Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(781)
Mataram.
Para bekel atau demang beserta para perangkatnya itu dengan tergesa-gesa menyiapkan segala sesuatunya. Para prajurit itu juga berpesan bahwa kehadiran Kanjeng Sultan Hadiwijaya beserta para pengawalnya itu tidak perlu disebarluaskan. Dan juga tidak perlu ada penyambutan apapun. Mereka hanya akan singgah barang sejenak untuk makan dan minum sekedarnya. Demikian juga untuk memberi kesempatan kepada gajah dan kuda-kuda untuk beristirahat serta makan dan minum pula.
Para bekel dan para demang beserta para perangkatnya itu melaksanakan penerimaan Kanjeng Sultan Hadiwijaya beserta para pengawalnya itu sesuai pesan para prajurit. Mereka telah mendengar bahwa pasukan gabungan yang sangat besar telah pergi untuk menyerbu Mataram. Namun mereka belum mendengar bahwa pasukan Pajang gagal menaklukkan Mataram. Dan sekarang tiba-tiba Kanjeng Sultan Hadiwijaya beserta para pengawalnya singgah di kademangan mereka.
Dalam pada itu, perjalanan Panembahan Senopati beserta para pengiringnya lancar tanpa halangan. Dalam perjalanan, seperti ketika mereka pergi, tidak pernah bertemu dengan sekelompok prajurit Pajang yang melarikan diri. Mereka yakin bahwa hampir semua prajurit Pajang yang melarikan diri itu ke arah timur untuk langsung menuju Pajang.
Matahari telah jauh condong ke barat. Panembahan Senopati beserta para pengiringnya terkejut ketika sampai di kali Wedi. Prajurit Mataram bersama para pengikut Ki Singa Dangda dan Ki Sura Patil masih menyusur kali Wedi yang sudah tidak banjir lagi.
Panembahan Senopati beserta para pengiringnya kemudian ikut bergabung bersama mereka. Yang tidak mereka duga, mereka menemukan banyak sekali jasad para prajurit Pajang yang tersangkut bebatuan dan akar-akar pohon. Mereka merawat dan melakukan penguburan jasad-jasad itu dengan layak dan pantas sebagai jasad seorang manusia. Bukan sebagai musuh dalam peperangan. Tentu saja mereka tidak bersenda gurau walau yang meninggal adalah musuh yang bermaksud menyerbu Mataram.
Dalam setiap lobang bisa terkubur puluhan jasad prajurit Pajang dan juga para wanita yang mungkin sekali mereka adalah para juru masak. Dan telah lebih dari seratusan lobang yang digali dan kemudian diurug kembali. Tentu saja lobang galian tersebut tidak sedalam seperti pada pekuburan pada umumnya. Di tanah berpasir itu, mereka tidak mengalami kesulitan dalam menggali.
“Aku tidak mengira jika akibatnya dahyat seperti ini, Adi…..!” Berkata Ki Singa Dangsa kepada Ki Sura Patil.
“Ya benar Kakang….!” Tetapi jika tidak dengan cara ini, mungkin peperangan masih berlangsung. Dan mungkin sekali kitalah yang berkalang tanah dan kita tidak ada yang mengubur seperti ini…..!” Jawab Ki Sura Patil.
“Tak kalah dahsyatnya yang terjadi di kali Opak. Namun hampir pasti tidak ada jasad yang tersangkut di bebatuan dan akar-akar pohon. Jasad-jasad itu telah bablas sampai laut kidul…..!” Lanjut Ki Singa Dangsa.
“Yaa…., bendungan yang kita buat memang lebih besar yang di kali Bulus. Yang di kali Wedi ini sesungguhnya susulan setelah tahu bahwa pasukan Pajang akan berkemah di tempat ini…..!” Berkata Ki Sura Patil.
“Semula aku heran dan kurang greget untuk bekerja kasar membuat bendungan yang tidak jelas maksudnya itu. Namun setelah tahu akibatnya yang dahsyat ini aku baru menyadari betapa cerdiknya Panembahan Senopati dan Ki Juru Martani itu…..!” Lanjut Ki Singa Dangsa.
Panembahan Senopati sesungguhnya prihatin juga dengan akibat bencana yang memang sudah dirancang itu. Namun jika tidak demikian, akibat lebih parah akan diderita oleh pasukan Mataram. Bahkan mungkin saja sejarah Mataram akan mandek sampai di sini.
“Ternyata yang tertimbun pasir lebih banyak, Kanjeng Panembahan…..!” Berkata Ki Demang Karanglo yang berada tak jauh dari Panembahan Senopati.
“Ooh Paman Demang……, itulah yang terjadi, Paman…..!” Jawab Panembahan Senopati.
Bersambung……….
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…