan pujian yang ditujukan kepada Raden Rangga itu.
“Itu namanya anak yang tidak tahu unggah ungguh dan sopan santun….!”
“Ya sudahlah…..! Abaikan saja anak itu. Kita nikmati saja sate dan gulai ini….!” Sela Ki Wilamarta yang tidak ingin masalah anak-anak diperpanjang.
“Wedang jahe serenya juga mantap. Satenya juga empuk…..!” Lanjut Ki Wilamarta mengalihkan perbincangan tentang Raden Rangga.
“Besuk boleh mencoba tongsengnya Den……!” Tawaran Mbok Giyah.
Sementara itu, Panembahan Senopati sedang mencoba kuda baru yang baru saja didatangkan dari Banyumas. Kuda teji yang tinggi besar yang hampir sama dengan kuda dari Pati. Sudah lima kali putaran, namun kuda itu masih tampak tegar, tidak kelelahan. Sejenak Panembahan Senopati beristirahat sambil melihat-lihat kuda yang lain. Kuda-kuda yang dirawat dengan baik oleh dua orang pekatik.
“Setiap harinya setiap kuda diberi jamu telur madu empat gelas…..!” Berkata salah seorang pekatik.
“Baik juga juga rumputnya sesekali di campur dengan rajangan daun pepaya…..!” Saran Panembahan Senopati.
“Baik Kanjeng Panembahan, besuk akan kami coba…..!” Jawab salah seorang pekatik.
“Mataram harus memiliki kuda yang tegar dan bagus lebih dari empat puluh ekor. Nantinya untuk pasukan berkuda yang kuat…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Sekarang sudah ada delapan belas yang siap untuk dilatih. Sedangkan yang sudah jadi ada enam…..!” Berkata salah seorang pekatik.
“Besuk akan aku tambah teman untuk kalian agar tidak terlalu berat…..!” Berkata Panembahan Senopati.
“Terimakasih sekali, kami juga harus menambah kandang. Beruntungnya rumput melimpah di Lipura ini…..!” Berkata pekatik yang lain.
“Kotoran kudanya juga bisa untuk pupuk rerumputan…..!” Berkata pekatik yang lain.
“Sekarang kuda dari Banyumas itu akan aku coba loncat halang rintang….!”
Berkata Panembahan Senopati yang kemudian melepas kuda dari tambatan karena sudah cukup lama beristirahat.
“Apa mungkin di Banyumas juga sudah dilatih loncat halang rintang…..?” Bertanya salah seorang pekatik.
“Belum tahu, akan aku coba dulu…..!” Berkata Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati kemudian meloncat ke punggung kuda dengan entengnya. Kedua orang pekatik itu tidak heran lagi karena Panembahan Senopati sudah sering melakukannya. Sedangkan Raden Rangga yang belum dewasa pun mampu melakukannya.
Panembahan Senopati kemudian memacu kudanya keliling padang rumput sebelum kuda itu di coba untuk meloncat halang rintang. Latihan meloncat halang rintang itu perlu karena jika dalam perjalanan yang sesungguhnya juga banyak halangan dan rintangan. Tidak selamanya jalanan itu datar dan mulus. Lagi pula kuda itu akan terbiasa jika harus berkejaran di alam bebas.
Setelah satu putaran, Panembahan Senopati kemudian mengarahkan kudanya untuk meloncati galah bambu yang rendah. Dan ternyata kuda itu dengan mulus melaluinya. Galah bambu berikutnya sedikit lebih tinggi dan semakin tinggi.
Selagi Panembahan Senopati melatih loncat halang rintang yang baru beberapa loncatan, di tepi padang rumput telah datang dua orang yang masih duduk di punggung kuda.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…