Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(820)
Mataram.
Para prajurit dari pasukan di barak Jatinom juga heran dengan keberanian Panembahan Senopati melawan Sultan Pangiri tanpa senjata. Bagaimana pun yang memegang senjata tentu lebih diuntungkan. Namun mereka juga heran sudah beberapa saat, tebasan pedang dari Sultan Pangiri tak ada satupun yang mengenai sasaran. Panembahan Senopati dengan entengnya selalu menghindar.
Namun dua orang murid orang bercambuk tetap tenang. Mereka tahu bahwa Panembahan Senopati belum mengerahkan kemampuannya. Bahkan sepertinya Panembahan Senopati itu sedang bermain-main saja. Karena keduanya pernah berlatih bersama Panembahan Senopati dalam suatu kesempatan. Murid orang bercambuk yang tambun, menganggap perkelahian itu sebagai hiburan yang menyenangkan.
Demikian pula Pangeran Benawa masih tampak tenang. Ia tahu banyak kemampuan kedua orang yang sedang bertempur itu. Sultan Pangiri adalah adik iparnya, sedangkan Panembahan Senopati adalah kakak angkatnya. Jika dalam keadaan biasa, keduanya adalah saudara dekat. Namun karena tahta dan kekuasaan yang memisahkannya.
Namun demikian, Pangeran Benawa tetap memperhatikan perkelahian itu dengan sungguh-sungguh.
Senopati Wirasekti di samping Pangeran Benawa memperhatikan pula perkelahian satu melawan satu di tengah alun-alun itu. Ia bisa melihat bahwa Sultan Pangiri telah mengerahkan kemampuannya untuk bisa melukai Panembahan Senopati. Namun sampai saat itu belum berhasil. Sebaliknya, ia juga bisa melihat bahwa Panembahan Senopati dengan tenang menghindari setiap sabetan pedang Sultan Pangiri. Dan ia pun bisa melihat bahwa Panembahan Senopati belum mengerahkan kemampuannya. Dan bahkan sekalipun Panembahan Senopati belum melakukan serangan balasan.
Para prajurit di pihak Sultan Pangiri menganggap bahwa Panembahan Senopati hanya bisa menghindar dan menghindar tak mendapat kesempatan untuk melakukan serangan balasan. Mereka menganggap bahwa hanya menunggu waktu saja salah satu serangan Sultan Pangiri akan mengakhiri perlawanannya. Bahkan mereka berbesar hati ketika menyaksikan Sultan Pangiri menyerang bagai badai melibas Panembahan Senopati. Serangan Sultan Pangiri itu terlihat sangat cepat. Namun dengan gesit pula Panembahan Senopati selalu bisa berkelit.
Panembahan Senopati mulai berpikir, ia tidak ingin hanya selalu menjadi sasaran. Ia harus segera mengambil sikap agar pertentangan segera selesai.
Tiba-tiba semua orang yang menyaksikan tercengang. Sebuah pedang melayang lepas dari tangan Sultan Pangiri. Yang lebih mencengangkan adalah bahwa tiba-tiba saja Sultan Pangiri telah terjengkang ke belakang. Dan pedang yang melayang itu telah ditangkap oleh Panembahan Senopati.
Mereka sempat menyaksikan, bagaimana Panembahan menendang tangan Sultan Pangiri yang memegang pedang sehingga pedang itu lepas dan melayang. Dan sekejap kemudian, sebuah tendangan menghantam ulu hati Sultan Pangiri.
Sultan Pangiri pun tak segera bisa bangkit karena pasti menahan sakit yang amat sangat.
Tiba-tiba pula Senopati Wirasekti di samping Pangeran Benawa berseru dengan lantang; “Seluruh pasukan jangan bergerak…..! Ini adalah urusan keluarga keraton…..!”
Pasukan yang setia kepada Sultan Pangiri yang sebelumnya akan ada yang bergerak, kemudian berhenti pula. Demikian pula pasukan lainnya. Mereka berpikir ulang untuk menyerbu pasukan yang berada di sisi selatan. Karena dalam pasukan sisi selatan itu telah bergabung beberapa kesatuan pasukan yang tangguh. Pasukan-pasukan itu ialah; pasukan berkuda dari Mataram, pasukan dari barak Jatinom yang tangguh, pasukan pengawal raja yang dipimpin oleh Senopati Wirasekti dan tentu saja pasukan yang setia kepada Pangeran Benawa.
Panembahan Senopati kemudian justru menancapkan pedang milik Sultan Pangiri itu di tengah alun-alun. Ia kemudian selangkah demi selangkah mendekati Sultan Pangiri yang masih mengerang kesakitan.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.