Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#839

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(839)
Mataram.

Panembahan Senopati memang telah memikirkan untuk menyusul ke Madiun dengan kekuatan yang lebih besar. Namun jika menyusul sekarang, tentu tidak akan bisa bergabung dengan pasukan yang telah berangkat sejak dua hari yang lalu. Hari ini pasukan itu pasti sudah bertempur dengan pasukan Madiun. Panembahan Senopati hanya berharap bahwa pasukan berkuda yang tangguh itu mampu mengatasi keadaan di Madiun. Panembahan Senopati sendiri tidak memperhitungkan bahwa para adipati dari bang wetan bersama para pengawalnya masih berada di Madiun.

Sementara itu di medan laga, Raden Gagak Baning semakin kerepotan melawan Senopati Retna Dumilah yang berilmu tinggi itu. Kain lengan bajunya telah robek, jika ia lengah sedikit, hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi.
Ia harus semakin berhati-hati agar jangan sampai pedang lawan sempat melukainya. Karena dialah yang bertanggung jawab kepada seluruh pasukan Mataram.
Raden Gagak Baning tak menutup mata bahwa pasukannya secara keseluruhan telah terdesak karena pasukan lawan jauh lebih besar. Selain itu, ia salah perhitungan bahwa para adipati dan para pengawalnya yang berilmu tinggi masih berada di Madiun. Dan sekarang mereka bergabung dengan pasukan Madiun.
Raden Gagak Baning harus berani mengambil keputusan yang pahit untuk menyelamatkan seluruh pasukan.
Tiba-tiba Raden Gagak Baning memukul tameng baja ringan miliknya sendiri dengan irama tertentu. Irama pukulan yang telah dimengerti oleh seluruh pasukan.
Senopati Widarba dan bregada prajurit yang menjaga kuda-kuda yang ditambatkan sempat melihat keadaan pasukan Mataram yang terdesak. Ia semula menunggu aba-aba untuk ikut menyerbu. Namun yang kemudian ia dengar adalah irama pukulan tameng baja dari Raden Gagak Baning yang berbeda. Ia menangkap maksud dari Raden Gagak Baning bahwa pasukan itu akan mundur untuk menyelamatkan diri. Maka Senopati Widarba segera memerintahkan agar mengendurkan tali pengikat kuda-kuda. Setelah itu mereka segera berloncatan di atas panggung kuda dan bersiaga dengan busur dan anak panah. Mereka harus melindungi pasukan yang mundur itu dari kejaran musuh.
Dalam pada itu, pasukan Mataram benar-benar mundur dengan teratur. Jalanan yang tidak begitu luas, sedikit menguntungkan pasukan yang mundur itu. Pagar di tepi jalan juga sedikit bisa melindungi dari kejaran musuh.
“Jangan lari Raden…..! Kita tuntaskan pertarungan kita tanpa diganggu oleh para prajurit…..!” Tantang Senopati Retna Dumilah.
Raden Gagak Baning tidak menjawab. Dan tidak mungkin untuk meladeni tantangan senopati wanita yang berilmu tinggi itu. Lagi pula ia bertanggungjawab atas seluruh pasukan.
Tiba-tiba pasukan Madiun bersorak ketika salah seorang senopati Mataram terkapar bersimbah darah. Para prajurit Mataram itu tidak sempat untuk menyelamatkan senopati yang terkapar itu karena tekanan lawan memang berat. Mereka kemudian tahu bahwa senopati yang terkapar itu adalah Ki Karep Kariya yang dikerubut lawan- lawannya.
“Sebentar lagi tentu banyak prajurit Mataram yang akan tewas…..!” Seloroh Senopati Retna Dumilah sambil menyerang Raden Gagak Baning.
Raden Gagak Baning tidak menjawab karena memang berat bagi pasukan Mataram untuk bertahan.
Tiba-tiba pasukan Madiun terhenti dalam menekan lawan, karena puluhan anak panah meluncur di barisan pasukan Madiun. Saat itu bregada prajurit yang dipimpin oleh Senopati Widarba memang meluncurkan puluhan anak panah ke barisan prajurit lawan. Dari atas punggung kuda, mereka bisa membedakan antara pasukan Madiun dengan pasukan Mataram. Para prajurit Madiun yang tidak bersiap dengan tameng pelindung diri itu memilih untuk berhenti dengan menangkis luncuran anak panah.
“Benar-benar licik orang-orang Mataram itu…..!” Umpat Senopati Retna Dumilah yang gagal melukai Raden Gagak Baning karena telah lepas dari jangkauan serangan.
Kesempatan itu telah dimanfaatkan oleh para prajurit Mataram untuk menyelamatkan diri.
…………..
Bersambung……….

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Sutanto Prabowo

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *