Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(727) Edisi tepat dua tahun.
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Setelah duduk di pendapa tempat tinggal Ki Juru Martani, Panembahan Senopati menceritakan kedatangan utusan dari Pajang.
“Yaa…., aku sudah bertemu Adi Wuragil dan Adi Wilamarta di halaman pendapa. Akulah yang memberi tahu bahwa Angger Panembahan berada di Lipura. Dan kemudian mereka menyusul ke Lipura…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Ooo…., jadi sudah bertemu Uwa….? Tetapi kenapa Paman Wuragil datang- datang langsung marah-marah….?” Panembahan Senopati yang bertanya.
“Heeem….., aku kurang paham. Apa mungkin karena kudanya dinaiki oleh Cucu Rangga….?” Tebak Ki Juru Martani.
“Aah…., mengapa masih anak-anak dijadikan alasan….? Paman Wuragil sungguh-sungguh tak mencerminkan sebagai utusan seorang raja….!” Berkata Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati kemudian menceritakan kejadian yang terjadi di padang rumput Lipura.
“Hanya masalah tidak turun dari kuda dipermasalahkan. Di sana itu padang rumput, bukan di lingkungan keraton. Wajar saja jika berbincang di atas punggung kuda. Paman Wuragil menganggap Sutawijaya tidak menghargai utusan raja…..!” Berkata Panembahan Senopati kemudian.
“Aku tidak mengerti jalan pikiran Adi Wuragil…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Kemudian Paman Wilamarta yang menengahi. Tetapi sepertinya Paman Wuragil masih belum bisa menerima karena Sutawijaya tidak turun dari kuda. Kemudian Paman Wilamarta menyampaikan perintah dari Bapa Sultan, bahwa Sutawijaya diminta untuk menghadap ke Pajang….!” Berkata Panembahan Senopati.
“Bagaimana jawaban Angger Panembahan….?” Bertanya Ki Juru Martani.
“Bagaimana mungkin aku menuruti perintah dari Bapa Sultan jika cara menyampaikannya dengan marah-marah seperti Ki Wuragil itu….?” Berkata Panembahan Senopati mengulang kata-kata yang disampaikan kepada Ki Wilamarta dan Ki Wuragil.
“Selanjutnya…..?” Bertanya Ki Juru Martani.
Kemudian Panembahan Senopati mengatakan seperti yang dikatakan kepada kedua utusan dari Pajang itu.
“Jika pada saatnya aku menghadap tentu akan menghadap Bapa Sultan. Bukan karena pesan yang kalian sampaikan. Tetapi jika belum saatnya Sutawijaya menghadap, dipaksa pun tidak akan menghadap…..!”
Bahkan dikatakan pula bahwa Ki Wuragil sempat menantangnya untuk adu kesaktian, tetapi dicegah oleh Ki Wilamarta.
Panembahan Senopati kemudian juga mengatakan bahwa tanpa basa-basi kedua utusan itu langsung berbalik dan memacu kudanya meninggalkan padang rumput Lipura.
“Heeem….., sepertinya mereka tidak hanya kecewa tetapi benar-benar marah…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Benar Uwa…., mereka marah…..!” Jawab Panembahan Senopati.
“Angger Panembahan….., yang aku khawatirkan adalah laporan yang akan disampaikan oleh mereka berdua kepada Kanjeng Sultan. Orang yang kecewa dan marah pasti akan menyampaikan laporan yang dilebih-lebihkan dan membenarkan dirinya sendiri. Aku khawatir jika Kanjeng Sultan menerima begitu saja laporan dari mereka berdua. Laporan yang dibumbuhi agar Kanjeng Sultan marah…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Benar juga perkiraan dari Uwa Juru….! Namun demikian, Sutawijaya belum mungkin untuk menghadap Bapa Sultan dalam waktu dekat. Jika Mataram belum menjadi sebuah negeri yang reja lan karta raharja Sutawijaya belum akan menghadap Bapa Sultan…!”
Berkata Panembahan Senopati.
“Apakah Angger Panembahan tidak bisa menurunkan syarat itu…..?” Berkata Ki Juru Martani.
“Sutawijaya ingin membuktikan tantangan para senopati Pajang yang mengatakan bahwa Alas Mentaok tidak mungkin menjadi sebuah negeri…..!” Dalih Panembahan Senopati.
“Tetapi akibat kekecewaan dan kemarahan Adi Wuragil dan Adi Wilamarta bisa menjadi berkepanjangan…..!” Tanggapan dari Ki Juru Martani.
…………….
Bersambung……….
Terimakasih telah dengan setia mengikuti cerita Trah Prabu Brawijaya selama dua tahun tanpa henti.
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.