Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(760)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Ketika ujung barisan itu sudah menjelang ke luar kota, ekor pasukan baru saja keluar dari alun-alun.
Di luar kota pun kawula Pajang masih berjubel memadati kiri kanan jalan. Tetabuhan yang riuh rendah menarik siapapun yang mendengarnya. Ada pula bregada prajurit yang bernyanyi-nyanyi sepanjang jalan. Ada juga yang menari-nari kocak menghibur siapapun yang melihatnya.
Bahkan orang-orang di pasar juga berlarian untuk menyaksikan arak-arakan pasukan. Hampir semua takjub melihat pasukan yang sedemikian besar. Yang kecewa adalah para pedagang yang tidak bisa meninggalkan dagangannya.
Arak-arakan pasukan itu segera tersebar luas. Yang mendengar segera berlarian ke jalan untuk menyaksikan pasukan yang besar itu. Bahkan para petani di sawah rela meninggalkan pekerjaannya demi bisa menyaksikan peristiwa yang belum pernah mereka lihat.
Hampir semua orang yang telah mendengar bahwa pasukan itu akan menyerbu Mataram menyalahkan Danang Sutawijaya yang tidak patuh kepada rajanya, orang tua angkatnya dan juga sebagai gurunya.
“Danang Sutawijaya yang tak tahu diri itu memang pantas dihukum….!” Celetuk seorang penonton yang sok tahu permasalahannya.
“Negeri kecil yang baru tumbuh itu akan digilas oleh pasukan yang besar ini….!” Sahut yang lain.
“Pajang harus menjaga kewibawaan negeri dan penguasanya….!” Timpal yang lain.
Mereka mengelu-elukan sang raja, Kanjeng Sultan Hadiwijaya yang naik gajah dengan gagahnya. Baru kali ini mereka melihat gajah. Apalagi gajah yang dinaiki oleh seorang raja. Mereka pun kagum dengan perhiasan yang dikenakan oleh gajah yang serba indah itu. Kuda-kuda yang mengiringi pun kuda yang teji dan tinggi besar. Kuda-kuda itu pun juga berhias.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya menyambut kawula yang mengelu-elukan itu dengan senyuman yang tipis.
Pasukan besar itu terus mengular walau dengan lambat. Lambat karena berjubelnya kawula yang menyaksikan di sepanjang jalan yang dilewati.
Kawula yang menyaksikan pun senang dan bangga kepada para prajuritnya. Demikian pula para prajurit senang dan bangga karena disaksikan oleh banyak orang. Dengan demikian, mereka tidak cepat merasa lelah.
Setelah di luar kota, banyak pula kawula yang menyediakan aneka penganan dan buah-buahan bagi para prajurit. Juga banyak yang menyediakan air minum di sepanjang jalan yang dilalui.
Para prajurit dari bang wetan sangat kagum dengan penyambutan kawula di sepanjang perjalanan. Sambutan yang tidak mereka dapatkan ketika mereka berangkat dari kadipaten masing-masing.
Dari berjubelnya kawula Panjang itu, pasti ada prajurit sandi dari Mataram.
Sementara itu, barak pasukan yang dipersiapkan di seberang kali Wedi telah siap sepenuhnya. Belasan ribu prajurit bisa di tampung di dataran yang berpasir namun juga berumput hijau.
Dari tempat itu, gunung Merapi terlihat jelas. Terlihat gagah dengan kepulan asap putih yang memanjang sampai jauh.
Mereka tak luput dari pengawasan para prajurit sandi dari Mataram. Di antara mereka ada Ki Sura Patil yang ikut mengawasi padang rumput berpasir di tepi kali Wedi itu.
“Semoga rencana kami berhasil…..!” Batin Ki Sura Patil kepada dirinya sendiri.
“Sepertinya tidak mungkin akan menghadapi pasukan yang belasan ribu yang akan datang itu….!” Batin Ki Sura Patil lagi.
“Jika berhasil, sungguh cerdik Ki Juru Martani itu…..!” Lamunan Ki Sura Patil.
Sementara itu, khabar keberangkatan pasukan Pajang telah didengar oleh para petinggi Mataram. Beruntungnya, para pengawal Mataram telah menempati barak di Randu Gunting. Mereka pun segera berembug untuk menyiasati keadaan. Mereka mematangkan rencana yang pernah mereka perbincangkan.
Raden Gagak Baning bisa menyiapkan para prajurit panah terlebih dahulu. Bahkan para prajurit telah bisa mengetahui besoknya harus di mana dan bagaimana harus bertindak.
“Nanti kalian aku ajak ke tempat yang akan kita pergunakan. Kapan dan bagaimana harus menyerang, dan kapan dan bagaimana harus bertahan dan jika perlu harus menyelamatkan diri…..!” Berkata Raden Gagak Baning kepada pasukan panah.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
di cerita dengan judul yang lain, orang bercambuk dan kedua muridnya memihak Mataram dalam menghadapi pasukan Pajang, dalam pertempuran orang bercambuk menghadapi pendekar tokoh2 tua dari pelarian Majapahit. dan kedua muridnya menghadapi prajurit yg pertempuran tanpa gelar perang.
disini kok ketiganya tidak terlibat sama sekali