Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#739

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(739)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.

Namun anak itu sudah tidak terlihat lagi. Berkerumun-lah banyak orang untuk menolong orang yang telah meninggal dan yang seorang kakinya patah. Ramai menjadi perbincangan bahwa seorang anak yang masih remaja telah membunuh seorang yang lebih dewasa dengan sekali hantam dan yang seorang patah kakinya sekali tendang. Dan mereka melihat anak remaja tersebut meloncat dengan ringannya ke atas punggung kuda. Dari perbincangan banyak orang tersebut kemudian diketahui bahwa anak remaja tersebut adalah Raden Rangga, putra dari Panembahan Senopati.
Tiga orang perwakilan dari kademangan Kalasan kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Mataram. Yang melaporkan dari kademangan Kalasan itupun jujur bahwa pada mulanya akan-anak muda itu yang menantang Raden Rangga.
Panembahan Senopati percaya akan laporan dari kademangan Kalasan tersebut.
“Kami mohon maaf, kami akan bertanggungjawab. Besuk akan kami utus perwakilan dari Mataram ke rumah duka…..!” Berkata Panembahan Senopati. Walau sesungguhnya tidak sepenuhnya Raden Rangga yang bersalah.

Sampai petang hari itu Raden Rangga belum pulang. Sudah dua kali Raden Rangga membuat orang sampai meninggal. Dan kini ada yang terluka parah. Belum lagi banyak keisengan dan keusilan Raden Rangga yang sering merugikan banyak orang.
Sebelumnya Ki Juru Martani telah mengingatkan agar Raden Rangga menjaga diri. Karena perbuatan itu tidak menguntungkan bagi Mataram secara keseluruhan.
Ketika dinasehati, Raden Rangga bisa mengerti, namun sifat usil dan isengnya amat sulit dikendalikan. Raden Rangga sendiri tidak sepenuhnya menyadari bahwa ia memiliki banyak kelebihan dibanding anak sebayanya, bahkan orang yang jauh lebih dewasa. Seperti halnya ketika ia memukul seseorang, Raden Rangga sendiri menganggap bahwa pukulan itu hanyalah pukulan ringan. Tetapi akibat dari yang dipukul bisa jauh lebih parah.
Raden Rangga bagai buah yang matang tetapi belum saatnya. Secara badani ia memiliki kelebihan yang jauh lebih besar dari orang kebanyakan. Namun belum diimbangi secara jiwani dan nalar. Akibatnya adalah kejadian-kejadian yang sudah sering terjadi.
Petang hari itu Raden Rangga belum pulang, mungkin ia takut akan dimarahi oleh emangnya, Ki Juru Martani atau oleh sang ayah, Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati sendiri menyadari siapakah sesungguhnya Raden Rangga itu. Dia memang anak yang tidak sewajarnya.

Sejak sore sampai petang hari itu, Raden Rangga memang tidak berani pulang.
Ia memilih memacu kudanya ke Lipura. Ia bisa bercerita banyak kepada para pekatik di padang rumput Lipura tersebut. Ia pun bercerita tentang peristiwa yang baru saja terjadi di Kalasan. Bahwa ia telah membuat seseorang meninggal dunia dan yang seorang terluka parah.
“Tetapi sebaiknya Raden tetap pulang. Kanjeng Panembahan dan Ki Juru Martani pasti menunggu kepulangan Raden…..!” Saran dari salah seorang pekatik.
Raden Rangga hanya diam tak menjawab.
“Apakah Ki Juru Martani dan Kanjeng Panembahan sudah tahu kejadian di Kalasan tersebut…..?” Bertanya pekatik yang lain.
“Aku tidak tahu….!” Jawab Raden Rangga singkat.
Salah seorang dari pekatik itu kemudian berbisik bahwa ia akan ke Mataram untuk mengabarkan kepada Kanjeng Panembahan Senopati. Namun hal itu tidak sepengetahuan Raden Rangga.
“Ya sudah, jika Raden memang ingin beristirahat di sini, beristirahat-lah…..!” Saran dari salah seorang pekatik.
“Besuk pagi aku antar pulang, aku yang akan matur – mengatakan kepada Kanjeng Panembahan….!” Berkata pekatik itu.
Raden Rangga tetap diam. Namun tidak menolak tawaran dari pekatik itu.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *