Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(771)
Mataram.
Namun tiba-tiba mereka yang berada di Kali Bulus dan di hulu kali Wedi mendengar suara kentongan seperti yang telah di sepakati. Seperti yang telah disepakati pula, yang berada di hulu kali Wedi yang bertindak terlebih dahulu. Mereka segera memutus tali-tali pengikat patok-patok kayu bendungan. Bendungan di hulu kali Wedi yang mereka buat pun ambrol dan air tumpah dengan sangat deras. Aliran air deras itu akan menerjang sepanjang kali Wedi.
Mereka kemudian berlarian ke Kali Bulus. Demikian pula di Kali Bulus tali-tali pengikat patok kayu yang mereka buat pun segera dibabat putus. Air bendungan pun menggelontor dengan sangat deras. Sungai di Kali Bulus itu akan bermuara ke Kali Opak.
Hampir bersamaan dengan ambrolnya dua bendungan, mereka yang berlarian merasakan hujan abu.
“Udan awuuu….., udan awuu…., udan awuuu…..!” Mereka berteriak-teriak sambil berlari ke arah selatan.
Dan mereka juga mendengar gelegar bebatuan runtuh dari arah gunung Merapi.
Sementara itu, pasukan cadangan dari pasukan gabungan Pajang masih berada di barak-barak di perkemahan di tepi kali Wedi. Sementara para juru masak pun sudah mulai sibuk untuk persiapan makan siang.
Namun kemudian ada beberapa prajurit yang berada di luar barak berteriak kencang.
“Heee…., udan awu…., udan awuuu….!” Bersahut-sahutan.
Mereka kemudian berlarian masuk ke dalam barak agar tidak terkena hujan abu.
Namun yang tidak diduga oleh semua orang, sesaat kemudian terdengar suara bergemuruh. Mereka tidak tahu suara apa yang bergemuruh itu.
Ketika mereka belum menyadari apa yang terjadi, banjir bandang menerjang barak-barak perkemahan di kali Wedi.
Mereka yang masih sempat berlari, kemudian berlarian sambil berteriak-teriak.
“Banjiiir….., banjiir….., banjiiir….!” Yang lain pun berlarian mencoba menyelamatkan diri. Namun lebih banyak mereka yang terlambat. Banjir bandang pun menerjang mereka. Pagi yang masih suram itu bertambah gelap karena juga hujan abu. Terjadi kalang kabut lari tunggang langgang di perkemahan itu, jeritan dan teriakan bercampur baur dengan erang kesakitan.
Para wanita juru masak banyak yang tidak sempat menyelamatkan diri, bahkan mengaduh pun tidak sempat. Apalagi barak dapur umum itu berada di ujung paling utara. Tempat pertama kali diterjang banjir bandang.
Demikian pula segala perlengkapan dapur dan bahan makanan tidak ada yang sempat diselamatkan. Semua diterjang banjir, banjir di musim kemarau. Bahkan tidak sedikit para prajurit yang tidak sempat menyelamatkan diri. Banjir air yang yang sangat deras disertai balok-balok kayu serta batang pisang.
Barak-barak yang terbuat dari bambu dan pelepah daun kelapa itu pun tersapu oleh air bah. Bahkan pondok-pondok para petinggi pasukan Pajang pun ikut diterjang banjir bandang. Hanya beberapa pondok dan barak yang berada sedikit lebih tinggi saja yang masih berdiri.
Mereka yang masih selamat segera berlarian menyusul pasukan yang sedang menuju medan laga.
Para prajurit Pajang yang masih berada di jalan sebelum sampai di candi Prambanan pun merasakan hujan abu. Namun mereka masih bertahan karena merasa tidak terlalu terganggu.
“Udan awu….., udan awu….., udan awuuu….!” Seru mereka sambil menengadahkan tangan untuk meyakinkannya.
“Ooh….., tidak terlalu tebal……!” Berkata yang lain.
Mereka pun terus melangkah untuk bergabung dengan para prajurit yang mungkin sudah berhasil menyeberang.
Lain halnya dengan Kanjeng Sultan Hadiwijaya yang tajam pendengarannya. Ia telah mendengar jeritan dan teriakan dari barak perkemahan di tepi kali Wedi. Tetapi ia belum tahu apa yang terjadi di sana.
Kanjeng Sultan Hadiwijaya bimbang, akan meneruskan ke tepi kali Opak atau kembali ke barak perkemahan di tepi kali Wedi. Namun sayup-sayup Kanjeng Sultan juga mendengar teriakan; “banjiir…., banjiir……, banjiir…..!”
“Bencana apa yang terjadi…..?” Batin Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Namun Kanjeng Sultan Hadiwijaya terkejut ketika beberapa prajurit datang dengan terengah-engah.
“Banjir bandang Gusti….., banjir bandang menerjang barak dan pondok perkemahan…..!” Lapor prajurit yang terengah-engah itu tanpa berbasa-basi.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…