Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(741)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Rangga semakin bersemangat ketika para pengawal Mataram yang akan berlatih sudah berdatangan. Mereka menyaksikan bagaimana Raden Rangga bermain kuda dengan mahir. Kuda yang dinaiki Raden Rangga tanpa gagal sekalipun dalam meloncati halang rintang di padang rumput Lipura itu. Mereka semua kagum akan ketrampilan anak yang masih remaja tersebut. Mereka yang sudah beberapa kali berlatih pun akan sangat sulit bisa meniru seperti Raden Rangga itu. Para pekatik yang juga sebagai pelatih itu juga kagum kepada Raden Rangga.
“Heeeem…., anak itu sungguh memiliki banyak kelebihan, bahkan jika dibandingkan dengan orang dewasa sekalipun. Namun sayangnya, ia banyak membuat masalah pula….!” Bisik salah seorang pekatik kepada kawannya.
“Yaa benar…., kita yang sebagai pelatih pun sulit untuk bisa seperti Raden Rangga itu…!” Sahut kawannya.
“Konon Kanjeng Sultan Pajang dan juga Kanjeng Panembahan Senopati juga sudah memiliki banyak kelebihan ketika masih remaja. Namun semua itu juga karena ketekunan berguru dan berlatih. Sedangkan untuk Raden Rangga itu tanpa berlatih ia sudah terampil. Seakan itu sudah bawaan sejak lahir….!” Sambung pekatik yang pertama.
“Yaaa…., bukan hanya bermain kuda, tetapi juga dalam banyak hal ia memiliki banyak kelebihan….!” Sahut kawannya.
“Namun sayangnya, ia belum mampu mengendalikan dirinya sendiri….!” Berkata pekatik yang pertama.
Mereka yang menyaksikan kembali terkagum-kagum ketika melihat Raden Rangga berdiri di atas panggung kuda sambil memacu kudanya mengelilingi padang rumput Lipura.
Mereka yang akan berlatih itu tidak bisa membayangkan bagaimana anak yang masih remaja itu bisa melakukan hal itu. Namun hal itu mereka saksikan dengan mata kepala sendiri.
Ki Juru Martani dan Panembahan Senopati pun kagum melihat keterampilan anak itu. Ki Juru Martani dan Panembahan Senopati telah beberapa saat melihat dari ujung yang agak jauh dari tempat Raden Rangga memacu kudanya.
“Ia seperti sama sekali tidak merasa bahwa baru kemarin ia telah membuat seseorang meninggal dan yang seorang terluka parah….!” Bisik Panembahan Senopati.
“Bagaimana pun juga ia masih tergolong anak-anak, kelebihan jasmani-nya belum diimbangi oleh kematangan jiwa dan nalar budinya….!” Sahut Ki Juru Martani.
Panembahan Senopati hanya mengangguk-angguk namun tidak menjawab. Kata-kata Ki Juru Martani memang benar adanya.
“Uwa…., biarlah nanti Rangga kembali bersama Uwa. Saya ingin ikut melatih para pengawal Mataram agar kita memiliki pasukan berkuda yang kuat…!” Berkata Panembahan Senopati.
“Yaa…., baiklah. Pasukan berkuda memang sangat diperlukan dalam sebuah pertempuran. Apalagi jumlah pengawal Mataram tidaklah banyak….!” Jawab Ki Juru Martani.
“Beruntung kita memiliki kuda-kuda yang bagus…..!” Berkata Panembahan Senopati.
Kedua petinggi Mataram itu terkejut ketika Raden Rangga justru memacu kudanya ke arah mereka berada. Rupanya Raden Rangga telah melihat kehadiran ayah dan eyangnya itu.
Panembahan Senopati semula ingin marah kepada putranya itu. Karena ia telah membuat seseorang meninggal dan yang seorang terluka parah. Bahkan ketika malam tadi ia tidak pulang, ia merasa tidak bersalah pula.
Namun karena Raden Rangga yang seakan tanpa beban dan bahkan tertawa lebar menyambutnya, Panembahan Senopati urung memarahinya.
“Uwa….! Itulah kelakuan Rangga….!” Bisik Panembahan Senopati.
“Kitalah yang harus bersabar, Angger Panembahan…..!” Sahut Ki Juru Martani.
“Eyang….., Bapa….., Rangga senang tadi malam tidur dekat kandang kuda….!” Berkata Raden Rangga setelah menghampiri mereka.
“Kami mencari dan menunggu kau pulang, Ngger….!” Berkata Ki Juru Martani.
“Rangga senang di sini, Eyang…..!” Jawab Raden Rangga yang tanpa beban apapun.
“Boleh…., tetapi hari ini kau harus pulang….!” Berkata Ki Juru Martani.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.