Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(730)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Ki Wuragil masih melanjutkan laporannya.
“Putra paduka bukannya meloncat turun dari kuda untuk menyambut kami sebagai utusan Baginda Sultan, tetapai tetap duduk di atas punggung kuda…..!” Lanjut laporan dari Ki Wuragil.
“Selanjutnya……?” Bertanya Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Kamilah yang menyapa terlebih dahulu dan kami sampaikan bahwa kami adalah utusan dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang…..!” Ki Wilamarta yang menjawab.
“Putra Paduka yang di Mataram bergelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama itu sama sekali tidak ramah menyambut kami. Berbincang di atas punggung kuda dan tidak menghargai kami sebagai utusan dari Kanjeng Sultan…..!” Sambung Ki Wuragil.
“Pada akhirnya, pesan Kanjeng Sultan kami sampaikan di pinggir padang rumput. Kami seperti tidak dianggap sama sekali. Kami tak lebih dari dua orang pengembara yang tersesat di padang rumput. Sungguh kami tidak mengira sama sekali kalau sikap putranda Raden Mas Danang Sutawijaya berubah sama sekali setelah tinggal di Alas Mentaok itu….!” Lanjut Ki Wilamarta.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya tidak menjawab, tetapi terlihat kalau Kanjeng Sultan menahan amarah.
Ki Wilamarta dan Ki Wuragil seperti di atas angin karena laporannya ditelan begitu saja oleh Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Yang membuat kami tidak bisa menerima adalah jawaban dari Raden Mas Danang Sutawijaya itu. Ia mengatakan bahwa perkara datang ke Pajang itu bukan urusan Ki Wilamarta dan Ki Wuragil. Jika aku mau sekarang pun bisa datang ke Pajang. Tetapi jika aku tidak mau, jangan kalian paksa…..!” Lanjut laporan dari Ki Wilamarta.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya masih belum menjawab. Ketika kemudian Ki Wuragil menambahkan.
“Hampir saja kami berkelahi jika tidak dicegah oleh Kakang Wilamarta…..!” Imbuh Ki Wuragil.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya masih belum menjawab. Terlihat sekali kalau kanjeng Sultan menahan amarah.
“Kemudian kami tinggalkan begitu saja padang rumput di Lipura tanpa pamit….!” Sambung Ki Wilamarta.
Kanjeng Sultan kemudian terlihat menarik nafas panjang dan kemudian katanya dengan singkat.
“Sudah cukup…..pergilah…..!”
Sebelum Ki Wilamarta dan Ki Wuragil pergi, Kanjeng Sultan Hadiwijaya telah meninggalkan mereka terlebih dahulu.
Ki Wilamarta dan Ki Wuragil kemudian juga meninggalkan pendapa keraton Pajang tersebut. Mereka tersenyum karena laporannya diterima oleh Kanjeng Sultan seperti yang diharapkan. Terlihat Kanjeng Sultan begitu marah.
“Kita tinggal menunggu perintah dari Kanjeng Sultan untuk menggempur Mataram. Jika itu terjadi, aku akan ikut dalam barisan pasukan Pajang. Aku ingin melihat kehancuran Mataram…..!” Berkata Ki Wuragil.
Baru saja mereka beranjak untuk meninggalkan pendapa, datang senopati telik sandi yang akan menghadap Kanjeng Sultan.
“Oooh…., Adi Senopati juga akan menghadap Kanjeng Sultan…..?” Bertanya Ki Wuragil.
“Benar Kakang…! Aku ingin menghadap Kanjeng Sultan…..!” Jawab Senopati Telik Sandi.
“Ya silahkan ditunggu, aku sudah cukup…..!” Berkata Ki Wilamarta.
Setelah seorang prajurit jaga melaporkan kepada Kanjeng Sultan Hadiwijaya adanya Senopati Telik sandi yang menghadap, Kanjeng Sultan berkenan menerima kehadirannya.
Masih dengan wajah muram Kanjeng Sultan menemui Senopati Telik Sandi tersebut.
Setelah saling berkabar keselamatan dan senopati itu menghaturkan sembah bakti, kemudian melaporkan.
Yang dilaporkan oleh Senopati Telik Sandi tersebut adalah, kabar yang bisa dipercaya bahwa para adipati di bang kulon telah dibujuk oleh Panembahan Senopati untuk tidak mengirim upeti ke Pajang.
“Heeem….., demikianlah yang terjadi, Senopati…..?” Bertanya Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
“Daulat Kanjeng Sultan, kami percaya kepada prajurit sandi yang kami tempatkan di kadipaten-kadipaten tersebut…..!” Berkata Senopati Telik Sandi tersebut.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.