Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(770)
Mataram.
Para pengikut Ki Ageng Giring itu juga sudah bersiap jika ada prajurit Pajang yang lari ke arah selatan. Mereka bukanlah petani biasa dari sekitar Kembanglampir tetapi juga memiliki bekal ilmu kanuragan.
Dalam pada itu warga sekitar Prambanan yang mengungsi pun mendengar hiruk pikuk dan sorak sorai pasukan Pajang. Mereka pun berdebar-debar membayangkan tamatnya riwayat Mataram yang baru tumbuh itu.
Pagi masih gelap, namun hiruk pikuk dan sorak sorai serta bunyi terompet dan genderang perang telah mendekati Prambanan. Pagi terasa lebih gelap karena mendung tebal menggelayut di langit. Hari-hari yang biasanya tidak turun hujan karena sudah memasuki musim kemarau, namun kali ini sepertinya hujan akan turun. Namun para prajurit itu tidak memperdulikan mendung yang semakin menghitam. Namun demikian belum ada titik hujan yang jatuh. Dan saat itu gunung Merapi sama sekali tidak tampak. Dan seandainya saat itu gunung Merapi sedang memuntahkan lahar pun tak akan tampak pula.
Dalam pada itu, Kanjeng Sultan Hadiwijaya semakin bewajah muram. Alam sepertinya tidak bersahabat. Terlebih ketika sayup-sayup Kanjeng Sultan yang tajam pendengarannya itu kembali mendengar gemerincing klinting kuda kereta melaju ke arah utara. Sedangkan para prajurit Pajang tidak ada yang mendengarnya karena kalah dengan suara hiruk-pikuk sorak sorai dan lengkingan terompet dan aneka tetabuhan.
“Heeem….., pertanda apakah semua ini….?” Batin Kanjeng Sultan kepada dirinya sendiri.
Namun demikian, Kanjeng Sultan tetap di atas punggung gajah yang berada di bagian belakang barisan pasukan Pajang yang mengular sangat panjang.
Bagi mereka yang tidak jauh dari keberadaan Kanjeng Sultan, mereka akan melihat bahwa Kanjeng Sultan tampak berwajah muram dan murung. Bahkan Kanjeng Sultan tampak pucat. Sedangkan gajah tunggangannya tampak gagah dan berjalan tegap. Gajah yang dirias dengan aneka perhiasan tampak indah.
Ujung pasukan kini telah sampai di tepi kali Opak. Ki Wirakerti kemudian membagi ujung pasukan itu bregada per bregada. Sebagian berbelok ke kiri dan sebagian berbelok ke kanan ke arah utara di sebelah barat candi Prambanan yang sebagian telah runtuh itu. Yang ke kiri maupun yang ke kanan kemudian disambung bregada prajurit berikutnya sehingga tidak terputus. Namun sorak sorai dan aneka tetabuhan telah terhenti.
Mereka nanti akan menyeberang hampir bersamaan di sepanjang kali Opak. Dengan cara itu akan mengurangi kemungkinan di cepat oleh pasukan Mataram.
Mereka akan menunggu aba-aba untuk serentak menyeberang. Kebetulan sekali aliran air kali Opak kecil, lebih kecil dari hari-hari sebelumnya.
Kali Opak yang berbatu-batu itu jika kemarau memang aliran airnya kecil, tetapi jika musim penghujan bisa menghanyutkan apa pun. Karena kali Opak itu menjadi muara bagi sungai-sungai kecil di lereng gunung Merapi di arah tenggara. Sedangkan hulu sungai Opak itu dari puncak gunung Merapi.
Di gelapnya pagi itu tidak terlihat gerak pasukan di seberang sungai.
Sementara itu, pasukan Mataram memang menerapkan gelar perang ‘baris pendem’ – para prajurit tidak menampakkan diri tetapi bersiaga sepenuhnya. Para petinggi dan para senopati Mataram mendampingi para prajurit di setiap titik di sepanjang sungai Opak itu di sisi barat.
Pasukan panah dan pasukan lembing berada di paling depan. Mereka telah siap membidik lawan yang telah berhasil menyeberangi kali Opak. Namun demikian mereka tetap menunggu aba-aba dari para senopati yang mendampingi, kapan mereka harus bertindak.
Sementara itu, Ki Singa Dangsa dan Ki Sura Patil serta para pengikutnya berdebar-debar menunggu aba-aba dari bawah. Mereka sudah tidak mendengar lagi sorak sorai dan suara aneka tetabuhan. Mereka justru mendengar gemuruh dari puncak gunung Merapi. Namun demikian, puncak Merapi sama sekali tidak tampak. Sedangkan di ufuk timur terlihat samar semburat matahari.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…