Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(788)
Mataram.
Pangeran Benawa gelisah, namun tidak bisa memacu kudanya lebih cepat lagi. Jalanan sudah mulai ramai, tidak mungkin untuk memacu kuda. Jika yang mengabarkan mangkatnya Kanjeng Sultan tadi sudah sampai di Sangkalputung, kemungkinan sekali mangkatnya sudah beberapa waktu yang lalu. Namun tidak mungkin pada hari ini Kanjeng Sultan akan langsung dimakamkan. Paling tidak besuk atau lusa untuk memberi kesempatan kepada para adipati, para demang dan para kerabat yang akan memberi penghormatan.
“Gusti Pangeran Benawa…..!” Tiba-tiba ada yang memanggil Pangeran Benawa.
“Oooh….., kalian prajurit…..!” Sahut Pangeran Benawa setelah mengenali dua orang penunggang kuda yang berpapasan.
Dua orang penunggang kuda tersebut kemudian melocat turun dengan hormat.
Pangeran Benawa pun meloncat turun pula.
“Maaf Gusti Pangeran….., kami apa perlunya saja. Apakah Gusti Pangeran telah mengetahui tentang Kanjeng Sultan….?” Bertanya salah seorang prajurit.
“Aku sudah mendengar bahwa Rama Sultan telah mangkat…..!” Jawab Pangeran Benawa.
“Demikianlah adanya Pangeran. Pangeran sangat diharapkan kehadirannya. Banyak yang mengira bahwa Pangeran pergi jauh…..!” Lanjut prajurit itu.
“Yaaa…., aku memang pergi jauh, tetapi ini dalam perjalanan kembali. Sekarang kalian akan pergi ke mana……?” Pangeran Benawa balik bertanya.
“Kami akan mengabarkan mangkatnya Kanjeng Sultan ke Kademangan Sangkalputung dan ke barak prajurit di Jatinom….!” Jawab prajurit itu.
“Ya sudah….., semoga semuanya lancar…..!” Berkata Pangeran Benawa.
Mereka kemudian berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing.
Para prajurit memang disebar ke kadipaten-kadipaten dan kademangan- kademangan untuk mengabarkan mangkatnya Kanjeng Sultan Hadiwijaya.
Sementara itu, dua orang prajurit sandi Mataram juga sedang memacu kuda-kuda mereka untuk segera sampai di Mataram. Tak ada hambatan dalam perjalanan.
Dalam pada itu, Pangeran Benawa telah sampai di batas kotaraja Pajang. Merinding juga bulu kuduk Pangeran Benawa karena terharu. Di sepanjang tepi jalan banyak terpasang bendera putih tanda berkabung atas mangkatnya sang raja. Itu adalah bentuk penghormatan kepada sang raja yang mangkat.
Pangeran Benawa memperlambat kudanya karena banyak kawula yang mengenalinya dan memberi hormat kepadanya. Dengan wajah muram Pangeran Benawa menyambutnya. Demikian pula para kawula berwajah muram pula.
Sampai di depan gerbang keraton Pangeran Benawa tertegun karena banyaknya para nayaka praja yang menyiapkan segala sesuatunya untuk tata upacara penghormatan jasad sang raja.
Beberapa kerabat telah menyambut kedatangan Pangeran Benawa. Mereka tahu bahwa Pangeran Benawa adalah putra kesayangan dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya setelah Raden Mas Danang Sutawijaya meninggalkan Pajang. Para kerabat juga tahu bahwa waris takhta kerajaan yang paling dekat adalah Pangeran Benawa. Namun selama ini Pangeran Benawa belum dekat dengan pemerintahan. Ia masih lebih sering mengembara untuk menuntut berbagai ilmu.
Dalam pada itu, Pangeran Pangiri sebagai menantu Kanjeng Sultan usianya lebih tua dari Pangeran Benawa. Dan ia telah lebih dekat dengan pemerintahan dan para petinggi keraton Pajang. Sejak Kanjeng Sultan Hadiwijaya sakitnya semakin parah, ia telah kasak-kusuk mendekati para petinggi keraton Pajang. Ia meyakinkan para petinggi itu bahwa ialah yang paling pantas untuk mewarisi tahta keraton Pajang. Dengan janji-janji kenaikan pangkat bagi para pendukungnya, Pangeran Pangiri berhasil mendekati mereka.
Pada hari mangkatnya Kanjeng Sultan itu pula, Pangeran Pangiri semakin sibuk mendekati para petinggi negeri.
“Jika demikian, lebih baik secepatnya dikukuhkan saja Pangeran. Mungkin sehari dua hari setelah pemakaman Kanjeng Sultan…..!” Bujuk salah seorang senopati.
“Baiklah…..! Nanti kita persiapkan….!” Jawab Pangeran Pangiri meyakinkan.
…………..
Bersambung……….
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram